Pertumbuhan ikan lele tidak akan
selalu sama semua meski sebagus apapun kita memperlakukan ikan dalam tahapan
budidaya, ada yang tumbuh bongsor, ada juga yang telat pertumbuhannya. Untuk itu
agar produksi lele sangkuriang yang hasilkan optimal, maka diperlukan grading
atau penyortiran.
Pada budidaya ikan lele terdapat
tahapan seleksi bibit pada setiap interval waktu tertentu. Di kalangan para
pembudidaya ikan, aktivitas ini dikenal dengan istilah grading up
(penyortiran).
Caranya adalah dengan memisahkan
bibit ikan lele secara berkala menjadi beberapa kelompok berdasarkan ukurannya.
Seleksi bibit ini pada dasarnya memang perlu dilakukan agar tercapai tingkat
keseragaman ukuran (sesuai umur ikan).
Grading atau Penyortiran
berpengaruh terhadap efisiensi pakan.dari hasil penyortiran diketahui jenis
pakan yang paling tepat sesuai umur dan ukurannya sehingga bisa mempercepat
pertumbuhan.
Misalkan satu kolam diperkirakan
ukurannya 2 – 3 cm, lalu hanya diberi pakan untuk ukuran ikan kecil saja.
Apabila ukurannya beragam maka pemberian pakan akan tidak efektif karena untuk
ikan lele yang berada dibawah ukuran 2- 3 cm akan kalah bersaing sehingga
pertumbuhannya semakin telat. Atau
dengan sortasi kita juga bisa dengan mudah menentukan ukuran panen lele sesuai
dengan yang diinginkan konsumen.
sortasi, seleksi dan penyortiran
merupakan salah satu hal yang biasanya rutin dilakukan oleh pembudidaya lele,
terutama para pembudidaya yang sedang membenihkan. Kegiatan seleksi sangat baik
untuk keperluan pemerataan, atau pun untuk keperluan lainnya. Namun biasanya
ada banyak kesalahan yang dilakukan oleh para pembudidaya, saat melakukan
penyortiran lele baik di kolam galian tanah atau kolam terpal, khususnya dalam
hal ini pemeliharaan Ikan Lele.
Para pembudidaya Lele sering
mengabaikan metoda atau cara dalam melakukan penyortiran. Pembudidaya dengan
lincahnya masuk kedalam satu kolam lalu berpindah ke kolam yang lain. Bahkan
juga dengan entengnya memindahkan atau menyortir Lele dalam satu kolam digabung
ke kolam berikutnya. Bila kondisi ikan Lele yang diperlihara sehat, maka
pemindahan ikan dari satu kolam ke kolam lain atau proses sortir nyaris tidak
ada masalah. Bayangkan jika di satu kolam terdapat bibit penyakit, kemudian
menyebar ke kolam-kolam yang lainnya. Selain itu, tindakan yang dilakukan
diatas akan menyebabkan Lele yang dipelihara stress.
Masalah yang harus dihindari
adalah bila Lele yang di sortir mengalami suatu penyakit, misal: penyakit
moncong putih, badan kuning dan penyakit badan ikan Lele yang totol luka.
Penyakit ini diakibatkan oleh bakteri dan jamur. Bila benih ikan Lele mengalami
penyakit ini kemudian di pindahkan dan disatukan dengan lele yang sehat, maka
proses pemindahan dan sortir akan segera memacu terjadinya wabah yang sangat
merugikan. Awalnya cuma satu kolam yang tertular penyakit ini, dalam seketika
bisa menjadi wabah yang mematikanpada semua kolam terpal yang ada.
Adapun penyebab tindakan
pemindahan benih ikan Lele dari satu kolam ke kolam lain atau sortir akan
menjadi wabah, adalah dikarenakan beberapa hal dibawah ini:
- Lele akan mengalami stress,
- Akan terjadi perkelahian antara benih ikan Lele yang dicampur alias sortir,
- Hal ini akan berpengaruh pada nafsu makan Lele, sehingga nafsu makannya akan berkurang konsumsi makannya,
Bila ada beberapa benih ikan
Lele yang mengalami penyakit, maka selain proses pemindahan benih ikan dan
sortir akan mempercepat proses penenularan penyakit tapi juga kondisi benih
ikan Lele yang sedang tidak fit (sehat), akan membuat penyakit jadi wabah yang
sangat merugikan petani ikan.
Tips dan Trik Penyortiran Ikan Lele
- Sebaiknya hindari proses sortir dan menggabungkan ikan dari satu kolam ke kolam yang lain;
- Sediakan satu atau dua kolam kecil untuk penyortiran. Bisa untuk tempat sementara benih ikan Lele yang mau dijual, atau tempat penanganan benih ikan Lele yang sedang mengalami penyakit.
- Penanganan kolam benih ikan Lele yang sedang sakit alias bermasalah harus terpisah, agar kita menghindari kontamiasi ke kolam yang lain.
- Kalaupun akan melakukan sortir benih ikan Lele, sebaiknya dilakukan pada sore atau malam hari. Hal ini hanya untuk mengurangi stress pada benih ikan Lele.
- Dapat juga mencampurkan stress off pada pakan benih ikan Lele. Berikan pakan campuran tersebut enam jam sebelum benih ikan Lele di sortir. Juga berikan pakan campuran yang sama pada pagi esok harinya
Pada dasarnya seleksi bibit memang perlu dilakukan agar tercapai tingkat
keseragaman ukuran (sesuai umur ikan) sekaligus untuk mendapatkan bibit yang berkualitas ; sehat, tidak
cacat dan memiliki laju pertumbuhan yang baik. Alasan rasional
lainnya adalah bahwa lele tergolong ikan yang bersifat kanibal
sehingga jika tidak segera diseleksi dan dipisahkan ruang pemeliharaannya maka
lele yang tumbuh lebih cepat (lebih besar) cenderung akan memangsa lele-lele
lainnya yang berukuran lebih kecil.
Seleksi bibit lele dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya
para pembudidaya memilih cara manual yang cukup praktis menggunakan peralatan
sederhana yakni berupa susunan saringan benih lele yang terbuat dari ember
plastik berlubang-lubang (perforated). Ember jenis ini biasanya banyak
tersedia di pasar-pasar ikan tradisional ataupun di beberapa poultry
yang menyediakan peralatan dan perlengkapan budidaya perikanan. Diameter
lubang-lubang penyaring pada setiap ember biasanya telah dibuat seragam, sesuai
dengan ukuran standar benih lele. Dalam prakteknya terkadang diperlukan 2
sampai 3 susunan ember yang berbeda dalam satu kali proses penyaringan terutama
jika ukuran bibit lele yang dikehendaki ternyata cukup bervariasi.
Saat dilakukan proses seleksi bibit, ember-ember penyaring ini disusun
berdasarkan ukuran diameter lubang-lubang penyaringnya. Ember dengan ukuran
diameter lubang-lubang penyaring terbesar berada pada urutan teratas dan ember
dengan ukuran lubang-lubang penyaring yang lebih kecil berada pada urutan
berikutnya. Demikian seterusnya hingga ember dengan diameter lubang penyaring
paling kecil yang sesuai dengan kebutuhan dan variasi ukuran bibit yang
dikehendaki.
Awal seleksi bibit lele biasanya dimulai pada rentang waktu 12
hingga 17 hari setelah fase penetasan telur. Telur-telur yang gagal
menetas dan benih yang mati hendaknya dipisahkan sesegera mungkin dari
lingkungan bak tetas agar tidak menjadi sumber penyakit bagi benih-benih
lainnya. Setelah 4 - 6 hari kemudian atau setelah kantung kuning
telur (yolksack) pada setiap larva lele habis terserap maka
benih akan terlihat lincah bergerak mencari makanan alami yang ada di
sekitarnya. Selama 12-17 hari berikutnya benih lele ini telah dapat diberi
makanan alami berupa cacing sutera (tubifex) dan pakan buatan (pellet)
yang berbentuk serbuk (halus) yang diberikan secara berangsur-angsur hingga
benih lele mencapai ukuran standar 2/2 dan 2/3. Pada saat inilah
pertama kalinya seleksi (grading) bibit lele mulai dilakukan. Dalam
proses seleksi, bibit lele yang berukuran lebih kecil (kerdil atau 'krucilan')
disisihkan dan dipelihara di tempat terpisah, demikian pula halnya dengan bibit
yang berukuran lebih besar ('bongsor' atau 'longgoran'), bibit yang
terserang penyakit atau bahkan bibit yang cacat.
Jika dikehendaki, bibit lele hasil seleksi pertama ini sebenarnya
telah dapat dijual namun jika tidak maka bibit lele dapat dipelihara lagi
selama lebih kurang 21 hari untuk kemudian dilakukan seleksi (grading)
kembali. Seleksi bibit lele pada tahap kedua ini akan menghasilkan dua
ukuran standar yakni 3/5 dan 4/6.
Sama halnya dengan proses seleksi pertama, masing-masing ukuran
standar 3/5 dan 4/6 ini dipisahkan demikian pula dengan bibit yang berukuran 'krucilan'
maupun 'longgoran'. Pada segmen pembibitan, seleksi bibit (grading)
pada ukuran 3/5 atau 4/6 ini merupakan saat panen karena ukuran bibit
inilah yang paling banyak diminati oleh pembudidaya pada segmen pembesaran
atau yang menekuni pemeliharaan lele hingga mencapai ukuran konsumsi
(8-12 ekor/ kilogram).
Namun ada pula beberapa pembudidaya segmen pembibitan yang
memilih memelihara kembali bibit lele berukuran 3/5 atau 4/6 tersebut
hingga mencapai ukuran 5/7 dan 7/9 selama lebih kurang 15 dan
21 hari masa pemeliharaan.
Pada budidaya ikan lele di segmen pembesaran khususnya
media kolam terpal, proses seleksi (grading) ini tidak
perlu lagi dilakukan karena pertumbuhan lele umumnya telah mencapai
tingkat keseragaman yang dapat dikatakan relatif merata.
Dengan menerapkan pola budidaya secara intensif pada media
kolam terpal berukuran standar 4m x 6m dan 4m x 8m dengan
jumlah tebaran bibit berkualitas ukuran standar 4/6 dan 5/7
sebanyak 3000 dan 4000 ekor per kolam maka lele ukuran konsumsi
akan dapat dipanen setelah 60 hingga 70 hari masa
pemeliharaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar