Wikipedia

Hasil penelusuran

07 November 2018

Teknis Pembuatan Kolam Pemijahan


Ketika membuat kolam pemijahan larva/benih ikan lele, kita harus memperhatikan kemudahan dalam memelihara benih di kolam tersebut nantinya. Akan lebih baik jika kita membuat kolam dengan ukuran yang tidak terlalu besar, hal ini akan memudahkan kita dalam melakukan pemeliharaaan benih ikan lele.

Kolam pemeliharaan larva dapat terbuat dari tembok/beton atau bisa juga dengan menggunakan terpal plastik. Terpal plastik biasanya lebih banyak digunakan untuk kolam pemihjahan karena biayanya murah dan perwatannya yang  ringan. Apabila terdapat kerusakan kolam terpal juga lebih mudah diperbaiki. Untuk rangka kolam terpal dapat menggunakan bambu ataupun kayu.
Ukuran kolam tembok yang biasa dipakai memiliki lebar 1-2 m, dengan panjang 3-5 m. Dengan lebar kolam yang hanya 1-2 m akan memudahkan dalam pemeliharaan, perawatan dan pemanenan. Apabila terdapat kendala dalam perjalanannya, kolam-kolam dengan ukuran yang lebih kecil ini juga lebih memudahkan kita dalam melakukan pengobatan.

Jangan langsung menempatkan larva ikan lele pada kolam yang masih baru, karena masih panas dan banyak mengandung senyawa yang dapat meracuni bibit ikan lele. pada kolam tembok biasanya juga masih terdapat sisa-sisa material semen yang dapat terlarut dalam air kolam. Sedangkan pada kolam terpal biasanya juga masih terdapat aroma dan bahan kimia yang menempel di terpal yang dapat mempengaruhi kualitas air kolam. Hal ini akan membahayakan benih atau larva yang akan ditebar untuk pemeliharaan.
Biasakan untuk menghindari pemakaian kolam baru tanpa ada pengolahan lahan. Baik pengolahan lahan tanah, semen, maupun plastik.


Persiapan kolam setelah pembuatan kolam baru untuk pemijahan adalah:
  • Kolam baru diisi air hingga setengah penuh dan masukkan potongan-potongan batang pisang yang cukup banyak.
  • Setelah itu, air kolam diisi hingga penuh dan biarkan saja selama 1-2 minggu. Batang pisang yang membusuk akan menyerap senyawa racun yang berbahaya bagi benih ikan lele.
  • Setelah didiamkan buang airnya.
  • Kemudian cuci kolam dengan cara menggosok-gosokan permukaan kolam dengan daun pepaya
  • Kemudian bilas kolam dengan air hingga bersih, dan siap digunakan untuk pemijahan.
Sebelum digunakan, sebaiknya kolam larva terlebih dahulu diberi pupuk kompos organik sebanyak 200-300 g/m2 untuk meningkatkan pertumbuhan pakan alami (plankton dan jasad renik lainnya). Pupuk kompos yang digunakan sebaiknya pupuk kompos yang benar-benar telah matang dengan cara difermentasi dengan menggunakan berbagai macam mikroba yang menguntungkan. Akan lebih baik lagi apabila pupuk kompos yang digunakan telah dicampur dengan berbagai macam mineral dan unsur makro-mikro yang bermanfaat.
Karena ketinggian air dalam kolam pemeliharaan larva tidak terlalu tinggi, dalam pemberian pupuk kompos sebaiknya dihindari dengan cara penaburan langsung ke dalam air kolam. Pemberian pupuk kompos sebaiknya biarkan didalam karung kemudian dilubangi dan biarkan tertendam di dalam air. Biarkan selama 10-14 hari kemudian dapat dikeluarkan. Hindari juga pemberian pupuk kandang (kotoran hewan) yang masih baru dan belum difermentasi, karena kotoran hewan yang masih baru banyak mengandung gas beracun dan mikroba yang merugikan.


Setelah perendaman pupuk kompos, cek pH air untuk memastikan apakah air sudah benar-benar siap  digunakan. Apabila hasilnya masih dibawah standar maka diperlukan pemberian kapur pertanian sebnyak 10-50 g/m2 untuk meningkatkan pH air dan membunuh bibit penyakit. Untuk daerah dengan pH air yang tinggi, pemberian kapur sebaiknya tidak perlu dilakukan.
Walaupun ikan lele dapat tumbuh dengan baik di air tenang, namun akan lebih baik jika air kolam dilakukan penyegaran agar air tetap bersih dan kandungan oksigennya tinggi. Gunakan pipa paralon berdiameter ±1cm untuk mengeluarkan dan memasukkan air. Aliran air keluar masuk sedang, jangan terlalu deras. Demikian pula dengan aliran air keluar kolam. Pipa yang terdapat pada kolam diberi kain kassa untuk menghambat laju air keluar dan mencegah terbawanya bibit dalam aliran air. Penyegaran dapat juga dilakukan dengan menggunakan aerator untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut.

Dalam persiapan kolam pemijahan juga perlu dipikirkan tentang saluran inlet dan outlet yang praktis dan memudahkan dalam pengaliran air. Saluran inlet hendaknya dibuat disesuaikan dengan pola penempatan kolam pemijahan agar hemat dan efektif dalam pengisian air kolam.
Saluran outlet dapat dibuat dan disesuaikan untuk memudahkan pergantian air atau pengurasan. Saluran outlet ini juga biasanya dibuat untuk memudahkan dalam proses pemanenan, agar lebih ringkas dan mencegah ikan agar tidak gampang stress. Selain itu saluran otlet juga berguna untuk mencegah terjadinya luapan air atau banjir apabila tertimpa hujan deras.

Manajemen Ketinggian Air pada Budidaya Ikan


Kualitas air yang digunakan untuk memelihara ikan pada budidaya ikan Lele sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus dijaga sedemikian rupa sehingga tetap bersih. Penggunaan air mengalir dengan sistem pipa paralon adalah yang paling baik dan efektif karena air kolam yang keluar langsung diganti dengan air yang bersih. Namun sistem ini akan membutuhkan biaya yang lebih besar, kecuali lokasi budidaya ikan memang terletak di tempat yang strategis dengan sumber air dari alam yang melimpah.

Pengisian air kolam untuk budidaya ikan Lele dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan pertumbuhan ikan. Pengaturan ketinggian air kolam untuk budidaya ikan ini disesuaikan dengan maksud untuk memudahkan ikan mengambil oksigen, penyesuaian ruang gerak, dan memudahkan dalam proses pemberian pakan.

Dalam pengaturan ketinggian air kolam ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain adalah :
a.  Ukuran tubuh ikan, semakin besar ukuran tubuh ikan maka ketinggian air dapat ditambah untuk memperluas ruang gerak nya.
b.  Ukuran dan jenis pakan pada masa pemeliharaan, maksudnya pada saat pakan larva ikan berupa pakan alami akan berbeda ukuran ketinggian  airnya dengan pada saat pakan nya berupa tepung ataupun pellet granul.
c.  Kemudian umur ikan itu sendiri, pada saat umur ikan masih terlalu muda hendaknya ukuran ketinggian air jangan terlalu tinggi untuk memudahkan ikan dalam pengambilan oksigen ke permukaan air.




Pada prinsipnya semakin naik pertumbuhan ukuran ikan, maka ketinggian air harus semakin ditambah. Karena hal ini akan berdampak langsung pada pertumbuhan ikan yang tingkat kebutuhan konsumsinya semakin besar. Sebenarnya pengaturan ketinggian air ini bahkan sudah dilakukan sebelum ikan dimasukkan. Pada masa persiapan peningkatan kualitas air ketinggian air kolam sudah diatur untuk mempercepat proses pematangan air kolam, atau dengan kata lain untuk mempersiapkan pH, mineral, mikroba, dan pakan alami yang dapat mendukung pertumbuhan benih ikan Lele.

Beberapa proses pengaturan ketinggian air kolam dalam rangka budidaya ikan lele adalah sebagai berikut;
a.  Setelah kolam budidaya ikan siap untuk digunakan, kolam diisi air sampai dengan ketinggian 10-15 cm
b.  Kemudian air kolam yang telah tersedia diberi pupuk kompos yang terfermentasi, masukkan pupuk tersebut kedalam karung dan dilubangi.
c.  Diamkan air kolam hingga 10 – 15 hari hingga kolam telah kaya dengan sumber pakan alami, Kemudian keluarkan karung pupuk dan masukkan larva ikan Lele.
d. Setelah benih ikan memasuki ukuran 3-5 cm atau telah berumur kurang lebih 20 hari tingkatkan ketinggian air mencapai 20-30 cm
e.  Setelah kurang lebih dua minggu lakukan penyortiran untuk memisahkan ukuran benih ikan. Kemudian tambah air kolam hingga ketinggian mencapai 50-60 cm.
f.   Pada saat umur benih telah mencapai dua bulan lakukan kembali penambahan air hingga ketinggian air mencapai 70-80cm
g.  Setelah tiga sampai dengan empat minggu kemudian lakukan kembali penyortiran untuk mengurangi keberagaman ukuran panen, setelah itu tambah air hingga mencapai 100-120 cm.

Ketinggian akhir air yang ideal untuk budidaya ikan Lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam harus dilakukan secara bertahap dan berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal yaitu minimal 100cm. Setelah ketinggian air mencapai titik ideal maka pertahankan agar tetap seperti itu dengan cara pengaturan saluran inlet dan outlet air kolam.

Pasang pipa untuk saluran outlet di sekitar pemberokan untuk memudahkan pengurasan maupun pergantian air apabila air kolam dirasa sudah buruk kualitasnya.
Pergantian air dilakukan dengan cara menguras sebagian atau tiga perempat air kolam bagian bawah yang kemudian disusul dengan pergantian air baru hingga mencapai kondisi ketinggian semula. Saluran outlet juga dipasang untuk menghindari air kolam meluap apabila tertimpa hujan deras, dengan cara memasang pipa saluran air yang telah di beri pengaman agar ikan tidak terbawa arus air keluar.



Berikut tabel ketinggian air yang disesuaikan dengan umur ikan

No
Umur
Berat Badan
Panjang
Ketinggian Air
(Hari)
(gr/ekor)
(cm)
(cm)
1
1 - 10
< 1
< 3
10 - 15
2
10 - 20
1 -2
3 – 5
20 - 30
3
20 - 40
2 -3,5
5 – 7
50 - 60
4
40 -50
3,5 - 5
7 – 9
50 - 60
5
50 -60
5 - 20
9 – 12
70 -80
6
60 -70
20 - 50
12 – 15
70 -80
7
70 -80
50 - 80
15 – 25
100 - 120
8
80 - 120
80 -100
25 – 30
100 - 120
9
> 120
> 100
> 30
100 - 120

Berikut tabel ketinggian air yang disesuaikan dengan pakan ikan

No
Umur
Ukuran Pakan
Dosis Pakan
Frek
Ketinggian Air
(Hari)
(mm)
(% BB)
( X/ Hari)
(cm)
1
1 - 10
tepung
> 10
4 - 3
10 - 15
2
10 - 20
0,8
10 - 8
3
20 - 30
3
20 - 40
1
8 - 6
3
50 - 60
4
40 -50
2
6 - 5
3 - 2
50 - 60
5
50 -60
2
5 - 4,5
3 - 2
70 -80
6
60 -70
2
4,5 - 4
3 - 2
70 -80
7
70 -80
3
4 - 3
2
100 - 120
8
80 - 120
3
3 - 2,5
2
100 - 120
9
> 120
3
2,5 - 2
2
100 - 120