Wikipedia

Hasil penelusuran

18 Juni 2019

Teknis Pemilihan Indukan Gurame guna Menghasilkan Benih yang Baik




Untuk memperoleh induk unggul, sebaiknya dilakukan seleksi berdasarkan standar yang telah dibakukan. Ada tiga cara yang umum dilakukan oleh pembudidaya ikan untuk mendapatkan induk yang baik dan unggul sehingga dapat menghasilkan benih yang unggul pula. Ketiga cara tersebut adalah seleksi massal, seleksi individu dan seleksi ilmiah. Ketiga cara tesebut tentu saja memiliki kelebihan maupun kekurangan. Berikut ini adalah ketiga cara memperoleh induk dan benih unggul :

a.    Seleksi Massal

Salah satu cara yang paling sederhana dan murah adalah dengan seleksi missal. Seleksi ini merupakan hasil pemijahan berbagai jenis induk ikan yang dimiliki.

Selanjutnya dipilih benih hasil pemijahan yang mempunyai keunggulan fisik seperti pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan benih lainnya, warna yang sesuai dengan induknya, tubuh tidak cacat dan mempunyai sifat-sifat unggul dari induknya.



b.    Seleksi Individu

Cara lain untuk memperoleh induk unggul adalah dengan seleksi individu, yaitu seleksi yang dilakukan secara individu atau ekor per ekor. Benih yang digunakan dipilih dari berbagai induk atau daerah. Selanjutnya dipilih benih yang terbaik, yaitu yang mempunyai karakteristik sesuai dengan standar yang telah dibakukan, seperti tidak cacat fisik dan mempunyai sifat-sifat unggul yang diturunkan oleh induknya. Benih yang dihasilkan memiliki kriteria kuantitatif sesuai dengan tahap pemeliharaannya, yaitu p-I, P-II, P-III, P-IV dan P-V. untuk lebih jelasnya syarat benih yang dapat dijadikan calon induk dan diharapkan mempunyai keunggulan dibanding induk yang belum jelas asal keturunannya. Berikut ini adalah kriteria tersebut:

v Larva : umur 10-12 hari, panjang total 0,75-1 cm, bobot minimal 0,03 gr, keseragaman ukuran > 80%

v  Benih P-I : umur 40 hari, panjang total 1-2 cm, bobot minimal 0,2 gr, keseragaman ukuran > 80%

v  Benih P-II : umur 80 hari, panjang total 2-4 cm, bobot minimal 0,5 gr, keseragaman ukuran > 80%

v  Benih P-III : umur 120 hari, panjang total 4-6 cm, bobot minimal 1,0 gr, keseragaman ukuran > 80%

v  Benih P-IV : umur 160 hari, panjang total 6-8 cm, bobot minimal 3,5 gr, keseragaman ukuran > 80%

v Benih P-V : umur 200 hari, panjang total 8-11 cm, bobot minimal 7,0 gr, keseragaman ukuran > 80%
 

c.   Seleksi Alamiah

Seleksi alamiah terjadi secara kebetulan, yaitu benih yang dijadikan induk diperoleh dari induk-induk yang tidak jelas, tetapi mempunyai keunggulan sesuai standar baku, baik dari segi pertumbuhan maupun kriteria lainnya.

Benih semacam ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada kolam pemeliharaan. Umurnya tidak jelas, tetapi kualitas keturunan yang dihasilkan sangat baik. Baiknya kualitas dimungkinkan karena adanya perawatan yang lebih baik oleh induknya.
Pada umumnya benih dari hasil seleksi alamiah sangat sedikit jumlahnya, tetapi kualitasnya baik sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai induk



Pemijahan Ikan Gurame
Masa pemijahan gurame tidak terikat waktu. Pemijahan dapat dilakukan kapan saja bila induk telah siap memijah. Namun, gurame meiliki masa produksi yang tinggi di musim kemarau.
Bila pemijahan dilakukan di kolam terbuka, sebaiknya kegiatan pemijahan tidak dilakukan pada musim hujan. Hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya telur karena hujan. Bila pemijahan gurame akan dilakukan pada musim hujan, hendaknya pembudidaya segera memindahkan telur dari kolam ke tempat yang lebih aman untuuk menghindari perubahan suhu secara drastis terhadap telur dan benih yang dihasilkan.

Pada pemijahan gurame, padat tebar induk adalah satu ekor untuk 5m2 wadah dengan perbandingan jumlah jantan dan betina adalah 1 : 3. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai dengan perbandingan) pada kolam yang disekat. Induk betina dapat memproduksi telur sebanyak 2.000-5.000 butir/kg tubuh induk.



                      
                                       Gambar telur gurame


Jangka waktu pemijahan pertama ke pemijahan selanjutnya untuk induk yang baik adalah 1-2 bulan. Hal ini bisa tercapai bila ikan mendapatkan perlakuan baik, terutama dari segi pengelolaan pakan baik kualitas dan kuantitas. Sebaiknya induk- induk yang telah melakukan pemijahan sebanyak 3 kali diistirahatkan selama 2-3 minggu. Hal ini bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik induk dan memperbaiki kolam yang telah digunakan selama 6 bulan. Selain itu, kolam juga dapat dibersihkan dari ikan yang bersifat hama.
          Gurame merupakan ikan yang mempunyai kebiasaan unik dalam melanjutkan keturunannya, baik dalam hal menyediakan tempat yang nyaman maupun memelihara dan merawat anakannya. Hal ini ditunjukkan dengan kebiasaan induk-induk gurame yang telah dewasa dan siap melakukan pemijahan.
          Induk jantan akan menyiapkan tempat persalinan yang cukup nyaman bagi calon-calon keturunannya. Tempat persalinan tersebut berupa sarang yang dibuat sedemikian rupa sehingga telurnya akan terlindung dari gangguan lingkungan sekitarnya, seperti predator yang memakan telur atau anakan ikan yang masih kecil (larva).



 

          Aktivitas pembuatan sarang ini berlangsung selama 2-3 hari. Pemijahan terjadi setelah sarang benar-benar dianggap layak oleh induk. Setelah memijah, gurame siap bertelur.
     Induk jantan menjaga telur dengan ketat dari predator yang biasa memangsa telur sampai menetas secara alamiah pada waktunya.
     Pada kegiatan penjagaan telur, induk jantan biasanya selalu mengibaskan sirip dadanya ke arah sarang yang berisi telur. Hal ini dimaksudkan agar suplai kebutuhan oksigen untuk telur yang berada dalam sarang tetap tersedia


Pasca Pemijahan
Hal yang perlu diperhatikan dalam menangani telur gurame dalam sarang yaitu mengangkat telur secepat mungkin setelah induk bertelur. Bila telur tidak sempat dipindahkan beberapa saat setelah induk bertelur, pagi harinya telur dalam sarang harus segera diangkat.
Hal ini bertujuan untuk menghindari penurunan jumlah penetasan telur karena kurangnya oksigen atau akibat kekeruhan air.
Pemeliharaan telur dapat dilakukan di akuarium, bak plastik atau bak fiber yang ditempatkan pada bangunan yang terlindung dari curah hujan. Padat tebar telur adalah 4 butir/cm2 dengan ketinggian air 15-20 cm.

Apa yang perlu diperhatikan saat pemeliharaan telur?
Saat pemeliharaan, kandungan oksigen harus dijaga agar ketersediaannya mencukupi, bisa ditambah dengan aerasi. Saat pemberian aerasi, diusahakan agar telur tidak teraduk. Air media penetasan yang baik adalah bersuhu 290C-300C, pH 6,7-8,6. sumber air diusahakan berasal dari tanah. Bila kandungan karbondioksida dalam air tanah tinggi, nilai pH rendah dan air mengandung bahan logam, sebaiknya air tanah diendapkan dulu selama 24 jam. Bila pemeliharaan berjalan dengan baik, telur akan menetas setelah 36-48 jam.
Bagaimana mengangkut telur dan benih gurame?
Pengangkutan telur menggunakan ember plastik atau jambangan (paso). Sebaiknya jambangan dibersihkan dahulu. Membersihkan tidak dengan sabun, karena dapat merangsang tumbuhnya jentik-jentik nyamuk. Sebaiknya pembersihannya menggunakan garam dan dibilas beberapa kali hingga bersih. Jambangan yang telah bersih diisi dengan air bersih. Selanjutnya, sarang dilepaskan dari kerangkanya dan dimasukkan dalam jambangan yang telah diisi air bersih dan siap diangkut.
Telur dalam sarang tidak mengumpul di satu tempat tapi berlapis-lapis. Oleh karena itu, telur pun diletakkan secara berlapis-lapis bergantian dengan ijuk. Terakhir, mulut sarang ditutup.
Setibanya di tempat tujuan, telur dikeluarkan selapis demi selapis agar air yang membawa oksigen dapat menerobos ke sela-sela ijuk sehingga kebutuhan oksigen telut tercukupi. Bila telur yang sudah dibuahi tidak memperoleh oksigen yang cukup, proses metabolisme akan berhenti dan telur tidak menetas. Demikian pula bila telur menumpuk dan mengumpul di satu tempat, telur yang berada di tengah tidak memperoleh oksigen yang cukup.
            Mengingat susunan telur berlapis-lapis, aktivitas pengeluaran telur harus dilakukan dengan hati-hati. Lubang mulut sarang dibuka, lalu satu per satu lapisan telur dikeluarkan, kemudian telurnya dilepaskan dari ijuk dan dimasukkan ke dalam paso.
         
Bagaimana cara mencegah datangnya jamur yang menyerang telur?
          Datangnya jamur dapat dicegah dengan menjaga kebersihan wadah penetasan. Bila jamur telah menjangkiti telur yang rusak atau tidak menetas maka sebaiknya telur yang dijangkiti segera dibuang. Serangan jamur dapat diobati dengan menggunakan NaCl sebanyak 1 gram per liter air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar