a.
Larva
Larva memiliki bentuk tubuh normal dan merupakan hasil
penetasan telur dari induk jantan dan induk betina yang tidak berasal dari satu
garis keturunan (inbreeding). Warna
badan cokelat kehitaman dan pada bagian perut berwarna putih. Sejak menetas
hingga berumur 5 hari, larva cenderung bergerombol, berenang aktif dan
berpencar sangat responsif terhadap adanya rangsangan dari luar.
b.
Benih P-I
Benih yang digunakan berbentuk seperti ikan dewasa dan
berasal dari larva hasil penetasan telur dari induk jantan dan betina yang berasal
dari satu garis keturunan. Warna badan cokelat kehitaman dan pada bagian perut
berwarna putih. Tingkah laku cenderung pasif dan berpencar secara responsif
terhadap adanya rangsangan dari luar. Sesekali benih tampak berenang ke
permukaan air untuk mengambil oksigen bebas.
c. Benih P-II
Benih yang digunakan menyerupai ikan dewasa berasal
dari benih P-I. Karakteristik hampir sama dengan benih P-I.
d.
Benih P-III
Benih yang digunakan berbentuk seperti ikan dewasa.
Warna badan cokelat kehitaman dan pada bagian perut berwarna putih. Tingkah
laku cenderung aktif dan berpencar secara responsif terhadap adanya rangsangan
dari luar. Sesekali benih tampak berenang ke permukaan air untuk mengambil
oksigen bebas.
e. Benih P-IV
Benih yang digunakan menyerupai ikan dewasa berasal
dari benih P-III. Karakteristik hampir sama dengan benih P-III.
f.
Benih P-V
Benih yang digunakan menyerupai ikan dewasa berasal
dari benih P-IV. Karakteristik hampir sama dengan benih P-IV.
Prosedur produksi tiap tahapan
a. P-I
Pupuk organik 500 gr/m2, kapur 50 gr/m2,
padat tebar 100 ekor/m2, pemberian pakan 20% bobot biomass,
frekuensi pemberian 2 kali/hari.
b. P-II
Pupuk organik 500 gr/m2, kapur 50 gr/m2,
padat tebar 80 ekor/m2, pemberian pakan 20% bobot biomass, frekuensi
pemberian 2 kali/hari.
c. P-III
Pupuk organik 200 gr/m2, kapur 50 gr/m2,
padat tebar 60 ekor/m2, pemberian pakan 10% bobot bio
Penyebab ukuran benih yang dihasilkan tidak seragam
Salah satu
faktor keberhasilan dalam kegiatan produksi benih adalah keseragaman benih.
Kesesuaian pengelolaan budidaya yang menghasilkan keseragaman benih terletak
pada pengelolaan induk, terutama perawatan dan pengelolaan pakan yang baik.
Selain itu, induk-induk yang digunakan mempunyai keunggulan serta sesuai dengan
pola dan cara pengelolaan yang baik.
Ukuran benih
yang tidak seragam umumnya disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai
berikut :
- Biasanya ketidakseragaman benih dihasilkan pada perkawinan induk-induk yang tidak layak untuk dijadikan induk, seperti induk cacat dan pemijahan induk tidak terpantau.
- Pengaruh pada saat pemeliharaan. Faktor yang mempengaruhinya seperti pengelolaan pakan yang tidak sesuai dari segi kualitas maupun kuantitas.
- Persiapan wadah atau kolam yang digunakan. Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan sebaiknya terlebih dahulu dipersiapkan, terutama dalam hal penyediaan pakan alami untuk benih.
- Faktor kepadatan atau jumlah benih yang ditebar tidak sesuai dengan luasan tempat. Setiap wadah atau kolam yang digunakan mempunyai daya dukung (carrying capacity) tertentu. Bila melebihi batas maksimum, akan sangat berpengaruh terhadap benih dan lingkungan hidup benih sehingga benih tidak berkembang secara normal.
Cara mudah untuk melakukan seleksi benih
Selama ini seleksi benih gurame
masih dilakukan secara manual. Bila dilakukan seperti seleksi ikan lainnya,
akan mengakibatkan kematian karena luka. Sisik benih gurame sangat peka bila
diperlakukan dengan kasar.
Teknik seleksi benih yang dapat
digunakan yaitu dengan cara membuat wadah berupa kotak. Pada kotak tersebut,
dibuatkan lubang yang ditutup kain halus untuk keluarnya benih. Ukuran lubang
tersebut dibuat sesuai dengan ukuran benih yang dikehendaki. Wadah berisi benih
sebaiknya ditempatkan pada air yang mengalir, karena sifat ikan selalu mencari
dan menentang arus.
Benih yang dihasilkan biasanya tidak
seragam meskipun berasal dari satu induk, terlebih bila benih berasal dari
pemijahan secara komunal (berkelompok). Agar seragam, dilakukan seleksi benih
sesuai dengan ukuran yang telah distandarkan.
Pemilihan
benih bisa dilakukan saat larva (umur 10-14 hari), 1-2 cm (biji oyong), ukuran
2-3 cm (kuku), ukuran 3-4 cm (jempol), 4-6 cm silet, sampai benih ukuran 6-8 cm
(korek) yang selanjutnya dilanjutkan pada tahap pembesaran.
Cara mudah menghitung
benih gurame
Penghitungan
benih yang praktis dan efisien bisa dilakukan dengan cara menghitung per lima
ekor. Oleh karena kepekaan sisik gurameyang lebioh sensitif dibanding ikan
jenis lain, penghitungan benih harus dilakukan dengan menggunakan alat yang
halus dan hindarkan kontak langsung dengan benda yang dapat merusak atau
melukai benih.
Penghitungan
benih sebaiknya dilakukan dengan kemampuan mata dalam melihat jumlah benih yang
tertampung pada alat penghitung benih, seperti sendok makan atau scoopnet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar