Wikipedia

Hasil penelusuran

19 Desember 2019

pengolahan ikan gurame

Aneka resep masakan gurami
Ikan Gurami yang diolah dengan cara dimasak bisa dibentuk sedemikian rupa untuk mempercantik penampilan. Orang sering menyebutnya Gurami Terbang. Sajikan dengan sambal bawang, sambal terasi, atau sambal bajak dan lalapan sebagai lauk untuk nasi.
1.   Gurami Terbang
Berikut ini Resep Ikan Gurami Terbang yang bisa anda coba untuk hidangan keluarga (untuk 3 porsi)
Bahan - bahan :
750 gram ikan gurame segar, bersihkan
1/2 sdt aur jeruk nipis
1 sdt garam
25 g tepung terigu
25 g tepung kanci
minyak untuk menggoreng
Untuk Bahan remah :
1 sdt tepung kanji
270 ml air
1/4 sdt kaldu ayam instan bubuk
1/4 sdt garam
2 sdm tepung beras
Untuk Garnis :
4 iris Mentimun
3 iris Tomat
1 lbr daun selada kering
Cara Memasak :
Sayat daging gurame dari arah ekor sampai kepala, jaga agar kepala tidak putus, lakukan pada sisi yang satu. Gelung tiap helai daging ikan ke arah atas. kencangkan gelung dengan tusuk gigi. Lubangi ujung tulang, selipkan benang bola, tarik benang ke arah kepala dan ikat insang hingga tulang melengkung ke arah kepala. Lumuri ikan dengan air jeruk dan garam. diamkan 45 menit. Lumuri ikan dengan campuran tepung. Goreng ikan dalam minyak panas dan banyak ( sampai ikan terendam minyak ) hingga coklat keemasan, tiriskan.
Campur bahan remah, aduk hingga tercampur rata. Sendokkan ke dalam minyak panas hingga membentuk remah kering kecoklatan . Angkat / tiriskan lalu letakkan diatas ikan. Lakukan sampai bahan remahan habis.
2.   Fillet Gurame Goreng
Cara membuat:
1. marinasi fillet ikan dengan air jeruk nipis dan jahe
2. belah fillet ikan dari atas dan jangan sampai putus
3. lumuri dengan cmpuran tepung bumbu instan
4. goreng dengan minyak panas sampai matang dan kecoklatan. Tiriskan
Saus:
1. panaskan minyak saur, tumis bawang putih dan bawang bombay
2. masukkan cabe dan tunggu sampai cabe matang
3. masukkan baked bean, saus cabe dan saus sambal dan air
4. bumbui sesuai selera 5. tunggu sampai saus mengental
6. siram diatas fillet gurame goreng
3.   Gurami asam-manis
Bahan:
- 1 gurami yang sedang besarnya.
- 1 bawang bombay atau 3 bawang merah
- 3 potong jahe yang diiris halus-halus
- 1 cabai merah yang besar.
- 1 sendok makan kecap.
- 3 sendok makan pure tomato
- 1 sendok makan tepung kanji.
Kuah ayam:
- 1/2 sendok makan cuka
- 1 sendok teh garam
- 1 sendok teh merica
- 1 sendok teh gula pasir
- 1/4 sendok teh pala bubuk
- 2 cangkir kaldu ayam
- Tepung terigujmaizena
- Mentega
Cara membuat :
1)  Buang isi perut ikan dan gurat-gurat sisiknya, lalu rem as dengan garam dan merica.
2)  Diamkan selama 1 jam sampai bumbu meresap, lalu gulung dengan tepung terigu.
3)  Panaskan mentega sampai keluar asap, masukkan ikan, lalu goreng sampai kuning.
4)  Iris tipis jahe dan bawang, lalu tumis dengan sedikit minyak.
5)  Tambahkan kaldu ayam, pure tomat, cuka, kecap, garam, gula, dan merica.
6)  Kentalkan kuah dengan tepung kanji yang sudah dicairkan dengan sedikit air.
7)  Cicipi kuahnya. Rasanya harus asam- manis.
8)  Letakkan ikan goreng di atas piring panjang, siram dengan kuah, lalu hiasi bagian atasnya dengan irisan cabe merah yang sudah dibuang bijinya.
4.   Gurami bumbu bali
Bahan:
- 1 ekor gurami
- 1 sendok teh garam
- 1 sendok teh gula pasir
- 1 batang serai, memarkan
- 1 lembar daun salam
- 1 gelas air santan
- Minyak goreng secukupnya
Bumbu halus :
- 5 butir bawang merah
- 3 siung bawang putih
- 5 buah cabai merah
- 5 buah cabai rawit
- 3 butir kemiri
- 2 cm kunyit
- 2 cm lengkuas
- 2 cm kencur
- 2 lembar daun jeruk
Cara membuat :
1)  Siangi dan cuci bersih ikan gurami, lalu goreng hingga matang. Tiriskan.
2)  Tumis bumbu halus, serai, daun jeruk dan daun salam sampai harum
3)  Masukkan air santan, lalu didihkan
4)  Masukkan gurami, gula pasir, dan garam,
5)  Masak hingga bumbu meresap.
5.   Abon Ikan Gurami
Bahan Membuat Abon Ikan Gurame:
-  1 ekor ikan gurame (800 gr), bersihkan, rebus, buang tulang, daging dihaluskan
-  1/2 kelapa setengah muda, parut
-  3 sendok makan minyak goreng
Bumbu Halus:
-  5 bawang merah
-  9 siung bawang putih
-  1 sendok teh ketumbar, disangrai
-  3 cabai merah besar, dibuang biji
-  1 sendok makan gula merah
-  1/2 ruas jari kunyit
-  1 sendok teh garam
-  2 lembar daun salam
Cara Membuat Abon Ikan Gurami:
1)    Panaskan minyak dan tumis bumbu halus hingga matang. Masukkan kelapa parut, tumis hingga kelapa matang, kering, dan warna kuning kemasan.
2)    Masukkan daging gurame halus, tumis sejenak hingga seluruh bahan tercampur rata.
Menghilangkan Bau Lumpur
Pemberokan
Selama 3-5 hari ikan disuruh berpuasa dalam air tawar yang mengalir. Hasil penelitian, gurami yang berbobot setengah kiloan setelah diberakan dalam air tawar selama 7 hari ternyata telah terbebas dari bau lumpur dan dagingnya menjadi lebih kenyal.
Pengolahan hasil Cara memasak gurami dengan menambahkan bumbu masak tradisional seperti kunyit, bawang merah, daun salam, dan serai dapat mengurangi bau lumpur dalam gurami

11 Desember 2019

pengolahan ikan lele





Lele yang selama ini dikenal sebagai ikan budidaya ternyata dapat dikembangkan menjadi produk olahan seperti Lele Asap, Nugget Lele, Kerupuk Lele, Bakso Ikan Lele, kaki Naga Ikan Lele, Abon Lele, Kue Semprong, Biskuit Lele dan masih banyak lagi produk yang lain. Pengolahan ikan lele menjadi produk lain bertujuan untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap ikan lele tersebut karena tidak semua lapisan masyarakat ingin mengkonsumsi ikan lele dalam keadaan utuh (misalnya pecel lele atau lele goreng). Dengan pertimbangan tersebut di atas dan melihat karakteristik ikan lele maka sangat besar peluang untuk mengembangkan ikan lele menjadi berbagai produk olahan.

Disamping itu diversifikasi olahan lele ini dapat meningkatkan konsumsi protein hewani khususnya ikan bagi masyarakat Indonesia. Salah satu olahan lele yang sangat terkenal adalah Ikan Lele Asap.Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami. Tujuan pengasapan ikan adalah untuk mendapatkan daya awet yang dihasilkan asap serta untuk memberikan aroma yang khas dari asap.

Produk lain yang dapat dibuat dari ikan lele adalah kerupuk. Kerupuk adalah suatu makanan kecil yang bersifat kering, ringan dan porous yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi yang merupakan makanan khas Indonesia dan banyak digemari oleh masyarakat luas. Kerenyahan kerupuk dapat dipengaruhi oleh volume pengembangan kerupuk, sedangkan volume pengembangan kerupuk dapat dipengaruhi oleh kadar amilopektin dan kandungan protein yang terkandung pada bahan.

Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, beberapa jenis olahan ikan lele harus mengalami proses pencucian daging (leaching). Pencucian (leaching) adalah suatu proses yang terjadi pada saat pencucian daging lumat yaitu proses terekstraknya actin dan myosin yang teksturnya seperti jala, masa ini di sebut sol yang sifatnya lengket. Tujuan dari pencucian daging (leaching) ini adalah untuk memperbaiki warna daging. Hasil pencucian daging menjadi membentuk gel (kenyal), proses pencucian ini akan dapat memperbaiki gel dan juga memperbaiki warna daging.

Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar ikan lele? Banyak yang tidak menyangka kalau ikan yang dikenal dengan patil tajamnya ini bisa dibuat berbagai jenis olahan yang sangat gurih, bergiji tinggi serta disukai oleh seluruh lapisan masyarakat. Lele yang selama ini dikenal sebagai ikan budidaya ternyata dapat dikembangkan menjadi produk makanan seperti Lele Asap, Nugget Lele, Kerupuk Lele, Bakso Ikan Lele, kaki Naga Ikan Lele, Abon Lele, Kue Semprong, Biscuit Lele dan masih banyak lagi produk yang lain.

1. Pengolahan Ikan Lele Asap

Ikan merupakan sumber protein hewani yang rendah kolesterol dan sangat baik untuk kecerdasan otak. Salah satu teknologi pengolahan ikan yang dapat meningkatkan nilai ekonomis serta daya awet ikan adalah pengasapan. Lele asap merupakan salah satu menu yang banyak dicari penggemar lele, rasanya yang khas disukai semua orang. Dari mulai anak kecil sampai orang tua, dan tanpa membedakan pria maupun wanita. Ikan yang digunakan untuk pengasapan hendaknya benar-benar masih segar, tidak cacat fisik, dan bermutu tinggi. Satu hal yang perlu selalu diingat, tidak ada satu cara apapun-betapa pun hebatnya cara dan peralatannya- yang mampu mencegah terjadinya kerusakan.


A. Prinsip Pengasapan

Tujuan pengasapan ikan, pertama untuk mendapatkan daya awet yang dihasilkan asap. Tujuan kedua untuk memberikan aroma yang khas tanpa peduli kemampuan daya awetnya. Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami. Melalui pembakaran akan terbentuk senyawa asap dalam bentuk uap dan butiran-butiran tar serta dihasilkan panas. Senyawa asap tersebut menempel pada ikan dan terlarut dalam lapisan air yang ada di permukaan tubuh ikan, sehingga terbentuk aroma dan rasa yang khas pada produk dan warnanya menjadi keemasan atau kecoklatan.

B. Tujuan Pengasapan

Ikan asap sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Konon, terjadinya tanpa disengaja. Ketika itu, umumnya orang mengawetkan daging dan ikan dengan cara dikeringkan di bawah terik matahari. Namun, pada musim hujan dan musim dingin orang mengeringkannya dengan bantuan api sehingga pengaruh asap pun tidak dapat dihindarkan. Panas yang dihasilkan dari pembakaran kayu menyebabkan terjadinya proses pengeringan. Selain akibat panas, proses pengeringan terjadi karena adanya proses penarikan air dari jaringan tubuh ikan oleh penyerapan berbagai senyawa kimia yang berasal dari asap. Pengasapan ikan merupakan cara pengawetan ikan dengan menggunakan asap yang berasal dari pembakaran kayu atau bahan organik lainnya. Kriteria Mutu ikan asap dapat dilihat pada Tabel 3. Pengasapan ikan dilakukan dengan tujuan :
a. Untuk mengawetkan ikan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami;
b. Untuk memberi rasa dan aroma yang khas.
Tabel  Kriteria Mutu Sensoris Ikan Asap
No. Parameter Deskripsi Mutu Ikan Asap
1. Penampakan Permukaan mutu ikan asap cerah, cemerlang, dan mengkilap. Apabila kusam dan suram menunjukkan bahwa ikan yang diasap sudah kurang bagus mutunya atau karena perlakuan dan proses pengasapan tidak dilakukan dengan baik dan benar. Tidak tampak adanya kotoran berupa darah yang mengering, sisa isi perut, abu, atau kotoran lainnya. Adanya kotoran semacam itu menjadi indikasi kalau pengolahan dan pengasapan tidak baik. Apabila pada permukaan ikan terdapat deposit kristal garam maka hal itu menunjukkan bahwa penggaraman terlalu berat dan tentu rasanya sangat asin. Pada ikan asap tidak tampak tanda-tanda adanya jamur atau lendir.
2. Warna Ikan asap berwarna cokelat keemasan, cokelat kekuningan, atau cokelat agak gelap. Warna ikan asap tersebar merata. Adanya warna kemerahan disekitar tulang atau berwarna gelap dibagian perut menunjukkan bahwa ikan yang diasap sudah bermutu rendah.
3. Bau Bau asap lembut sampai cukup tajam, tidak tengik, tanpa bau busuk, tanpa bau asing, tanpa bau asam, dan tanpa bau apek
4. Rasa Rasa lezat, enak, rasa asap terasa lembut sampai tajam, tanpa rasa getir atau pahit, dan tidak berasa tengik
5. Tekstur Tekstur kompak, cukup elastis, tidak terlalu keras (kecuali produk tertentu seperti ikan kayu), tidak lembek, tidak rapuh, tidak lengket. Hendaknya kulit ikan tidak mudah dikelupas dari dagingnya.

C. Teknik Pengolahan
a. Alat : Pisau, Talenan, Baskom, Timbangan dan Keranjang
b. Bahan :Ikan lele, Kayu dan Garam
c. Cara Pengolahan

Di dalam praktiknya, pengasapan ikan dilakukan dengan cara berbeda-beda tergantung kebiasaan, jenis ikan yang diasap, produk yang diinginkan, proses yang diinginkan, proses yang digunakan, dan sebagainya.
1) Penyiangan dan Pencucian
Sebelum diasap, ikan dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran, sisik yang lepas, dan juga lendir. Kemudian ikan disiangi dengan cara membelah bagian perut sampai dekat anus seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Apabila diperlukan, kepala ikan dipotong. Kalau ukuran ikan cukup besar dan berdaging tebal, sebaiknya ikan dibelah membentuk kupu-kupu, diambil dagingnya saja, atau dibentuk sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan untuk mencirikan produk.

2) Penggaraman

Perendaman dalam larutan garam atau penggaraman sering kali memang diperlukan karena memiliki banyak fungsi, di antaranya membantu memudahkan pencucian dan penghilangan lendir, memberikan cita rasa produk yang lebih lezat, membantu pengawetan, membantu pengeringan, dan menyebabkan tekstur daging ikan menjadi lebih kompak.

3) Penggantungan dan penyusunan ikan

Ikan yang sudah tiris disusun di dalam alat pengasap. Cara penyusunan ikan, misalnya mendatar di atas rak, akan menentukan ikan asap yang dihasilkan. Cara tersebut cocok untuk ikan-ikan kecil atau fillet ikan. Namun, dengan posisi itu kontak antar asap dan ikan kurang merata. Bagian bawah akan lebih banyak menerima panas dan asap sehingga ikan perlu dibalik.

4) Pengasapan

Pengasapan panas pada dasarnya terdiri atas tiga tahapan. Tahap pertama merupakan tahap pengeringan awal yang berlangsung sedikit di atas suhu ruang. Tahap kedua merupakan tahap pematangan pertama, sedangkan tahap ketiga merupakan pematangan akhir. Perlu diperhatikan bahwa sebaiknya tidak mengasap ikan secara langsung pada suhu tinggi sebab daging ikan akan cepat matang, tetapi teksturnya masih lunak. Akibatnya, pengeringan berjalan lambat dan ikan mudah patah.


5) Pengemasan

Setelah pengasapan selesai, ikan dibiarkan dingin hingga sama dengan suhu ruangan. Sebaiknya tidak mengemas produk selagi masih panas atau hangat karena akan mengembun dan ikan cepat rusak ditumbuhi jamur. Ikan asap harus dibiarkan dingin, misalnya dengan cara ditempatkan pada ruangan terbuka dan bersih. Kipas angin dapat digunakan untuk membantu mendinginkan ikan asap, asalkan terjadinya kontaminasi oleh kotoran dapat dicegah. Melalui cara itu, ikan asap sudah cukup dingin dalam waktu 1–2 jam. Ikan asap dapat dilihat pada Gambar 5.

6) Penyimpanan

Penyimpanan ikan asap akan sangat berperan penting dalam distribusi dan pemasarannya. Jika penyimpanan juga pengemasan tidak baik maka ikan asap akan cepat rusak sehingga daya jangkau pasarnya rendah. Untuk jangkauan distribusi yang luas, penggunaan suhu rendah selama penyimpanan tampaknya sudah saatnya diterapkan dan tidak dapat dihindari lagi.

2 Pengolahan Nugget Ikan Lele

Nugget adalah sejenis makanan yang dibuat dari daging giling atau daging  cacah yang diberi bumbu, yang dibentuk dalam cetakan tertentu, kemudian di kukus, dipotong-potong sesuai ukuran, dipanir, dibekukan, dan sebelum dikonsumsi dilakukan penggorengan. Nugget merupakan makanan siap saji yang merupakan modifikasi dari produk daging giling yang biasanya berasal dari daging ayam. Dikatakan nugget karena bentuk awalnya seperti nusset atau balok emas dengan warna kuning keemasan.

Sekarang bentuk nugget sudah bervariasi seperti drum stick, finger, dinosaurus, dan berbagai bentuk yang menarik yang disukai anak-anak. Nugget ikan adalah salah satu bentuk olahan dari ikan yang dapat dikembangkan. Respon konsumen terhadap nugget cukup bagus mengingat sekarang ini orang juga memperhatikan kepraktisan sebuah produk. Nugget dapat disimpan dalam bentuk beku. Pengolahan nugget juga dapat memperpanjang daya simpan daging ikan lele. Nugget ikan lele berpotensi untuk dikembangkan. Nugget ikan lele dapat dikonsumsi baik anak-anak maupun orang dewasa. Rasa nugget lele memang sedikit unik namun tetap lezat sebagai hidangan pelengkap. Nugget merupakan makanan yang disukai anak-anak maupun orang dewasa karena rasanya yang mengundang selera

1. Alat: Kompor, Gilingan daging, Penumbuk, Dandang, Baskom plastic, Pisau dan  Wajan
2. Bahan : Ikan lele 250 g, Telur 1 butir, Tepung roti 25 g, Bawang putih 2 siung, Keju 50 g, Kecap 1 sendok makan, Minyak goreng secukupnya, Tepung roti 25 g, dan Telur 1 butir

3. Cara Pengolahan
  1. Bersihkan ikan dari sirip, tulang dan bagian lain yang tidak diinginkan lalu cuci hingga bersih,
  2. Haluskan daging dengan gilingan daging atau penumbuk atau blender.
  3. Campur daging hasil gilingan dengan seluruh bahan, lalu uleni hingga merata.
  4. Masukkan adonan ke dalam dandang dan kukus selama 25 menit, lalu dinginkan
  5. Potong-potong adonan sesuai dengan selera
  6. Celupkan potongan adonan ke dalam telur, kemudian gulingkan ke tepung roti beberapa kali.
  7. Goreng potongan adonan sampai kering.
  8. Nugget siap dikemas atau dimakan.
3. Pengolahan Kerupuk Kemplang Ikan Lele

Kerupuk adalah suatu makanan kecil yang bersifat kering, ringan dan porous yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi yang merupakan makanan khas Indonesia dan banyak digemari oleh masyarakat luas. Biasanya kerupuk dikonsumsi sebagai makanan selingan atau sebagai variasi dalam lauk-pauk. Kerupuk adalah sejenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume membentuk produk yang porous dan memiliki densitas rendah selama penggorengan sehingga memiliki kerenyahan (Siaw. et al, 1985).

Kerupuk dapat berfungsi sebagai media simpan, media distribusi dan media saji pangan dan sekaligus merupakan produk budaya pangan masyarakat Indonesia. Bila dipandang sebagai media simpan potensinya sangatlah besar karena produk kerupuk adalah produk yang memiliki daya awet yang tinggi. Kerupuk sebagai media simpan ikan, hal ini dapat dilihat dari 30% hasil tangkapan ikan segar di Jawa adalah ikan dengan produk ikan asin, surimi, dan kerupuk (Rohimah, 1997).

Dalam proses pembuatan kerupuk ikan memiliki tahapan-tahapan berupa persiapan bahan baku, pencucian, penyiangan, pengambilan daging, pencucian II, pelumatan daging, pencampuran dengan bahan dasar, pembentukan, pengukusan, pendinginan, pengeringan, dan pengemasan (SNI 2713.1.2009). Proses produksi kerupuk lele tidaklah sulit untuk dikerjakan. Membutuhkan waktu kurang lebih dua hari untuk menghasilkan kerupuk mentah kering yang berkualitas. Lamanya waktu produksi juga ditentukan dengan proses pengeringan apakah dengan menggunakan tenaga matahari yaitu dengan dijemur atau dengan mesin pengering.

Salah satu keunggulan dari kerupuk ikan lele ini adalah mengandung kalsium yang lebih tinggi dibanding kerupuk ikan lainnya karena semua bagian dari lele digunakan sebagai bahan termasuk duri dan kepala. Kandungan kalsium yang tinggi ini sangat cocok dikonsumsi ibu hamil, balita, hingga lansia karena kandungan kalsium di dalamnya bisa mengurangi resiko terkena osteoporosis. Kerenyahan kerupuk dapat dipengaruhi oleh volume pengembangan kerupuk, sedangkan volume pengembangan kerupuk dapat dipengaruhi oleh kadar amilopektin dan kandungan protein yang terkandung pada bahan. Kerupuk dengan kandungan amilopektin yang lebih tinggi akan memiliki pengembangan yang lebih tinggi, karena pada saat proses pemanasan akan terjadi proses gelatinasi dan akan terbentuk struktur yang elastis, kemudian dapat mengembang pada tahap penggorengan sehingga kerupuk dengan volume pengembangan yang tinggi akan memiliki tingkat kerenyahan yang tinggi (Zulfiani, 1992).

1. Alat
Alat alat yang diperlukan dalam mengolah kerupuk antara lain :blender, gilingan manual, wajan, kompor, timbangan, sodet, serokan, wadah palstik, pisau, talenan, baskom plastik, pisau, talenan, cetakan, dan sendok.

2 Bahan
Bahan yang diperlukan dalam mengolah kerupuk antara lain Ikan lele, tepung tapioka, telur, bawang putih, garam, dan minyak goreng.

3. Cara Pengolahan
Persiapan bahan baku untuk membuat kerupuk ikan lele ialah pembuatan lumatan daging. Langkah-langkah dalam pembuatan daging lumat awalnya dengan menyiangi ikan lele segar dengan membuang isi perut dan kepala hingga bersih dan dicuci dengan air bersih. Pengambilan daging ikan ialah dengan memfillet dan mengambil sisa daging yang tertinggal di antara duri ikan dengan cara mengerok menggunakan sendok. Setelah daging terkumpul, daging dimasukkan ke dalam mesin pelumat daging. Hasil lumatan dipastikan harus benar-benar lembut, karena dapat mempengaruhi produk kerupuk yang dihasilkan. Apabila daging lumatan kurang lembut maka di masukkan kembali ke mesin pelumat agar lumatan daging yang dihasilkan benar-benar lembut. Setelah selesai proses pelumatan, daging ikan dimasukkan ke dalam wadah baskom bersih.

a. Pencampuran Bahan

Proses pencampuran dilakukan dengan cara mengaduk lumatan ikan dengan bumbu-bumbu yang sudah disiapkan. Setelah tercampur merata kemudian ditambahkan telur sesuai dengan berat adonan yang dibutuhkan, kemudian diaduk hingga merata. Proses pengadukan ini berperan sangat penting sekali. Apabila bahan yang dicampurkan tidak diaduk sampai bumbu merata akan mempengaruhi rasa produk kerupuk yang dihasilkan.

Proses pengadukan lumatan ikan dengan bumbu dilakukan dengan tujuan membuat rasa produk kerupuk ikan yang dihasilkan merata dan menjadikan produk dapat mengembang. Produk kerupuk dapat mengembang secara baik dipengaruhi oleh komposisi bahan yang digunakan.

b. Pembuatan Adonan

Proses pembuatan adonan dilakukan dengan mencampurkan antara lumatan ikan yang sudah halus dengan bumbu dan bahan-bahan lain. Adonan dibuat secara manual dengan menggunakan tangan hingga benar-benar merata dan pulen. Apabila komposisi dari bahan pembuat kerupuk ikan ini tidak benar maka akan terlihat sekali dari hasil adonan yang dibuat. Apabila terlalu banyak tepung akan mengakibatkan adonan keras dan mudah sekali patah, sedangkan bila terlalu banyak lumatan ikan akan terlalu lunak dan terasa basah. Oleh karena itu sangat diperlukan penambahan tepung dengan komposisi yang tepat.

c. Penggilasan

Proses penggilasan ialah proses pembentukan atau pencetakan kerupuk yang dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan. Adonan kerupuk dibentuk menjadi silinder memanjang dengan diameter silinder adonan kurang lebih 1 cm.

d. Pemotongan

Adonan yang telah terbentuk setelah proses penggilasan, maka dilakukan proses pemotongan. Pemotongan adonan dilakukan dengan menggunakan lempeng besi. Panjang potongan adonan adalah 1 cm.

e. Perapihan Bentuk

Proses perapihan bentuk atau yang disebut dengan pengirigan ini dilakukan dengan cara menggoyang-goyangkan adonan yang telah dipotong di atas nampan secara berulang-ulang hingga terpisah antara potongan yang satu dengan potongan yang lain. Proses pengirigan ini dilakukan dengan tujuan untuk menghaluskan permukaan adonan kerupuk yang sudah dipotong sehingga memiliki bentuk dan permukaan yang bagus dan menarik. Selain itu pengirigan juga bertujuan untuk memisahkan antara potongan yang satu dengan yang lain karena pada proses pembentukan dan pemotongan banyak yang menempel antara potongan adonan tersebut.

f. Penggorengan

Minyak yang digunakan untuk menggoreng adalah minyak sawit. Proses penggorengan dilakukan dengan suhu berkisar antara 130°C - 145°C selama kurang lebih 45 menit. Suhu selalu dijaga selama proses penggorengan, apabila terlalu panas akan mengakibatkan warna produk kerupuk yang dihasilkan kurang menarik. Kerupuk yang telah matang ditandai dengan warna kerupuk yang kuning keemasan dan tekstur mengeras tanpa kembali mengempes.

Proses penggorengan kerupuk akan terjadi tiga fase pengembangan yaitu fase plastisasi, fase mengembang dan fase tetap. Pada fase plastisasi kerupuk bersifat lentur dan belum mengembang, pada fase mengembang kerupuk mengalami perubahan bentuk dan mengembang tetapi belum tetap, kemudian fase terakhir yaitu fase tetap adalah fase dimana kerupuk tidak lagi mengalami pengembangan dan tidak kempes kembali (Zulviani, 1992).

g. Penirisan

Kerupuk yang sudah matang diangkat dengan menggunakan serok dan kemudian ditiriskan. Kerupuk yang ditiriskan ini diletakkan dalam wadah kotak penirisan selama kurang lebih tiga sampai dengan lima menit hingga kerupuk tidak terlalu panas dan tidak terbasahi oleh minyak.

Tujuan dari proses penirisan ini ialah untuk menurunkan suhu kerupuk sehingga tidak rusak teksturnya ketika dilakukan proses pengemasan. Selain itu juga bertujuan untuk meniriskan kerupuk agar tidak basah dari minyak goreng pada proses penggorengan. Kerupuk akan mudah mengalami ketengikan ketika masih banyak terkandung minyak dalam kemasan. Proses penirisan ini sangatlah penting, karena dapat mempengaruhi aroma kerupuk yang dihasilkan ketika dalam kemasan. Kandungan lemak yang terdapat dalam minyak goreng menimbulkan ketengikan apabila mengalami proses penaikan suhu dengan mengikutsertakan oksigen yang dinamakan sebagai oksidasi (Widowati, 1987).

h. Pengemasan

Pengemasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pada proses pendistribusian pada penjualan, dan mempertahankan kerenyahan kerupuk sampai ke konsumen. Kualitas kemasan produk kerupuk ini sangatlah berperan penting karena kerupuk akan kehilangan kerenyahan apabila pengemasannya tidak sesuai dengan standar kemasan untuk produk kerupuk. Pengemasan bahan pangan harus memperhatikan lima fungsi yaitu harus dapat mempertahankan produk agar tetap bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lain, harus memberikan perlindungan terhadap bahan pangan dari kerusakan fisik, air, oksigen dan sinar, harus berfungsi secara benar, efisien dan ekonomis dalam proses pengepakan yaitu selama pemasukan bahan pangan ke dalam kemasan (Buckle, 1985).

4. Pengolahan Bakso Ikan lele
a. Alat :
- Kompor
- Timbangan
- Baskom
- Sendok
- Pisau
- Talenan
b. Bahan :
- Daging Ikan lele
- Tepung Tapioka
- Garam
- Bawang Putih
- Lada
- Gula
c. Cara pengolahan :
1. Penyiangan

Penyiangan dilakukan segera mungkin yaitu dengan cara membuang kepala dan isi perut sebelum daging dipisahkan. Penyiangan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter sehingga tidak menyebabkan pencemaran pada tahap berikutnya. Ikan harus disiangi segera mungkin setelah ikan mati karena apabila darahnya mulai beku, maka daging akan mengalami diskolorisasi (perubahan warna) sehingga akan mempengaruhi warna produk akhir. Perubahan warna banyak disebabkan karena perubahan zat warna darah dan zat warna lain. Hemoglobin dan myoglobin yang mula-mula berwarna cerah akan berubah menjadi merah kecoklatan atau coklat karena terbentuknya methemoglobin.

2. Pencucian

Ikan dicuci dengan secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan menggunakan air dingin bersih yang mengalir.

3. Pemfilletan dan Pengambilan daging

Ikan yang telah disiangi dan dicuci kemudian di fillet yaitu mengambil dan memisahkan daging dari kulit dan tulang ikan. Pemfilletan ini dilakukan dengan cara ikan diletakkan di atas talenam, kemudian disayat memanjang dengan pisau pada ekor hingga ke arah kepala. Selama proses, bahan baku ditangani secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dan tetap mempertahankan suhu ikan maksimal 5˚C. Daging ikan yang masih menempel di tulang diambil (dikerok) menggunakan sendok. Proses ini dapat dilakukan menggunakan mesin maupun secara manual. Daging fillet harus tetap dipertahankan suhunya dengan selalu menambahkan es. Menurut Adawyah (2007), cara yang paling mudah untuk mendinginkan ikan adalah dengan menggunakan es. Es mendinginkan dengan cepat tanpa banyak mempengaruhi keadaan ikan, serta biayanya murah. Pada prinsipnya, es harus dicampurkan dengan ikan sedemikian rupa sehingga permukaan ikan bersinggungan dengan es, maka pendinginan ikan akan berlangsung lebih cepat sehingga pembusukan dapat segera dihambat.

4. Penghancuran daging/Penggilingan

Daging ikan dihancurkan dengan menggunakan alat penghancur. Proses dilakukan secara cepat, cermat dan saniter serta tetap mempertahankan suhu 0˚C- 5˚C. Penggilingan daging ikan dilakukan dengan menggunakan mesin penggiling yang umummya disebut alat penghancur (grinder) selama kurang lebih 5 menit hingga daging ikan hancur dan halus. Penggilingan yang terlalu lama akan menyebabkan tekstur daging ikan lembek sehingga produk yang dihasilkan tidak dapat dibentuk atau dicetak.

5. Pencucian daging (leaching)

Proses pencucian meliputi pencucian daging ikan yang dilumatkan dengan air es (air dingin). Dan diberi garam ( ± 0,3 %). Perbandingan ikan dengan air dingin 1: 3 dan perendaman dilakukan selama 15 menit sambil diaduk-aduk. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk memperbaiki warna daging. Hasil pencucian daging menjadi membentuk gel (kenyal), proses pencucian ini akan dapat memperbaiki gel dan juga memperbaiki warna daging. Pencucian akan menghilangkan kandungan protein sakroplasma yang dapat larut dalam air yang tidak bisa membentuk gel, enzim protease, darah atau warna yang dapat merusak penangkapan lemak komponen utama yang menyebabkan oksidasi lemak dan denaturasi protein (Hall dan Ahmad, 1992). Leaching adalah suatu proses yang terjadi pada saat pencucian daging lumat yaitu proses terekstraknya actin dan myosin yang teksturnya seperti jala, masa ini di sebut sol yang sifatnya lengket.

Pencucian dengan air sangat diperlukan dalam pembuatan surimi, karena dapat  menunjang kemampuan untuk pembentukan gel, dan menghambat denaturasi protein akibat pembekuan. Selama pencucian daging ikan dibersihkan dari darah, lemak, lendir dan protein yang larut dalam air, dengan cara ini warna dan bau daging menjadi lebih baik disamping kandungannya aktomiosinnya meningkat yang dibuat dengan proses pencucian sehingga secara nyata dapat memperbaiki sifat elastisitas produk (Fardiaz, 1985).

Pencucian dengan air es merupakan tahap yang paling penting dalam pembuatan surimi, karena dalam proses pencucian ini komponen nitrogen terlarut, darah dan juga lemak yang ada pada daging lumat akan terbuang, sedangkan protein myofibliar menjadi pekat, sehingga kemampuan membentuk gel meningkat. Air yang digunakan untuk pencucian haruslah air dingin. Pencucian dengan air kran dapat merusak tekstur dan mempercepat degradasi lemak, sedangkan pencucian dengan air laut dapat meningkatkan kehilangan protein. Pencucian berulang dilakukan dengan penambahan hancuran es pada saat pencucian agar suhu tetap stabil sekitar 10 oC (Suzuki, 1981).

Gel berbentuk rekat hasil pencucian mengubah daging bewarna putih, tidak berbau, tidak berlemak dan kenyal, adanya asam amino actin dan myosin yang banyak terkandung dalam protein daging ikan. Apabila protein daging ikan yang sedang dilumatkan ditambah dengan garam (NaCl), maka actin dan myosin ini akan
terekstrak dalam bentuk actomyosin yang teksturnya seperti jala. Masa ini disebut sol, yang sifatnya lengket dan adesing, apabila masa sol ini dipanaskan maka akan terbentuk gel, yang memberikan elastisitas (Dacker, 1980).

6. Pencampuran/Pengadonan

Hancuran daging dimasukkan kedalam alat pencampur, ditambahkan garam dan dicampur hingga didapatkan adonan yang lengket. Selanjutnya dilakukan penambahan bumbu lainnya, dicampur sampai homogen. Adapun bumbu yang dicampurkan ke dalam daging ikan sebagai berikut : garam, tepung tapioka, air es, minyak sayur, gula, bawang putih. Proses ini harus dilakukan dengan cepat dan bersih dan suhu adonan dipertahankan sampai 5˚C. Cara pencampuran adonan dapat dilihat pada Gambar 8.

7. Pembentukan

Adonan dicetak secara manual atau dapat dicetak dengan menggunakan mesin pencetak bakso dengan ukuran yang sudah ditentukan.

8. Perebusan atau pemasakan
Bakso ikan direbus menggunakan panci stainless steel pada suhu 100˚C selama 10 menit (sampai bakso mengambang di permukaan air perebusan). Bakso yang direbus dapat dikonsumsi langsung atau dilakukan pengolahan lebih lanjutan sesuai dengan selera.

9. Penirisan
Setelah perebusan, bakso ikan diletakkan di meja untuk penirisan. Penirisan juga sekaligus untuk menurunkan suhu bakso yang biasanya dilakukan dengan alat bantu kipas angin. Proses ini dilakukan hingga bakso menjadi agak kering dan tidak menyebabkan penguapan setelah dikemas. Penirisan dilakukan selama 10 – 15menit.

10. Pengemasan
Bakso dikemas dengan menggunakan plastik HDPE (High Density Poly Etilen) dengan kapasitas sesuai keinginan, kemudian direkatkan dengan electric heatseller. Dipilihnya plastik HDPE karena mempunyai ketebalan yang dapat melindungi produk yang telah dikemas agar tidak rusak selama masih di dalam kemasan.

11. Penyimpanan
Bakso disimpan di dalam freezer dengan suhu -25oC. Penyimpanan produk bakso sebaiknya dilakukan terpisah dari bahan baku (ikan beku).

5. Pengolahan Abon Ikan lele

a. Alat :
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan abon ikan lele terdiri dari Kompor,mTimbangan, baskom, sendok, pisau dan talenan.
b. Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam membuat abon ikan lele adalah : Lele 10 kg, Gula Merah 3 kg, Gula Pasir 1 kg, Lengkuas 250 gram, Sereh 10 batang, Daun Salam 10 lembar, Ketumbar 50 gram, Bawang Putih 250 gram, Bawang Merah 250 gram, Jahe 100 gram, Asam Jawa 100 gram, direbus dengan 200 ccm air, saring, ambil airnya; Garam secukupnya dan Minyak goring

c. Cara Pembuatan
  1. Potong bagian ikan, pisahkan kulit dan daging dengan bantuan pisau.
  2. Kukus daging hingga matang dan dinginkan setelah itu daging disuwir-suwir dengan garpu hingga halus.
  3. Siapkan bumbu-bumbu, haluskan ketumbar, bawang putih, bawang merah, jahe, lengkuas.Tumis bumbu halus tersebut dengan minyak goreng hingga harum, tambahkan sereh dan daun salam, kemudian tambahkan air asam jawa, garam, gula pasir dan gula merah.
  4. Masukkan daging lele yang sudah dihaluskan, masak dan aduk hingga bumbu meresap
  5. Panaskan minyak goreng dalam wajan, goreng daging lele sedikit demi sedikit hingga kecoklatan, angkat dan tiriskan.
  6. Masukkan dalam alat pengepres minyak, Abon lele siap disajikan dan bias disimpan dalam toples.

Pembesaran Ikan Nila

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki keunggulan dengan pertumbuhan yang relatif cepat dan pesat. Waktu panen yang cepat serta dapat dibudidayakan di beranekaragam tempat.
Bagi kamu yang tertarik untuk memulai beternak ikan nila, berikut ini 5 tahapan yang dapat kamu ikuti:

Lokasi

Lokasi pemeliharaan ternak ikan nila menyangkut akses serta jenis tanah, kemiringan, dan lain-lain. Lokasi yang dipilih seharusnya yang dapat diakses oleh kendaraan, sehingga akan memudahkan dalam proses penjualan hasil ternak ikan nila.
Jenis tanah yang digunakan yakni tanah liat/lempung yang tidak berporos. Kemiringan tanah yang digunakan dengan kisaran 3% sampai 5%, sehingga dalam proses budidaya akan lebih memudahkan dalam pengairan kolam serta pada saat panen ternak ikan nila.
Lokasi yang dipilih dengan ketinggian rendah sampai sedang, dengan ketinggian 500 mdpl.

Kualitas Air

Kualitas air merupakan syarat mutlak untuk tempat hidup ikan nila, serta yang membantu dalam memperoleh oksigen dalam proses pernafasan.
Kualitas air seharusnya berada pada kisaran pH 6,5-8,6, dengan suhu 25-30oC. Oksigen terlarut (DO)>5 mg/l (ppm) dengan kandungan moniak (NH3) <0,02 ppm.
Kolam air untuk ternak ikan nila dengan debit 8-15 liter/detik/ha dengan arus yang tenang, sehingga tidak membuat stress ikan nila. Kualitasnya harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia yang beracun dan berbahaya dari limbah pabrik.
Kekeruhan pada air dapat memperlambat pertumbuhan ikan. Kekeruhan disebabkan oleh plankton, sehingga air berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan.
Karena mengandung Diatomae baik bagi pertumbuhan ikan nila, yang akan berfungsi sebagai pakan alami ikan nila. Namun, plankton/alga biru buruk untuk pertumbuhan ikan nila. Tingkat kecerahan air antara 20-35 cm.

Kualitas Bibit

Memilih bibit ikan nila dilakukan untuk ukuran seragam 8-12 cm, dengan kepadatan tebal sekitar 10-15 ekor per m2. Ciri-ciri benih ikan nila yang bagus adalah:
  1. Ukuran benihnya seragam
  2. Kondisi benih sehat dan tidak ada cacat fisik
  3. Pergerakan renangnya lincah dan gesit

Tempat Budidaya

Tempat budidaya atau kolam untuk pemeliharaan ikan nila dapat dikategorikan dalam beberapa macam, yakni :
  1. Kolam pembesaran tahap I, memelihara benih ikan dari kolam pendederan. Usahakan jumlahnya 2-4 buah dengan luas 250-500 m persegi/kolam. Kolam ini sebaiknya terbuat dari kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang  Setelah benih  menjadi gelondongan kecil, dapat dimasukkan pada kolam berikutnya atau dijual.
  2. Kolam pembesaran tahap II, memelihara benih gelondongan besar, dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung, dapat digunakan dengan mata jaring 1,25 – 1,5 cm. Jumlah penebaran sebaiknya <10 ekor/meter persegi.
  3. Kolam pembesaran tahap III, kolam untuk pembesaran memerlukan kolam tanah antara 80-100 cm, luas 500-2.000 m persegi.
  4. Kolam/tempat pemberokan, pembesaran ikan nila dilakukan di jaring apung, berupa hapa berukuran 1×2 m – 2×3 m, kedalaman 75-100 cm. Sebelum digunakan, petak sawah diperdalam untuk menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1-1,5 m, kedalaman 60-75 cm.

Proses Pemeliharaan Ikan Nila

Proses pemeliharaan ikan nila terbagi atas 3 tahapan, yakni:
  1. Persiapan lahan, dalam hal ini untuk menyiapkan lahan yang akan digunakan utamanya pengeringan dan pemupukan. Pengeringan kolam dilakukan selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/m2. Pemupukan dilakukan dengan mencampur pupuk buatan, urea dan TSP masing-masing dosis 50-700 gram/m2, atau dengan pupuk buatan urea dan TSP masing-masing dosis 15 gram dan 10 gram/m2.
  2. Proses pemeliharaan, lama pemeliharaan ialah 4 bulan dengan tingkat kelangsungan hidup (SR) 80 %. Pakan  ialah pellet apung dosis 3-4 % dari biomassa ikan. Frekuensi pemberian  pakan 2-3 kali sehari, rasio konversi pakan (FCR) 1,2.
  3. Proses panen, panen ikan nila ialah 500 gr/ekor, dilakukan pagi hari untuk mengurangi resiko kematian ikan. Agar ikan sampai ke konsumen dalam keadaan hidup dan segar, hendaknya dalam pengangkutan menggunakan air yang bersuhu rendah.

Itulah beberapa tahap memepermudah ternak ikan nila yang dapat Anda lakukan. Selamat mencoba.


20 November 2019

teknis pembenihan ikan patin

Ikan patin termasuk golongan ikan yang paling banyak dikonsumsi karena sebagai sumber protein hewani.  Menggeluti bisnis peternakan Ikan patin merupakan bisnis yang memiliki prospek bagus karena dapat menghasilkan nilai jual yang tinggi, karena selain sebagai sumber gizi ikan patin juga bisa bernilai jual sebagai ikan hias.

Cara pembenihan ikan patin sebaiknya dipilih lokasi kolam untuk peternakan yang dekat dengan sumber air dan bebas dari banjir. Untuk memudahkan sistim pengairan ke dalam kolam sebaiknya kolam dibangun pada lokasi lahan yang landai dan mempunyai kemiringan 3 sampai dengan 5 %. Hal ini bertujuan agar air mudah dan lancer mengalir ke kolam.
Setidaknya ada 4 jenis kolam yang perlu disiapkan untuk memulai cara budidaya ikan patin. Kolam Indukan, Kolam pemijahan dan kolam penetasan telur serta kolam pendederan.

Cara Pemijahan dan Memilih Bibit Ikan Patin
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pembibitan di dalam cara budidaya ikan patin agar didapatkan bibit yang sehat dan cepat dalam membesarkannya.

Memilih Bibit Ikan Patin bisa berasal dari proses pemeliharan di kolam sejak kecil atau merupakan hasil dari tangkapan di alam , pilihlah induk yang berasal dari kawanan ikan patin yang sudah dewasa sehingga diharapkan kita mendapatkan induk yang ideal dan mempunyai kualitas yang bagus.

Seleksi Induk
1. Kriteria induk betina

  • Induk sudah mempunyai usia diatas 2 tahun.
  • Induk sudah mempunyai berat antara 1,5 sampai dengan 2 kilogram.
  • Secara visual induk sudah mempunyai perut yang membesar pada daerah anus.
  • Bila diraba perut induk patin akan terasa empuk, lembek dan tipis.
  • Ada pembengkakan dan timbul warna merah di daerah kloaka.
  • Akan keluar beberapa butir telur jika daerah kloaka ditekan
2. kriteria induk jantan
  • Induk sudah mempunyai usia diatas 2 tahun.
  • Induk sudah mempunyai berat antara 1,5 sampai dengan 2 kilogram
  • Seperti halnya pada induk betina, bila diraba induk jantan mempunyai perut yang lembek dan tipis.
  • Jika diurut sambil ditekan induk jantan akan mengeluarkan cairan berupa sperma yang berwarna putih.
  • Pada bagian kelamin Induk jantan ada pembengkakan dan mempunyai warna merah tua sebagai tanda bahwa induk siap dikawinkan
  Perawatan dan Pemeliharaan Induk patin
Lakukanlah pemeliharaan secara khusus terlebih dahulu terhadap induk ikan patin yang telah dipilih untuk dipijahkan, pemeliharan bisa dilakukan di dalam sangkar yang terapung, berikanlah makanan special terhadap induk yaitu makanan yang kaya akan protein. Makanan induk bisa dibuat dari bahan-bahan yang bisa dibeli dan tersedia banyak dipasaran seperti :  Bahan-bahan berupa pakan ayam yang mengandung 35 persen tepung ikan di dalamnya,  dedak halus dengan komposisi 30 persen, menir beras dengan komposisi 25 persen, tepung kedelai dengan komposisi 10 persen, dan tambahan vitamin atau mineral sebesar 0,5 persen.

Teknis pemijahan

Pemijahan adalah proses pertemuan antara ikan jantan dan betina untuk melakukan pembuahan telur oleh spermatozoa yang terjadi diluar tubuh atau secara eksternal. Menyatakan bahwa pemijahan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan ikan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya. Hal-hal yang perlu dilakukan pada proses pembenihan antara lain, pengadaan induk yang meliputi karantina dan perawatan induk. Hal itu bertujuan untuk memilih induk yang berkualitas baik. Biasanya induk-induk yang berasal dari alam memiliki kualitas yang kurang baik sehingga perlu dilakukan karantina dan perawatan untuk meningkatkan kualitas induk.

Pemijahan ikan patin biasanya dilakukan dengan teknik kawin suntik karena induk patin sulit terangsang untuk memijah bila dengan perlakuan secara alami. Teknik pemijahan induksi (induce breeding) dengan menyuntikkan larutan hipofisa dicampur dengan ovaprim. Biasanya, teknik ini diikuti dengan teknik pengurutan (stripping) agar telur tidak berceceran dan bisa ditetaskan di dalam akuarium


Pemijahan ikan Patin siam (Pangasius hypopthalamus) dilakukan dengan cara pemijahan buatan yaitu dengan menyuntikan hormon perangsang yang berasal dari kelenjar hipofisa LH-RH-A atau hCG atau hormon sintetis dengan merk dagang ovaprim. Penyuntikkan dilakukan dengan tujuan untuk merangsang pemijahan yang sudah matang gonad, ikan patin sulit dipijahkan secara alami karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai.

Pemijahan ikan patin mengalami kesulitan pada musim kemarau karena ikan patin memiliki kebiasaan memijah pada musim penghujan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan penyuntikan dengan menggunakan hormon yang berbeda. Penyuntikan dengan menggunakan hormon bertujuan untuk merangsang perkembangan gonad dan ovulasi secara lebih cepat pada musim kemarau. Hormon yang biasa digunakan adalah hCG menurut penyuntikan pada induk betina, hCG digunakan pada penyuntikan pertama dengan dosis 500 IU/kg

Penyuntikan kedua dengan menggunakan ovaprim 0,6 ml/kg. Penyuntikan induk jantan cukup menggunakan ovaprim dengan satu kali penyuntikan menggunakan dosis 0,2 ml/kg.
Keesokan harinya ikan patin siap untuk dipijahkan atau dilakukan fertilisasi dengan cara pencampuran sperma dengan telur. Alat - alat yang dibutuhkan berupa peralatan pemijahan (baskom plastik), kain lap, tisu gulung.
Sebelum dilakukan striping pada induk betina, terlebih dahulu dilakukan pengambilan sperma dari induk jantan dengan cara melakukan pemijatan dari perut ke bawah. Usahakan sperma tidak terkena air dengan terlebih dahulu dilakukan pengeringan dengan menggunakan tisu. Sedangkan induk betina distriping untuk mendapatkan telur kemudian telur yang didapatkan dimasukkan kedalam mangkok plastik. Setelah itu telur yang didapat ditambah dengan sperma dan encerkan dengan menggunakan larutan fisiologis (NaCl). Tujuan dari pengenceran ini adalah untuk mempertahankan daya hidup spermatozoa dalam waktu yang relatif lama.

Telur dan sperma harus diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari. Selanjutnya telur dan sperma segera dibawa ke tempat penetasan, dan diaduk dengan menggunakan bulu ayam kemudian menggoyang - goyangkan wadah secara perlahan kemudian dicuci dengan air sebanyak dua kali, banyak dan lamanya pencucian dilakukan tergantung dari kondisi telur tersebut, semakin lengket telur maka semakin banyak dan lama pencucian. Kemudian telur ditebarkan pada bak fiber berukuran 4 x 2 x 0,5 m3 yang dilengkapi hapa didalamnya dengan ukuran 2 x 1 x 0,3 m3 secara merata agar tidak terjadi penumpukan telur

Lama penetasan telur ikan setelah ditebar didalam bak fiber yang di lengkapi hapa yaitu selama 35 - 40 jam setelah pembuahan. Pada keesokan paginya dihitung jumlah telur yang terbuahi untuk mendapatkan nilai dari Fertility Rate (% FR). Pada sore harinya dilakukan penghitungan terhadap telur-telur yang sudah menetas untuk mengetahui daya tetas telur (% HR). Selanjutnya itu dilakukan pemeliharaan larva.


Kegiatan pemanenan dilakukan pada pagi hari,  pada saat  larva ikan sudah berumur 14 hari. Larva Ikan yang berada didalam bak fiber diambil dengan menggunakan scopnet kemudian dimasukkan kedalam plastik. Sebagian dijual kepada para petani ikan dan sisanya dibesarkan di kolam pendederan.
Proses pemanenan larva Patin menggunakan alat bantu seperti  tabung ukur, ember, baskom, plastik dan scopnet.
Sebelum dilakukan panen, air terlebih dahulu dikurangi sebanyak 80% untuk mempermudah proses pemanenan. Kemudian larva ditangkap dengan menggunakan scopnet dan dimasukkan kedalam baskom dan dilakukan penghitungan dengan menggunakan tabung ukur untuk selanjutnya dipindahkan kedalam bak pemeliharaan yang telah disiapkan atau dijual kepada para pembeli.

14 November 2019

pembuatan pakan pellet untuk budidaya ikan patin

Untuk menghemat modal pakan untuk ternak patin anda, nih saya kasih tahu Cara Membuat Pakan Ikan Patin yang benar dan mempunyai kualitas yang bagus pula dan tidak mengurangi nilai gizi nya untuk ikan patin anda di peternakan, dan jika anda ragu anda boleh mencoba dulu sedikit dan lakukan perbandingan mana hasil pakan pabrik dan mana hasil pakan buatan.

Stabilitas pakan di dalam air meliputi beberapa hal yang di lakukan dalam proses pembuatan pakan itu sendiri di antara nya yaitu :

1. Tekstur dan kehalusan bahan baku

Kehalusan dan tekstur bahan baku ini jelas merupakan salah satu nya karena pakan jadi berawal dari bahan baku itu sendiri, agar mendapatkan hasil yang baik dan sempurna sebaik  nya bahan baku ini harus benar-benar halus seperti tepung.

Dan dengan bahan baku yang halus juga akan mempermudah ikan saat memakan nya sehingga ikan tidak akan mengurangi nafsu makan nya.

 2. Bahan Perekat

Selain tekstur, bahan perekat juga sangat penting di perhatikan dan bahan perekat yang biasa di gunakan yaitu : Tepung kanji, agar-agar, tepung maizena, gelatin, tepung kanji, tapioka, asam alginat, karageenan, dan Carboxymethy Cellulose.

 3. Proses pembuatan

Agar pembuatan pakan ini berjalan dengan sempurna, sebaiknya cara pembuatan nya di pisahkan atau satu per satu, intinya kita buat kan dulu campuran bahan baku nya, kemudian setelah itu barulah kita membuat adonan lain nya.

Jadi dengan begitu adonan akan tercampur dengan sempurna atau merata, selain itu pembuatan pakan ikan patin ini jangan  terlalu basah dan jangan pula terlalu kering jadi jika terlalu basah bisa di atasi dengan menjemur nya jangan menambahkan bahan baku lagi  karena jika di tambahkan bahan lagi akan mengubah kualitas pakan itu sendiri.

Tapi jika anda mau mencampur adonan secara langsung sebaik nya mengolah adonan nya di lakukan secara langsung di atas api dengan tujuan agar tercampur secara  rata dan setelah itu anda bisa megeringkan nya di atas tampir dan setelah dingin anda bisa  langsung memberikan nya pada ikan patin yang anda budidayakan.

berikut beberapa contoh campuran bahan baku yang dapat dibuat pakan ikan patin
  1. Patin
         (Bahan utama Azolla)
Azolla                                    80 kg    x   Rp.     500        : Rp.    40.000
Tepung ikan                          10 kg   x   Rp.  7.500       : Rp.    75.000
Tepung jagung                      10 kg   x   Rp.  4.000      : Rp.    40.000
Total                                                                                    Rp.  191.500 
  1. Patin
         (Bahan utama Eceng Gondok)
Tepung Eceng Gondok        80 kg    x   Rp.     200      : Rp.    16.000
Tepung ikan                         10 kg   x   Rp.  7.500         : Rp.    75.000
Tepung jagung                     10 kg   x   Rp.  4.000        : Rp.    40.000
Total                                                                                       Rp. 177.500

  1. Patin
         (Bahan utama Azolla dan Eceng Gondok)
Tepung Eceng Gondok      50 kg    x   Rp.     200      : Rp.    10.000
Tepung Azolla                    30 kg   x   Rp.     500         : Rp.    15.000
Tepung ikan                       10 kg   x   Rp.  7.500         : Rp.    75.000
Tepung jagung                  10 kg   x   Rp.  4.000         : Rp.    40.000
Total                                                                                   Rp.  186.000
  1. Patin
         (Bahan utama Singkong dan Azolla)
Tepung Singkong                 30 kg    x   Rp.     1500    : Rp.    45.000
Tepung Azolla                      50 kg   x   Rp.     500         : Rp.    25.000
Tepung ikan                         10 kg   x   Rp.  7.500        : Rp.    75.000
Tepung jagung                     10 kg   x   Rp.  4.000       : Rp.    40.000
Total                                                                                   : Rp.  174.000

11 November 2019

pembesaran ikan patin

Ikan patin sangat bagus untuk dibudidayakan serta memiliki peluang ekonomi di indonesia. Saat ini, pemenuhan atas permintaan ikan patin masih sangat kurang, oleh karena itu usaha budidaya ikan patin sangat layak untuk dikembangkan. Ikan patin seperti halnya ikan lele tidak memiliki sisik dan memiliki semacam duri yang tajam di bagian siripnya keduanya tergolong dalam kelompok catfish. Ada yang menyebut ikan patin dengan Lele Bangkok.Di beberapa daerah ikan patin memiliki nama yang berbeda-beda antara lain ikan Jambal, ikan Juara, Lancang dan Sodarin. Rasa daging ikan patin yang enak dan gurih konon memiliki rasa yang lebih dibandingkan Ikan Lele. Ikan patin memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup banyak di dalam dagingnya.
Teknik budidaya ikan patin relatif mudah, sehingga tidak perlu ragu jika berminat menekuni budidaya ikan ini. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan ikan patin hanya mengandalkan penangkapan dari sungai, rawa dan danau sebagai habitat asli ikan patin. Seiring dengan meningkatnya permintaan dan minat masyarakat, ikan patin mulai dibudidayakan di kolam,keramba maupun bak dari semen. Permintaan ikan patin yang terus meningkat memberikan peluang usaha bagi setiap orang untuk menekuni usaha di bidang budidaya ikan patin ini. Dengan permintaan yang demikian meningkat jelas tidak mungkin mengandalkan tangkapan alam, tetapi perlu budidaya ikan patin secara lebih intesnsif.
Budidaya ikan Patin memerlukan beberapa persyaratan dan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya antara lain sebagai berikut :
    1.  Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan dan budi daya ikan patin adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
    2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
    3. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
    4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
    5. Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26-28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
    6. PH air berkisar antara: 6,5-7.
      Pemeliharaan Pembesaran ditujukan untuk pemenuhan Ikan Patin konsumsi. Ikan Patin dikonsumsi dalam berbagai ukuran, antara lain 200 gram sampai 1 kg. Masa panen menyesuaikan dengan permintaan pasar. Ada sebagian yang lebih senang ukuran kecil sekitar 200 gram ada yang lebih dari itu. Pada Usia 6 bulan ikan patin sudah mencapai bobot 600-700 gram.
      Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan aliran air yang mengalir cukup baik, meski demikian bisa juga dipeihara pada kolam semen yang tidak mengalir, tetapi perlu diperhatikan kualitas air agar tetap dalam konsisi yang baik. Langkah-langkah pemeliharaan Ikan Patin Sebagai Berikut:
      1Pemupukan
      Pada kolam lumpur idealnya perlu dilakukan pemupukan sebelum ikan patin ditebarkan. Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan makanan alami dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya.Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50-700 gram/m 2.
    7. 2. Pemberian Pakan
      Faktor yang cukup menentukan dalam budi daya ikan patin adalah faktor pemberia makanan. Faktor makanan yang berpengaruh terhadap keberhasilan budi daya ikan patin adalah dari aspek kandungan gizinya, jumlah dan frekuensi pemberin makanan. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel). Pakan yang diberikan adalah Pelet dan bisa ditambahkan makanan alami lainnya seperti kerang, keong emas,bekicot, ikan sisa, sisa dapur dan lain-lain. Makanan alami yang diperoleh dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga menghemat biaya pemeliharaan.
      3. Penanganan Hama Dan Penyakit
      Salah satu kendala dan masalah Budi daya ikan patin adalah hama dan penyakit. Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung dan kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Cegah akses masuk hama tersebut ke kolam atau dengan memasang lampu penerangan si sekitar kolam. Hama tersebut biasanya enggan masuk jika ada sinar lampu. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
      4. Pemanenan Ikan Patin
      Pemanenan adalah saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin. Meski terlihat sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat saat dipanen. Sayang jika budi daya ikan patin sudah berhasil dengan baik, harus gagal hanya karena cara panen yang salah. Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari. Pemasaran Ikan Patin dalam bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, karena itu diusahakann menjual dalam bentuk ini. Harga Ikan Patin Per kilogram kurang lebih Rp 15.000.