Usaha budidaya lele tidak memerlukan persyaratan yang ketat seperti
untuk ikan lain. Sebagai indikator kalau lahan itu bisa digunakan untuk
pembenihan ikan lain, untuk ikan lele pasti bisa digunakan.
Namun demikian, agar usaha dapat berkesinambungan, hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan:
Namun demikian, agar usaha dapat berkesinambungan, hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan:
A. Lokasi
1. Lokasi berada pada daerah yang
bebas banjir dan bebas pengaruh pencemaran.
2. Tanah dasar kolam merupakan tanah
yang stabil warna kehitaman yang memiliki tekstur 50 – 60% lempung, lebih kecil
dari 20% pasir dan sisanya serbuk bahan organik.
3. Keasaman (pH) tanah lebih dari 6.
4. Sumber air tidak tercemar dan
tersedia sepanjang tahun.
Untuk membangun kolam (wadah budidaya) konstruksi pematang harus
kuat dibuat dari tanah, tembok atau dilapis terpal. Luas kolam disesuaikan
dengan padat tebar. Kedalaman air antara 0,75m – 1m. harus diperhatikan bahwa
wadah harus dapat dikeringkan. Kualitas air yang diperlukan sebaiknya pada
kisaran kualitas.
B. Induk
Induk Lele merupakan ikan hibrida (hasil kawin silang). Pembenihan
induk untuk jenis ikan hibrida itu harus sangat hati-hati, bila salah mungkin
benih yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu bagi pelaku
utama pembenihan lele harus rajin berkonsultasi dengan pemerintah untuk
mendapatkan induk yang bermutu, dalam hal ini pemerintah telah membuat jejaring
pengembangan induk ikan lele
1. Persyaratan Induk
a. Kriteria kualitatif
1) Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk
ikan kelas induk dasar.
2) Warna : bagian atas kepala berwarna hijau kehitaman, bagian
punggung atas sampai pangkal ekor berwarna hijau kecoklatan dengan loreng
berwarna coklat kehitaman, mulai kepala bagian bawah sampai ke pangkal ekor
berwarna putih keruh.
3) Bentuk tubuh : begian kepala pipih horizontal, bagian badan
bulat memanjang dan bagian ekor pipih vertikal.
4) Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak
cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh
tidak ditempeli jasad pathogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan
tidak berlumut, tutup insang normal dan tutup berlendir.
5) Gerakan : lamban dan jinak
2. Pemijahan Induk
Pemijahan induk bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad.
Ciri-ciri induk yang siap memijah.
Betina
Betina
·
Perut membesar/buncit dan
terasa lembek jika diraba.
·
Pergerakan lamban dan jinak.
·
Alat kelamin bulat, berwarna
kemerahan dan tampak membesar (bengkak)
·
Alat kelamin memerah.
·
Alat kelamin tampak jelas dan
meruncing.
·
Tubuh ramping dan gerakannya
lincah.
·
Warna tubuh jadi coklat
kemerahan.
Jantan
·
Cara menentukan kematangan
gonad dilakukan dengan meraba bagian perut dan pengamatan bagian anus.
·
Matang gonad ditunjukkan dengan
bagian perut membesar lunak kalau diraba.
·
Bagian anus menonjol kemerahan Alat kelamin
memerah dan meruncing serta panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor.
Gambar 1. Indukan Ikan Lele Jantan dan Betina |
C. Bak Pemijahan
Bak pemijahan sebaiknya dari semen, fiber glass, atau terpal agar
mudah dibersihkan. Bak pemijahan biasanya berukuran panjang 2 – 3 m, lebar 1 –
2 m dan tinggi 1 m. setelah bak dikeringkan dan dijemur, diisi air bersih
setinggi 40 – 70 cm. Bak pemijahan dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk yang dijepit
dengan bambu. Kakaban disusun secara teratur agar berada antara 5 – 10 cm
dibawah permukaan air.
D. Teknik Pemijahan
Pada dasarnya semua biota dewasa akan berusaha untuk berkembang
biak. Jadi kalau manusia menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai untuk terjadinya
pemijahan pada ikan lele yang telah matang gonad, proses pemijahan terjadi
secara alami. Namun demikian pada ikan yang telah matang gonad tetapi tidak mau
memijah, pemijahan bisa dilakukan dengan menyuntikkan hormon perangsang
memijah.
E. Pemijahan Alami
Pemijahan alami tidak menggunakan tambahan obat-obatan untuk
merangsang pemijahan. Pemijahan alami masih banyak diterapkan oleh para
pembudidaya lele saat ini. Mereka beranggapan bahwa hasil yang diperoleh dengan
teknik buatan belum tentu lebih baik dari teknik pemijahan alami. Cara
pemijahan alami pun diyakini lebih baik daripada menggunakan teknik pemijahan
buatan karena tidak terlalu memaksa indukan untuk mengeluarkan telurnya. Jika
induk ini telah siap memijah maka setelah induk jantan dan betina disatukan,
diharapkan akan terjadi pemijahan.
Berikut langkah-langkah untuk melakukan pemijahan secara alami:
Berikut langkah-langkah untuk melakukan pemijahan secara alami:
1) Siapkan kolam pemijahan dengan membersihkannya terlebih
dahulu. Setelah itu masukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur. Untuk kolam
berukuran 2 m x 2 m x 1 m, dibutuhkan kakaban sebnayak 10-12 buah. Kakaban
diletakkan di dasar dan diberikan pemberat berupa batu. Kakaban disusun
berjajar memenuhi dan mengikuti panjang kolam agar tidak ada telur yang tidak
menempel.
2) Isi kolam dengan air hingga ketinggian sekitar 40 cm.
3) Lakukan seleksi induk untuk mendapatkan induk yang siap
memijah dan memiliki gonad yang berkualitas dan berpotensi menghasilkan banyak
telur.
4) Setelah wadah terisi air, masukkan induk yang telah
diseleksi ke dalamnya dengan perbandingan satu ekor jantan dan dua ekor betina.
Biasanya, induk dipindahkan ke dalam wadah pemijahan pada sore hari sekitar
pukul 15.00 – 17.00. Pemindahan dari kolam indukan ke kolam pemijahan dilakukan
secara hati-hati dengan menggunakan seser atau serokan.
5) Biarkan induk dalam kolam selama satu malam. Secara umum,
lele akan memijah pada malam hari sekitar pukul 22.00 – 02.00. Pada proses
pemijahan, betina akan mengeluarkan telur dan dibuahi oleh sang jantan.
6) Lakukan pengecekan pada pagi harinya. Jika pemijahan
berlangsung lancar, pada pukul empat pagi telur-telur akan memenuhi kakaban.
7) Pindahkan kakaban yang telah ditempeli telur secara
hati-hati ke dalam kolam penetasan. Jika induk baru memijah pada pagi hari maka
pemindahan kakaban dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 14.00 – 16.00.
Setelah itu, tinggal menunggu telur menetas.
8) Selanjutnya, pindahkan indukan yang telah memijah dari
kolam pemijahan ke kolam pemeliharaan induk. Induk betina dapat dipijahkan
kembali setelah tiga minggu sampai satu bulan masa istirahat. Sedangkan induk
jantan memerlukan waktu 1-2 minggu masa istirahat.
F. Pendederan
1. Pendederan pertama (P I)
Pemeliharaan benih dari tingkat larva sampai ke tingkat benih ukuran
1 cm – 3 cm.
2. Pendederan kedua (P II)
Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 1 cm – 3 cm sampai ke tingkat
benih ukuran 3 cm – 5 cm.
3. Pendederan ketiga (P III)
Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 3 cm – 5 cm sampai ke tingkat
benih ukuran 5 cm – 8 cm.
4. Pendederan keempat (P IV)
Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 5 cm-8 cm sampai ke tingkat
benih ukuran 8 cm-12 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar