Menjaga kuantitas air lebih mudah
dilakukan pada budidaya di perairan , baik dengan karamba maupun dengan karamba
jaring apung.
Berbeda dengan budidaya dengan sistem kolam, terutama pada lokasi yang sumber airnya terbatas. Pengelolaan kuantitas air merupakan persoalan tersendiri. Untuk itu perlu dipikirkan alternatif untuk penggantian air, Misalnya dengan memompa dengan air tanah.
Berbeda dengan budidaya dengan sistem kolam, terutama pada lokasi yang sumber airnya terbatas. Pengelolaan kuantitas air merupakan persoalan tersendiri. Untuk itu perlu dipikirkan alternatif untuk penggantian air, Misalnya dengan memompa dengan air tanah.
Berikut beberapa pengukuran
kualitas kimia air yang berpengaruh dalam budidaya ikan
a. Kadar Oksigen Terlarut
Oksigen diperlukann oleh makhluk
hidup, termasuk ikan dan organisme perairan lainya, untuk pernafasan dan
metabolisme tubuh. Oksigen diperlukan untuk pembakaran pakan sehingga
menghasilkan energi untuk melakukan aktifitas gerak, pertumbuhan dan
reproduksi. Laju pertumbuhan ikan dan konversi pakan sangat dipengaruhi oleh
kandungan oksigen dalam air.
Sebagai satuan Dissolved Oxygen yang dipakai adalah ppm (part per million). Konsentrasi minimum oxygen terlarut (DO) bagi sebagian besar ikan air tawar adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi DO 4 ppm. ikan masih mampu hidup akan tetapi nafsu makannya rendah, sehingga pertumbuhannya terhambat. Beberapa jenis ikan yang mempunyai labyrinth masih bisa bertahan pada konsentrasi DO 3 ppm.
Oksigen larut dalam air
disebabkan oleh difusi langsung dari udara, hujan yang jatuh, melalui aliran
air yang masuk, adanya pemercikan air oleh kincir dan pengaruh fotosintesis
tumbuhan atau fitoplankton yang menghasilkan oksigen.
Untuk meningkatkan oksigen terlarut, pada budidaya ikan intensif dilakukan dengan memancarkan air ke udara sehingga kemudian jatuh lagi ke permukaan air. Percikan air yang bersentuhan dengan udara itu kemudian akan tercampur lagi dengan air budidaya sehingga meningkatkan DO.
Untuk meningkatkan oksigen terlarut, pada budidaya ikan intensif dilakukan dengan memancarkan air ke udara sehingga kemudian jatuh lagi ke permukaan air. Percikan air yang bersentuhan dengan udara itu kemudian akan tercampur lagi dengan air budidaya sehingga meningkatkan DO.
Proses fotosintesis tumbuhan
berklorofil dengan energi sinar matahari akan menghasilkan oksigen. Hal ini
membantu meningkatkan DO pada siang hari. Namun oksigen yang diproduksi pada
siang hari itu akan digunakan oleh ikan dan plankton untuk bernafas pada malam
hari sehingga akan menurun konsentrasinya.
Selain itu, tumpukan bahan organik yang bersal dari sisa pakan, kotoran ikan, dan plankton yang mati akan berkompetisi dengan ikan yang dibudi-dayakan di dalam menggunakan oksigen. Hal ini juga mengakibatksn kandungan oksigen pada malam hari menjadi menurun. Hal inilah yang menyebabkan saat dinihari DO air kolam menurun. Terlebih bila didasar kolam banyak bahan organik yang juga memerlukan Oksigen untuk proses penguraiannya.
Selain itu, tumpukan bahan organik yang bersal dari sisa pakan, kotoran ikan, dan plankton yang mati akan berkompetisi dengan ikan yang dibudi-dayakan di dalam menggunakan oksigen. Hal ini juga mengakibatksn kandungan oksigen pada malam hari menjadi menurun. Hal inilah yang menyebabkan saat dinihari DO air kolam menurun. Terlebih bila didasar kolam banyak bahan organik yang juga memerlukan Oksigen untuk proses penguraiannya.
b. Kadar Amonia
Bahan organik seperti sisa pakan,
kotoran ikan, plankton dan tumbuhan air yang mati akan menghasilkan amonia
(NH3) yang larut dalam air. Amonia merupakan hasil akhir dari dari proses
metabolisme protein. Amonia dalam bentuk terisonasi merupakan racun bagi ikan.
Tolsisitas amonia berkaitan erat dengan pH, dan sedikit terkait dengan suhu dan
DO.
Pada pH tinggi, total amonia
berubah menjadi bentuk tak terion (dalam bentuk bebas). Pada pH 7, amonia dalam
bentuk tak terion yang beracun < 1 %, selanjutnya semakin meningkat. Pada pH
8: 5-9 %, pada pH 9: 30-50 %, dan pada pH 10: 80-90 %. Fluktuasi pH sendiri
berkaitan dengan nilai alkalinitas yang rendah (kadar alkalinitas yang baik
> 20 mg/l CaCO3).
Kadar amonia akan meningkat jika
suhu naik dan kadar DO rendah. Batas maksimal kadar amonia total pada air kolam
atau perairan umum untuk budidaya ikan air tawar adalah di bawah 0,016 ppm ( 1
ppm: 1 mg/lt ). Amonia total sebesar 0,08 ppm sudah mengakibatkan penurunkan
nafsu makan dan pertumbuhan. Amonia total sebesar 0,3 ppm menyebabkan kerusakan
pada insang sehingga ikan kekurangan oksigen.
c. Kadar Karbondioksida
Karbondioksida merupakan salah
satu unsur yang penting untuk proses fotosintesisi bagi fitoolankton dan
tumbuhan air berklorofil. Tumbuhan air dan fitoplankton ini bermanfaat bagi
kesuburan air, sebagai makanan alami ikan. Pada siang hari fitoplankton
menyumbangkan oksigen ke perairan.
Karbondioksida berasal dari
proses perombakan bahan organik yang berada di dasar kolam atau perairan dan
pernafasan / respirasi fitoplankton dan tumbuhan air pada malam hari. Kadar
karbondioksida (CO2) berkaitan dengan derajat keasaman (pH) dan suhu.
Jumlah karbondioksida (CO2) yang
meningkat akan menekan aktifitas pernafasan ikan dan menghambat peningkatan
oksigen oleh hemoglobin sehingga menjadi sumber stress bagi ikan. Hal ini dapat memacu tingkat kematian yang disebabkan dari keracunan amoniak
Kadar karbondioksida terlarut
yang memenuhi syarat untuk budidaya ikan adalah berkisar 2-11 ppm. semakin tinggi tingkat atau kadar amoniak dalam suatu perairan maka semakin tinggi resiko kegagalan budidaya ikan akibat keracunan amoniak.
d. Kadar Nitrogen (NO2)
Nitrit (NO2) merupakan jenis
senyawa N. Kadar nitrogen terlarut dalam perairan 0.1 ppm sudah menimbulkan
penyakit brown blood. Kadar Nitrit sebesar 1.0 ppm sudah menimbulkan kematian
pada ikan.
Di perairan, Nitrit merupakan
hasil proses dekomposisi dari bahan organik oleh jasad renik. Kadar nitrit
maksimum adalah 0.05 ppm yang masih dapat di toleransi oleh ikan untuk bertahan hidup dan berkembang
e. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air
untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan pH larutan. Alkalinitas
dinyatakan CaCO3 dalam m/liter (atau disebut ppm).
Alkalinitas di dalam air
disebabkan oleh ion bikarbonat (HCO3), Karbonat (CO3), dan hidroksida (OH).
Pada siang hari, aktivitas fotosintesis fitoplankton, ganggang, dan lumut
menyebabkan turunnya karbondioksida (CO2) dan bikarbonat (HCO3). Turunnya
karbondioksida dan bikarbonat menjadikan karbonat (CO3) dan hidroksida (OH)
naik sehingga pH larutan naik. Air dengan kandungan CaCO3 >100mg/lt
disebut sebagai alkalin, sedangkan < 100 mg/lt disebut sebagai lunak atau
alkalinitas sedang. Semakin tinggi tingkat alkalinitas suatu perairan dapat menjaga kualitas air dari penurunan nilai pH dengan adanya perubahan cuaca yang ekstrim.
Alkalinitas untuk budidaya ikan
air tawar adalah > 20 mg/lt CaCO3. Dengan alkalinitas yang cukup, perubahan
/ fluktuasi pH air tidak drastis. Dalam budidaya ikan air tawar di kolam, untuk
menaikkan alkalinitas biasanya ditebarkan dolomite, CaCO3.
f. Kesadahan Total
Tidak ada komentar:
Posting Komentar