Dengan demikian, maka peluang keberhasilan
dalam mengelola sumberdaya yang terbatas dapat lebih maksimal. Dengan
lahan persawahan Indonesia yang cukup besar sehingga dimungkinkan
produksi perikanan yang diperoleh dari penerapan minapadi juga besar.
Usahatani minapadi memiliki keunggulan
antara lain secara tidak langsung telah menerapkan prinsip Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Ikan membantu memakan binatang-binatang kecil yang
merupakan hama tanaman padi (carnivora) dan juga gulma kecil pada lahan
sawah.
Pada sore hari ketika ikan
menggoyang-goyangkan tanaman padi, serangga yang hinggap pada padi akan
terbang kemudian dimangsa oleh burung layang-layang; selain itu, dengan
pemanfatan lahan secara tumpangsari dengan tanaman padi dan ikan di
sawah, maka produktivitas lahan akan meningkat;
Keuntungan lainnya adalah dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan air. Pada kegiatan minapadi,
kotoran ikan merupakan sumber pupuk organik bagi tanaman padi.
Rendahnya pemakaian pupuk oleh petani karena adanya korelasi ekologis
antara penanaman ikan dengan peningkatan kesuburan tanah. Kotoran ikan
dan sisa makanan menjadi pupuk dan menghemat keperluan pupuk sekitar
20-30%;
Dengan menerapkan usaha minapadi juga mampu
mengurangi pemakaian insektisida dan pertumbuhan rumput. Hal ini
terjadi karena terciptanya hubungan yang harmonis antara padi, ikan,
air, dan tanah. Minapadi dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja yang
dicurahkan dalam pengelolaan minapadi terutama dalam pemupukan,
penyemprotan, dan penyiangan.
Meningkatkan hasil setara padi dan
distribusi pendapatan. Melalui minapadi, sumber pendapatan petani tidak
hanya dari padi tetapi juga dari ikan yang bisa sering dipanen. Dengan
demikian, minapadi selain memperkuat dan meningkatkan sumber dan
besarnya pendapatan petani, sekaligus juga meingkatkan distribusi
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
MInapadi juga mendukung peningkatan ragam
protein hewani, serta menyediakan lapangan kerja baru. Kegiatan minapadi
akan menciptakan usaha baru seperti usaha pendederan bibit ikan, usaha
pemasaran ikan dan juga pengolahan ikan.
Dari sisi lingkungan, minapadi mampu
menekan Emisi Gas Metan. Dengan pola minapadi produksi gas metan yang
dibuang dari sisa pemupukan berkurang. Gas metan yang dihasilkan dari
minapadi hanya 57,3 kg/ha/musim, sementara monokultur padi menghasilkan
gas metan 66,6 kg/ha/musim. Penurunan itu akan semakin nyata jika
minapadi ditambah 2 ton/ha azolla, dimana gas metan yang dihasilkan
hanya 45,0 kg/ha/musim.
pengembangan konsep mina padi ini bertujuan juga untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian, mengurangi, serangan hama dan penyakit tanaman padi, serta meningkatkan pendapatan petani.
mina padi kolam dalam merupakan kegiatan tanam padi sekaligus kolam ikan yang dilakukan bersamaan dengan perbandingan bagian untuk kolam maksimal 20% dari lahan, dengan kedalaman kolam minimal 80 cm.
Pertimbangan pemilihan lokasi yaitu
memiliki sumber air yang cukup selama pemeliharaan serta bebas dari
cemaran patogen, bahan organik, dan kimia. Di samping itu, perlu untuk
memperhatikan apakah lokasi bebas banjir dan dekat dengan pemukiman
dengan akses jalan yang baik untuk memudahkan pengawasan maupun
distribusi benih, pakan, atau pun panen. Adapun jenis tanah hendaknya
berlumpur dan berpasir sehingga tanah tidah porous, dengan perbandingan
tanah dan pasir 60% : 40%.
persiapan lahan
Sebelum pengolahan lahan, langkah awal
adalah membuat konstruksi kolam dalam dan perbaikan tanggul. Lebar
pematang dibuat 75 cm, sementara kedalaman kolam 80 cm diukur dari
pelataran padi. Pelataran padi dibuat agak miring sehingga selisih
daerah tertinggi dengan terendahnya 20 cm. Lebar dasar kolam dibuat 75
cm.
Selanjutnya, tanah diolah dengan membajak
tanah saat mulai jenuh air sedalam 20 cm atau lebih dan tidak perlu
menunggu tergenang. Setelah pembajakan pertama, lahan dibiarkan
tergenang selama 5—7 hari. Selanjutnya, dilakukan pembajakan kedua
diikuti penggaruan/perataan.
Untuk menekan laju pertumbuhan gulma yang
menganggu pertumbuhan tanaman padi, gulma dan sisa-sisa tanaman perlu
dibersihkan. Setelah itu ikuti dengan pembuatan caren dan pemasangan
mulsa di pematang.
Setelah konstruksi sawah mina padi
selesai, langkah berikutnya melakukan pemupukan dan pengairan sawah.
Pupuk kandang/kotoran ayam diberikan sebanyak 5 ton/ha sebagai pupuk
dasar yang sangat baik untuk menumbuhkan pakan alami. Di samping itu,
berikan kapur dolomite sebanyak 3 sak per 500 m persegi. Jika
menggunakan pupuk buatan, urea, TSP, dan KCI diberikan masing-masing
sebanyak 1/3 bagian sebagai pupuk dasar dengan cara ditebar saat tanam
sekali pemupukan. Takaran pupuk yang diberikan sebaiknya berdasarkan
rekomendasi pupuk setempat.
Benih padi yang digunakan berupa varietas
unggul yang memenuhi syarat, di antaranya • berdaya hasil tinggi, tahan
genangan, tahan rebah, rasa nasi sesuai keinginan petani dan permintaan
pasar, serta tahan terhadap hama penyakit utama dan mampu beradaptasi di
lokasi setempat. Adapun varietas yang pernah dipakai seperti yg di Sleman adalah
IR 64 (produktivitas 8,82—11,04 ton/ha GKP), Ciherang (9,7—11,20 ton
GKP), Mandala (12,01—12,50 ton GKP), Ketan Merah (8,8 ton GKP), Cempo
Merah (9,2 ton GKP), serta Makongga (6,8 ton GKG). Adapun persemaian
menggunakan 5—6% dari luas yang akan ditanami.
pengisian air
Setelah 10—15 HST (hari setelah tanam)
atau sesudah pemupukan susulan pertama, air dinaikan mengikuti
pertumbuhan tanaman. Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang
saringan dari kawat atau anyaman bambu untuk mencegah keluarnya ikan
yang dipelihara dan mencegah ikan liar masuk ke dalam petakan. Pada
pintu pengeluaran air dipasang pelimpasan air untuk menahan air sesuai
dengan kebutuhan dan membuang air yang berlebihan saat terjadi hujan.
Ketinggian air harus disesuaikan
dengan tingkat pertumbuhan padi. Saat awal pemeliharaan ikan,
ketinggian air pada pelataran padi setinggi 40% dari tinggi
tanaman padi atau berkisar 10—15 cm. Setelah padi berumur tiga
minggu, ketinggian air di pelataran bisa dinaikkan hingga 20—25 cm.
Kualitas air yang baik di antaranya dilihat dari pH air pada
kisaran 6,5—8,5; Suhu 28—31oC, dan DO 2,5—5.
Pemasangan jaring dan penebaran benih ikan
Jaring sebaiknya dipasang terlebih
dahulu sebelum dilakukan penebaran benih ikan. Pemasangan jaring
dilakukan untuk menjaga tanaman padi dan ikan dari serangan hama seperti
burung emprit dan bangau. Jaring berupa gillnet yang
dirangkai dengan tali plastik dan dipasang di atas petakan sawah
menggunakan patok bambu. Untuk mencegah berang-berang/regul masuk ke
petakan sawah, jaring dipasang pada tepi atau keliling pematang
sawah dengan ketinggian sekitar 75 cm.
Penebaran benih ikan dilakukan pada saat
tanaman padi berumur 7—15 hari. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
rusaknya tanaman. Pada umur tersebut, tanaman padi sudah tahan genangan
air. Untuk mina padi, pembesaran ikan menggunakan benih ukuran 15—20 g
dengan kepadatan 3—5 ekor per m persegi. Sementara ugadi (udang galah
dan padi) menggunakan tokolan dengan berat 4—5 g/ekor dengan kepadatan
10 ekor per m persegi.
Pemberian pakan dan panen ikan
Pemberian pakan ikan dilakukan pada pagi
dan sore sebanyak 4% dari berat badannya. Pada saat tanaman padi berumur
1—6 minggu, pakan disebar di antara tanaman padi. Sementara saat umur
padi 7 minggu dan seterusnya, pakan disebar di kolam dan di kemalir.
Adapun kandungan protein pakan yang diberikan berkisar 30%.
Panen ikan dapat dilakukan tergantung
kondisi. Bisa dilakukan 10 hari sebelum panen padi atau setelah
kanopi padi sudah menutup seluruh permukaan tanah. Cara lain, panen
ikan dilakukan setelah tanaman padi dipanen, jika varietas padi
berumur genjah/pendek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar