Wikipedia

Hasil penelusuran

13 April 2018

Mekanisme penyortiran benih dalam manajemen pemeliharaan ikan



Pertumbuhan ikan lele tidak akan selalu sama semua meski sebagus apapun kita memperlakukan ikan dalam tahapan budidaya, ada yang tumbuh bongsor, ada juga yang telat pertumbuhannya. Untuk itu agar produksi lele sangkuriang yang hasilkan optimal, maka diperlukan grading atau penyortiran.

 

Pada budidaya ikan lele terdapat tahapan seleksi bibit pada setiap interval waktu tertentu. Di kalangan para pembudidaya ikan, aktivitas ini dikenal dengan istilah grading up (penyortiran).
Caranya adalah dengan memisahkan bibit ikan lele secara berkala menjadi beberapa kelompok berdasarkan ukurannya. Seleksi bibit ini pada dasarnya memang perlu dilakukan agar tercapai tingkat keseragaman ukuran (sesuai umur ikan).

Grading atau Penyortiran berpengaruh terhadap efisiensi pakan.dari hasil penyortiran diketahui jenis pakan yang paling tepat sesuai umur dan ukurannya sehingga bisa mempercepat pertumbuhan.
Misalkan satu kolam diperkirakan ukurannya 2 – 3 cm, lalu hanya diberi pakan untuk ukuran ikan kecil saja. Apabila ukurannya beragam maka pemberian pakan akan tidak efektif karena untuk ikan lele yang berada dibawah ukuran 2- 3 cm akan kalah bersaing sehingga pertumbuhannya semakin telat.  Atau dengan sortasi kita juga bisa dengan mudah menentukan ukuran panen lele sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
sortasi, seleksi dan penyortiran merupakan salah satu hal yang biasanya rutin dilakukan oleh pembudidaya lele, terutama para pembudidaya yang sedang membenihkan. Kegiatan seleksi sangat baik untuk keperluan pemerataan, atau pun untuk keperluan lainnya. Namun biasanya ada banyak kesalahan yang dilakukan oleh para pembudidaya, saat melakukan penyortiran lele baik di kolam galian tanah atau kolam terpal, khususnya dalam hal ini pemeliharaan Ikan Lele.


Para pembudidaya Lele sering mengabaikan metoda atau cara dalam melakukan penyortiran. Pembudidaya dengan lincahnya masuk kedalam satu kolam lalu berpindah ke kolam yang lain. Bahkan juga dengan entengnya memindahkan atau menyortir Lele dalam satu kolam digabung ke kolam berikutnya. Bila kondisi ikan Lele yang diperlihara sehat, maka pemindahan ikan dari satu kolam ke kolam lain atau proses sortir nyaris tidak ada masalah. Bayangkan jika di satu kolam terdapat bibit penyakit, kemudian menyebar ke kolam-kolam yang lainnya. Selain itu, tindakan yang dilakukan diatas akan menyebabkan Lele yang dipelihara stress.
Masalah yang harus dihindari adalah bila Lele yang di sortir mengalami suatu penyakit, misal: penyakit moncong putih, badan kuning dan penyakit badan ikan Lele yang totol luka. Penyakit ini diakibatkan oleh bakteri dan jamur. Bila benih ikan Lele mengalami penyakit ini kemudian di pindahkan dan disatukan dengan lele yang sehat, maka proses pemindahan dan sortir akan segera memacu terjadinya wabah yang sangat merugikan. Awalnya cuma satu kolam yang tertular penyakit ini, dalam seketika bisa menjadi wabah yang mematikanpada semua kolam terpal yang ada.
Adapun penyebab tindakan pemindahan benih ikan Lele dari satu kolam ke kolam lain atau sortir akan menjadi wabah, adalah dikarenakan beberapa hal dibawah ini:
  1.  Lele akan mengalami stress,
  2. Akan terjadi perkelahian antara benih ikan Lele yang dicampur alias sortir,
  3. Hal ini akan berpengaruh pada nafsu makan Lele, sehingga nafsu makannya akan berkurang konsumsi makannya,
Bila ada beberapa benih ikan Lele yang mengalami penyakit, maka selain proses pemindahan benih ikan dan sortir akan mempercepat proses penenularan penyakit tapi juga kondisi benih ikan Lele yang sedang tidak fit (sehat), akan membuat penyakit jadi wabah yang sangat merugikan petani ikan.

Tips dan Trik Penyortiran Ikan Lele
  1. Sebaiknya hindari proses sortir dan menggabungkan ikan dari satu kolam ke kolam yang lain;
  2. Sediakan satu atau dua kolam kecil untuk penyortiran. Bisa untuk tempat sementara benih ikan Lele yang mau dijual, atau tempat penanganan benih ikan Lele yang sedang mengalami penyakit.
  3. Penanganan kolam benih ikan Lele yang sedang sakit alias bermasalah harus terpisah, agar kita menghindari kontamiasi ke kolam yang lain.
  4. Kalaupun akan melakukan sortir benih ikan Lele, sebaiknya dilakukan pada sore atau malam hari. Hal ini hanya untuk mengurangi stress pada benih ikan Lele.
  5. Dapat juga mencampurkan stress off pada pakan benih ikan Lele. Berikan pakan campuran tersebut enam jam sebelum benih ikan Lele di sortir. Juga berikan pakan campuran yang sama pada pagi esok harinya 

Pada dasarnya seleksi bibit memang perlu dilakukan agar tercapai tingkat keseragaman ukuran (sesuai umur ikan) sekaligus untuk mendapatkan bibit yang berkualitas ; sehat, tidak cacat dan memiliki laju pertumbuhan yang baik. Alasan rasional lainnya adalah bahwa lele tergolong ikan yang bersifat kanibal sehingga jika tidak segera diseleksi dan dipisahkan ruang pemeliharaannya maka lele yang tumbuh lebih cepat (lebih besar) cenderung akan memangsa lele-lele lainnya yang berukuran lebih kecil.

Seleksi bibit lele dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya para pembudidaya memilih cara manual yang cukup praktis menggunakan peralatan sederhana yakni berupa susunan saringan benih lele yang terbuat dari ember plastik berlubang-lubang (perforated). Ember jenis ini biasanya banyak tersedia di pasar-pasar ikan tradisional ataupun di beberapa poultry yang menyediakan peralatan dan perlengkapan budidaya perikanan. Diameter lubang-lubang penyaring pada setiap ember biasanya telah dibuat seragam, sesuai dengan ukuran standar benih lele. Dalam prakteknya terkadang diperlukan 2 sampai 3 susunan ember yang berbeda dalam satu kali proses penyaringan terutama jika ukuran bibit lele yang dikehendaki ternyata cukup bervariasi.
Saat dilakukan proses seleksi bibit, ember-ember penyaring ini disusun berdasarkan ukuran diameter lubang-lubang penyaringnya. Ember dengan ukuran diameter lubang-lubang penyaring terbesar berada pada urutan teratas dan ember dengan ukuran lubang-lubang penyaring yang lebih kecil berada pada urutan berikutnya. Demikian seterusnya hingga ember dengan diameter lubang penyaring paling kecil yang sesuai dengan kebutuhan dan variasi ukuran bibit yang dikehendaki.

Awal seleksi bibit lele biasanya dimulai pada rentang waktu 12 hingga 17 hari setelah fase penetasan telur. Telur-telur yang gagal menetas dan benih yang mati hendaknya dipisahkan sesegera mungkin dari lingkungan bak tetas agar tidak menjadi sumber penyakit bagi benih-benih lainnya. Setelah 4 - 6 hari kemudian atau setelah kantung kuning telur (yolksack) pada setiap larva lele habis terserap maka benih akan terlihat lincah bergerak mencari makanan alami yang ada di sekitarnya. Selama 12-17 hari berikutnya benih lele ini telah dapat diberi makanan alami berupa cacing sutera (tubifex) dan pakan buatan (pellet) yang berbentuk serbuk (halus) yang diberikan secara berangsur-angsur hingga benih lele mencapai ukuran standar 2/2 dan 2/3. Pada saat inilah pertama kalinya seleksi (grading) bibit lele mulai dilakukan. Dalam proses seleksi, bibit lele yang berukuran lebih kecil (kerdil atau 'krucilan') disisihkan dan dipelihara di tempat terpisah, demikian pula halnya dengan bibit yang berukuran lebih besar ('bongsor' atau 'longgoran'), bibit yang terserang penyakit atau bahkan bibit yang cacat.






Jika dikehendaki, bibit lele hasil seleksi pertama ini sebenarnya telah dapat dijual namun jika tidak maka bibit lele dapat dipelihara lagi selama lebih kurang 21 hari untuk kemudian dilakukan seleksi (grading) kembali. Seleksi bibit lele pada tahap kedua ini akan menghasilkan dua ukuran standar yakni 3/5 dan 4/6.

Sama halnya dengan proses seleksi pertama, masing-masing ukuran standar 3/5 dan 4/6 ini dipisahkan demikian pula dengan bibit yang berukuran 'krucilan' maupun 'longgoran'. Pada segmen pembibitan, seleksi bibit (grading) pada ukuran 3/5 atau 4/6 ini merupakan saat panen karena ukuran bibit inilah yang paling banyak diminati oleh pembudidaya pada segmen pembesaran atau yang menekuni pemeliharaan lele hingga mencapai ukuran konsumsi (8-12 ekor/ kilogram).

Namun ada pula beberapa pembudidaya segmen pembibitan yang memilih memelihara kembali bibit lele berukuran 3/5 atau 4/6 tersebut hingga mencapai ukuran 5/7 dan 7/9 selama lebih kurang 15 dan 21 hari masa pemeliharaan.

Pada budidaya ikan lele di segmen pembesaran khususnya  media kolam terpal, proses seleksi (grading) ini tidak perlu lagi dilakukan karena pertumbuhan lele umumnya telah mencapai tingkat keseragaman yang dapat dikatakan relatif merata.

Dengan menerapkan pola budidaya secara intensif pada media kolam terpal berukuran standar 4m x 6m dan 4m x 8m dengan jumlah tebaran bibit berkualitas ukuran standar 4/6 dan 5/7 sebanyak 3000 dan 4000 ekor per kolam maka lele ukuran konsumsi akan dapat dipanen setelah  60 hingga 70 hari masa pemeliharaan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar