Lele yang selama
ini dikenal sebagai ikan budidaya ternyata dapat dikembangkan menjadi
produk olahan seperti Lele Asap, Nugget Lele, Kerupuk Lele, Bakso Ikan
Lele, kaki Naga Ikan Lele, Abon Lele, Kue Semprong, Biskuit Lele dan
masih banyak lagi produk yang lain. Pengolahan ikan lele menjadi produk
lain bertujuan untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap ikan lele
tersebut karena tidak semua lapisan masyarakat ingin mengkonsumsi ikan
lele dalam keadaan utuh (misalnya pecel lele atau lele goreng). Dengan
pertimbangan tersebut di atas dan melihat karakteristik ikan lele maka
sangat besar peluang untuk mengembangkan ikan lele menjadi berbagai
produk olahan.
Disamping itu diversifikasi olahan lele ini dapat meningkatkan konsumsi
protein hewani khususnya ikan bagi masyarakat Indonesia. Salah satu
olahan lele yang sangat terkenal adalah Ikan Lele Asap.Pengasapan
merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi
perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil
pembakaran bahan bakar alami. Tujuan pengasapan ikan adalah untuk
mendapatkan daya awet yang dihasilkan asap serta untuk memberikan aroma
yang khas dari asap.
Produk lain yang dapat dibuat dari ikan lele adalah kerupuk. Kerupuk
adalah suatu makanan kecil yang bersifat kering, ringan dan porous yang
terbuat dari bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi yang
merupakan makanan khas Indonesia dan banyak digemari oleh masyarakat
luas. Kerenyahan kerupuk dapat dipengaruhi oleh volume pengembangan
kerupuk, sedangkan volume pengembangan kerupuk dapat dipengaruhi oleh
kadar amilopektin dan kandungan protein yang terkandung pada bahan.
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, beberapa jenis olahan ikan lele harus mengalami proses pencucian daging (leaching). Pencucian (leaching)
adalah suatu proses yang terjadi pada saat pencucian daging lumat yaitu
proses terekstraknya actin dan myosin yang teksturnya seperti jala,
masa ini di sebut sol yang sifatnya lengket. Tujuan dari pencucian
daging (leaching) ini adalah untuk memperbaiki warna daging.
Hasil pencucian daging menjadi membentuk gel (kenyal), proses pencucian
ini akan dapat memperbaiki gel dan juga memperbaiki warna daging.
Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar ikan lele? Banyak yang tidak
menyangka kalau ikan yang dikenal dengan patil tajamnya ini bisa dibuat
berbagai jenis olahan yang sangat gurih, bergiji tinggi serta disukai
oleh seluruh lapisan masyarakat. Lele yang selama ini dikenal sebagai
ikan budidaya ternyata dapat dikembangkan menjadi produk makanan seperti
Lele Asap, Nugget Lele, Kerupuk Lele, Bakso Ikan Lele, kaki Naga Ikan
Lele, Abon Lele, Kue Semprong, Biscuit Lele dan masih banyak lagi produk
yang lain.
1. Pengolahan Ikan Lele Asap
Ikan merupakan sumber protein hewani yang rendah kolesterol dan sangat
baik untuk kecerdasan otak. Salah satu teknologi pengolahan ikan yang
dapat meningkatkan nilai ekonomis serta daya awet ikan adalah
pengasapan. Lele asap merupakan salah satu menu yang banyak dicari
penggemar lele, rasanya yang khas disukai semua orang. Dari mulai anak
kecil sampai orang tua, dan tanpa membedakan pria maupun wanita. Ikan
yang digunakan untuk pengasapan hendaknya benar-benar masih segar, tidak
cacat fisik, dan bermutu tinggi. Satu hal yang perlu selalu diingat,
tidak ada satu cara apapun-betapa pun hebatnya cara dan peralatannya-
yang mampu mencegah terjadinya kerusakan.
A. Prinsip Pengasapan
Tujuan pengasapan ikan, pertama untuk mendapatkan daya awet yang
dihasilkan asap. Tujuan kedua untuk memberikan aroma yang khas tanpa
peduli kemampuan daya awetnya. Pengasapan merupakan cara pengolahan atau
pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan
pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami.
Melalui pembakaran akan terbentuk senyawa asap dalam bentuk uap dan
butiran-butiran tar serta dihasilkan panas. Senyawa asap tersebut
menempel pada ikan dan terlarut dalam lapisan air yang ada di permukaan
tubuh ikan, sehingga terbentuk aroma dan rasa yang khas pada produk dan
warnanya menjadi keemasan atau kecoklatan.
B. Tujuan Pengasapan
Ikan asap sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Konon, terjadinya tanpa
disengaja. Ketika itu, umumnya orang mengawetkan daging dan ikan dengan
cara dikeringkan di bawah terik matahari. Namun, pada musim hujan dan
musim dingin orang mengeringkannya dengan bantuan api sehingga pengaruh
asap pun tidak dapat dihindarkan. Panas yang dihasilkan dari pembakaran
kayu menyebabkan terjadinya proses pengeringan. Selain akibat panas,
proses pengeringan terjadi karena adanya proses penarikan air dari
jaringan tubuh ikan oleh penyerapan berbagai senyawa kimia yang berasal
dari asap. Pengasapan ikan merupakan cara pengawetan ikan dengan
menggunakan asap yang berasal dari pembakaran kayu atau bahan organik
lainnya. Kriteria Mutu ikan asap dapat dilihat pada Tabel 3. Pengasapan
ikan dilakukan dengan tujuan :
a. Untuk mengawetkan ikan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami;
b. Untuk memberi rasa dan aroma yang khas.
Tabel Kriteria Mutu Sensoris Ikan Asap
No. |
Parameter |
Deskripsi Mutu Ikan Asap |
1. |
Penampakan |
Permukaan mutu ikan
asap cerah, cemerlang, dan mengkilap. Apabila kusam dan suram
menunjukkan bahwa ikan yang diasap sudah kurang bagus mutunya atau
karena perlakuan dan proses pengasapan tidak dilakukan dengan baik dan
benar. Tidak tampak adanya kotoran berupa darah yang mengering, sisa isi
perut, abu, atau kotoran lainnya. Adanya kotoran semacam itu menjadi
indikasi kalau pengolahan dan pengasapan tidak baik. Apabila pada
permukaan ikan terdapat deposit kristal garam maka hal itu menunjukkan
bahwa penggaraman terlalu berat dan tentu rasanya sangat asin. Pada ikan
asap tidak tampak tanda-tanda adanya jamur atau lendir. |
2. |
Warna |
Ikan asap berwarna
cokelat keemasan, cokelat kekuningan, atau cokelat agak gelap. Warna
ikan asap tersebar merata. Adanya warna kemerahan disekitar tulang atau
berwarna gelap dibagian perut menunjukkan bahwa ikan yang diasap sudah
bermutu rendah. |
3. |
Bau |
Bau asap lembut sampai cukup tajam, tidak tengik, tanpa bau busuk, tanpa bau asing, tanpa bau asam, dan tanpa bau apek |
4. |
Rasa |
Rasa lezat, enak, rasa asap terasa lembut sampai tajam, tanpa rasa getir atau pahit, dan tidak berasa tengik |
5. |
Tekstur |
Tekstur kompak, cukup
elastis, tidak terlalu keras (kecuali produk tertentu seperti ikan
kayu), tidak lembek, tidak rapuh, tidak lengket. Hendaknya kulit ikan
tidak mudah dikelupas dari dagingnya. |
C. Teknik Pengolahan
a. Alat : Pisau, Talenan, Baskom, Timbangan dan Keranjang
b. Bahan :Ikan lele, Kayu dan Garam
c. Cara Pengolahan
Di dalam praktiknya, pengasapan ikan dilakukan dengan cara berbeda-beda
tergantung kebiasaan, jenis ikan yang diasap, produk yang diinginkan,
proses yang diinginkan, proses yang digunakan, dan sebagainya.
1) Penyiangan dan Pencucian
Sebelum diasap, ikan dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran,
sisik yang lepas, dan juga lendir. Kemudian ikan disiangi dengan cara
membelah bagian perut sampai dekat anus seperti diperlihatkan pada
Gambar 2. Apabila diperlukan, kepala ikan dipotong. Kalau ukuran ikan
cukup besar dan berdaging tebal, sebaiknya ikan dibelah membentuk
kupu-kupu, diambil dagingnya saja, atau dibentuk sesuai dengan kebiasaan
yang dilakukan untuk mencirikan produk.
2) Penggaraman
Perendaman dalam larutan garam atau penggaraman sering kali memang
diperlukan karena memiliki banyak fungsi, di antaranya membantu
memudahkan pencucian dan penghilangan lendir, memberikan cita rasa
produk yang lebih lezat, membantu pengawetan, membantu pengeringan, dan
menyebabkan tekstur daging ikan menjadi lebih kompak.
3) Penggantungan dan penyusunan ikan
Ikan yang sudah tiris disusun di dalam alat pengasap. Cara penyusunan
ikan, misalnya mendatar di atas rak, akan menentukan ikan asap yang
dihasilkan. Cara tersebut cocok untuk ikan-ikan kecil atau fillet ikan.
Namun, dengan posisi itu kontak antar asap dan ikan kurang merata.
Bagian bawah akan lebih banyak menerima panas dan asap sehingga ikan
perlu dibalik.
4) Pengasapan
Pengasapan panas pada dasarnya terdiri atas tiga tahapan. Tahap pertama
merupakan tahap pengeringan awal yang berlangsung sedikit di atas suhu
ruang. Tahap kedua merupakan tahap pematangan pertama, sedangkan tahap
ketiga merupakan pematangan akhir. Perlu diperhatikan bahwa sebaiknya
tidak mengasap ikan secara langsung pada suhu tinggi sebab daging ikan
akan cepat matang, tetapi teksturnya masih lunak. Akibatnya, pengeringan
berjalan lambat dan ikan mudah patah.
5) Pengemasan
Setelah pengasapan selesai, ikan dibiarkan dingin hingga sama dengan
suhu ruangan. Sebaiknya tidak mengemas produk selagi masih panas atau
hangat karena akan mengembun dan ikan cepat rusak ditumbuhi jamur. Ikan
asap harus dibiarkan dingin, misalnya dengan cara ditempatkan pada
ruangan terbuka dan bersih. Kipas angin dapat digunakan untuk membantu
mendinginkan ikan asap, asalkan terjadinya kontaminasi oleh kotoran
dapat dicegah. Melalui cara itu, ikan asap sudah cukup dingin dalam
waktu 1–2 jam. Ikan asap dapat dilihat pada Gambar 5.
6) Penyimpanan
Penyimpanan ikan asap akan sangat berperan penting dalam distribusi dan
pemasarannya. Jika penyimpanan juga pengemasan tidak baik maka ikan asap
akan cepat rusak sehingga daya jangkau pasarnya rendah. Untuk jangkauan
distribusi yang luas, penggunaan suhu rendah selama penyimpanan
tampaknya sudah saatnya diterapkan dan tidak dapat dihindari lagi.
2 Pengolahan Nugget Ikan Lele
Nugget adalah sejenis makanan yang dibuat dari daging giling atau
daging cacah yang diberi bumbu, yang dibentuk dalam cetakan tertentu,
kemudian di kukus, dipotong-potong sesuai ukuran, dipanir, dibekukan,
dan sebelum dikonsumsi dilakukan penggorengan. Nugget merupakan makanan
siap saji yang merupakan modifikasi dari produk daging giling yang
biasanya berasal dari daging ayam. Dikatakan nugget karena bentuk
awalnya seperti nusset atau balok emas dengan warna kuning keemasan.
Sekarang bentuk nugget sudah bervariasi seperti drum stick, finger,
dinosaurus, dan berbagai bentuk yang menarik yang disukai anak-anak.
Nugget ikan adalah salah satu bentuk olahan dari ikan yang dapat
dikembangkan. Respon konsumen terhadap nugget cukup bagus mengingat
sekarang ini orang juga memperhatikan kepraktisan sebuah produk. Nugget
dapat disimpan dalam bentuk beku. Pengolahan nugget juga dapat
memperpanjang daya simpan daging ikan lele. Nugget ikan lele berpotensi
untuk dikembangkan. Nugget ikan lele dapat dikonsumsi baik anak-anak
maupun orang dewasa. Rasa nugget lele memang sedikit unik namun tetap
lezat sebagai hidangan pelengkap. Nugget merupakan makanan yang disukai
anak-anak maupun orang dewasa karena rasanya yang mengundang selera
1. Alat: Kompor, Gilingan daging, Penumbuk, Dandang, Baskom plastic, Pisau dan Wajan
2. Bahan : Ikan lele 250 g, Telur 1 butir, Tepung roti 25 g, Bawang
putih 2 siung, Keju 50 g, Kecap 1 sendok makan, Minyak goreng
secukupnya, Tepung roti 25 g, dan Telur 1 butir
3. Cara Pengolahan
- Bersihkan ikan dari sirip, tulang dan bagian lain yang tidak diinginkan lalu cuci hingga bersih,
- Haluskan daging dengan gilingan daging atau penumbuk atau blender.
- Campur daging hasil gilingan dengan seluruh bahan, lalu uleni hingga merata.
- Masukkan adonan ke dalam dandang dan kukus selama 25 menit, lalu dinginkan
- Potong-potong adonan sesuai dengan selera
- Celupkan potongan adonan ke dalam telur, kemudian gulingkan ke tepung roti beberapa kali.
- Goreng potongan adonan sampai kering.
- Nugget siap dikemas atau dimakan.
3. Pengolahan Kerupuk Kemplang Ikan Lele
Kerupuk adalah suatu makanan kecil yang bersifat kering, ringan dan
porous yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi
yang merupakan makanan khas Indonesia dan banyak digemari oleh
masyarakat luas. Biasanya kerupuk dikonsumsi sebagai makanan selingan
atau sebagai variasi dalam lauk-pauk. Kerupuk adalah sejenis makanan
kecil yang mengalami pengembangan volume membentuk produk yang porous
dan memiliki densitas rendah selama penggorengan sehingga memiliki
kerenyahan (Siaw. et al, 1985).
Kerupuk dapat berfungsi sebagai media simpan, media distribusi dan media
saji pangan dan sekaligus merupakan produk budaya pangan masyarakat
Indonesia. Bila dipandang sebagai media simpan potensinya sangatlah
besar karena produk kerupuk adalah produk yang memiliki daya awet yang
tinggi. Kerupuk sebagai media simpan ikan, hal ini dapat dilihat dari
30% hasil tangkapan ikan segar di Jawa adalah ikan dengan produk ikan
asin, surimi, dan kerupuk (Rohimah, 1997).
Dalam proses pembuatan kerupuk ikan memiliki tahapan-tahapan berupa
persiapan bahan baku, pencucian, penyiangan, pengambilan daging,
pencucian II, pelumatan daging, pencampuran dengan bahan dasar,
pembentukan, pengukusan, pendinginan, pengeringan, dan pengemasan (SNI
2713.1.2009). Proses produksi kerupuk lele tidaklah sulit untuk
dikerjakan. Membutuhkan waktu kurang lebih dua hari untuk menghasilkan
kerupuk mentah kering yang berkualitas. Lamanya waktu produksi juga
ditentukan dengan proses pengeringan apakah dengan menggunakan tenaga
matahari yaitu dengan dijemur atau dengan mesin pengering.
Salah satu keunggulan dari kerupuk ikan lele ini adalah mengandung
kalsium yang lebih tinggi dibanding kerupuk ikan lainnya karena semua
bagian dari lele digunakan sebagai bahan termasuk duri dan kepala.
Kandungan kalsium yang tinggi ini sangat cocok dikonsumsi ibu hamil,
balita, hingga lansia karena kandungan kalsium di dalamnya bisa
mengurangi resiko terkena osteoporosis. Kerenyahan kerupuk dapat
dipengaruhi oleh volume pengembangan kerupuk, sedangkan volume
pengembangan kerupuk dapat dipengaruhi oleh kadar amilopektin dan
kandungan protein yang terkandung pada bahan. Kerupuk dengan kandungan
amilopektin yang lebih tinggi akan memiliki pengembangan yang lebih
tinggi, karena pada saat proses pemanasan akan terjadi proses gelatinasi
dan akan terbentuk struktur yang elastis, kemudian dapat mengembang
pada tahap penggorengan sehingga kerupuk dengan volume pengembangan yang
tinggi akan memiliki tingkat kerenyahan yang tinggi (Zulfiani, 1992).
1. Alat
Alat alat yang diperlukan dalam mengolah kerupuk antara lain :blender,
gilingan manual, wajan, kompor, timbangan, sodet, serokan, wadah
palstik, pisau, talenan, baskom plastik, pisau, talenan, cetakan, dan
sendok.
2 Bahan
Bahan yang diperlukan dalam mengolah kerupuk antara lain Ikan lele,
tepung tapioka, telur, bawang putih, garam, dan minyak goreng.
3. Cara Pengolahan
Persiapan bahan baku untuk membuat kerupuk ikan lele ialah pembuatan
lumatan daging. Langkah-langkah dalam pembuatan daging lumat awalnya
dengan menyiangi ikan lele segar dengan membuang isi perut dan kepala
hingga bersih dan dicuci dengan air bersih. Pengambilan daging ikan
ialah dengan memfillet dan mengambil sisa daging yang tertinggal di
antara duri ikan dengan cara mengerok menggunakan sendok. Setelah daging
terkumpul, daging dimasukkan ke dalam mesin pelumat daging. Hasil
lumatan dipastikan harus benar-benar lembut, karena dapat mempengaruhi
produk kerupuk yang dihasilkan. Apabila daging lumatan kurang lembut
maka di masukkan kembali ke mesin pelumat agar lumatan daging yang
dihasilkan benar-benar lembut. Setelah selesai proses pelumatan, daging
ikan dimasukkan ke dalam wadah baskom bersih.
a. Pencampuran Bahan
Proses pencampuran dilakukan dengan cara mengaduk lumatan ikan dengan
bumbu-bumbu yang sudah disiapkan. Setelah tercampur merata kemudian
ditambahkan telur sesuai dengan berat adonan yang dibutuhkan, kemudian
diaduk hingga merata. Proses pengadukan ini berperan sangat penting
sekali. Apabila bahan yang dicampurkan tidak diaduk sampai bumbu merata
akan mempengaruhi rasa produk kerupuk yang dihasilkan.
Proses pengadukan lumatan ikan dengan bumbu dilakukan dengan tujuan
membuat rasa produk kerupuk ikan yang dihasilkan merata dan menjadikan
produk dapat mengembang. Produk kerupuk dapat mengembang secara baik
dipengaruhi oleh komposisi bahan yang digunakan.
b. Pembuatan Adonan
Proses pembuatan adonan dilakukan dengan mencampurkan antara lumatan
ikan yang sudah halus dengan bumbu dan bahan-bahan lain. Adonan dibuat
secara manual dengan menggunakan tangan hingga benar-benar merata dan
pulen. Apabila komposisi dari bahan pembuat kerupuk ikan ini tidak benar
maka akan terlihat sekali dari hasil adonan yang dibuat. Apabila
terlalu banyak tepung akan mengakibatkan adonan keras dan mudah sekali
patah, sedangkan bila terlalu banyak lumatan ikan akan terlalu lunak dan
terasa basah. Oleh karena itu sangat diperlukan penambahan tepung
dengan komposisi yang tepat.
c. Penggilasan
Proses penggilasan ialah proses pembentukan atau pencetakan kerupuk yang
dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan. Adonan kerupuk
dibentuk menjadi silinder memanjang dengan diameter silinder adonan
kurang lebih 1 cm.
d. Pemotongan
Adonan yang telah terbentuk setelah proses penggilasan, maka dilakukan
proses pemotongan. Pemotongan adonan dilakukan dengan menggunakan
lempeng besi. Panjang potongan adonan adalah 1 cm.
e. Perapihan Bentuk
Proses perapihan bentuk atau yang disebut dengan pengirigan ini
dilakukan dengan cara menggoyang-goyangkan adonan yang telah dipotong di
atas nampan secara berulang-ulang hingga terpisah antara potongan yang
satu dengan potongan yang lain. Proses pengirigan ini dilakukan dengan
tujuan untuk menghaluskan permukaan adonan kerupuk yang sudah dipotong
sehingga memiliki bentuk dan permukaan yang bagus dan menarik. Selain
itu pengirigan juga bertujuan untuk memisahkan antara potongan yang satu
dengan yang lain karena pada proses pembentukan dan pemotongan banyak
yang menempel antara potongan adonan tersebut.
f. Penggorengan
Minyak yang digunakan untuk menggoreng adalah minyak sawit. Proses
penggorengan dilakukan dengan suhu berkisar antara 130°C - 145°C selama
kurang lebih 45 menit. Suhu selalu dijaga selama proses penggorengan,
apabila terlalu panas akan mengakibatkan warna produk kerupuk yang
dihasilkan kurang menarik. Kerupuk yang telah matang ditandai dengan
warna kerupuk yang kuning keemasan dan tekstur mengeras tanpa kembali
mengempes.
Proses penggorengan kerupuk akan terjadi tiga fase pengembangan yaitu
fase plastisasi, fase mengembang dan fase tetap. Pada fase plastisasi
kerupuk bersifat lentur dan belum mengembang, pada fase mengembang
kerupuk mengalami perubahan bentuk dan mengembang tetapi belum tetap,
kemudian fase terakhir yaitu fase tetap adalah fase dimana kerupuk tidak
lagi mengalami pengembangan dan tidak kempes kembali (Zulviani, 1992).
g. Penirisan
Kerupuk yang sudah matang diangkat dengan menggunakan serok dan kemudian
ditiriskan. Kerupuk yang ditiriskan ini diletakkan dalam wadah kotak
penirisan selama kurang lebih tiga sampai dengan lima menit hingga
kerupuk tidak terlalu panas dan tidak terbasahi oleh minyak.
Tujuan dari proses penirisan ini ialah untuk menurunkan suhu kerupuk
sehingga tidak rusak teksturnya ketika dilakukan proses pengemasan.
Selain itu juga bertujuan untuk meniriskan kerupuk agar tidak basah dari
minyak goreng pada proses penggorengan. Kerupuk akan mudah mengalami
ketengikan ketika masih banyak terkandung minyak dalam kemasan. Proses
penirisan ini sangatlah penting, karena dapat mempengaruhi aroma kerupuk
yang dihasilkan ketika dalam kemasan. Kandungan lemak yang terdapat
dalam minyak goreng menimbulkan ketengikan apabila mengalami proses
penaikan suhu dengan mengikutsertakan oksigen yang dinamakan sebagai
oksidasi (Widowati, 1987).
h. Pengemasan
Pengemasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pada proses
pendistribusian pada penjualan, dan mempertahankan kerenyahan kerupuk
sampai ke konsumen. Kualitas kemasan produk kerupuk ini sangatlah
berperan penting karena kerupuk akan kehilangan kerenyahan apabila
pengemasannya tidak sesuai dengan standar kemasan untuk produk kerupuk.
Pengemasan bahan pangan harus memperhatikan lima fungsi yaitu harus
dapat mempertahankan produk agar tetap bersih dan memberikan
perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lain, harus memberikan
perlindungan terhadap bahan pangan dari kerusakan fisik, air, oksigen
dan sinar, harus berfungsi secara benar, efisien dan ekonomis dalam
proses pengepakan yaitu selama pemasukan bahan pangan ke dalam kemasan
(Buckle, 1985).
4. Pengolahan Bakso Ikan lele
a. Alat :
- Kompor
- Timbangan
- Baskom
- Sendok
- Pisau
- Talenan
b. Bahan :
- Daging Ikan lele
- Tepung Tapioka
- Garam
- Bawang Putih
- Lada
- Gula
c. Cara pengolahan :
1. Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera mungkin yaitu dengan cara membuang kepala
dan isi perut sebelum daging dipisahkan. Penyiangan dilakukan secara
cepat, cermat dan saniter sehingga tidak menyebabkan pencemaran pada
tahap berikutnya. Ikan harus disiangi segera mungkin setelah ikan mati
karena apabila darahnya mulai beku, maka daging akan mengalami
diskolorisasi (perubahan warna) sehingga akan mempengaruhi warna produk
akhir. Perubahan warna banyak disebabkan karena perubahan zat warna
darah dan zat warna lain. Hemoglobin dan myoglobin yang mula-mula
berwarna cerah akan berubah menjadi merah kecoklatan atau coklat karena
terbentuknya methemoglobin.
2. Pencucian
Ikan dicuci dengan secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan menggunakan air dingin bersih yang mengalir.
3. Pemfilletan dan Pengambilan daging
Ikan yang telah disiangi dan dicuci kemudian di fillet yaitu mengambil
dan memisahkan daging dari kulit dan tulang ikan. Pemfilletan ini
dilakukan dengan cara ikan diletakkan di atas talenam, kemudian disayat
memanjang dengan pisau pada ekor hingga ke arah kepala. Selama proses,
bahan baku ditangani secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dan
tetap mempertahankan suhu ikan maksimal 5˚C. Daging ikan yang masih
menempel di tulang diambil (dikerok) menggunakan sendok. Proses ini
dapat dilakukan menggunakan mesin maupun secara manual. Daging fillet
harus tetap dipertahankan suhunya dengan selalu menambahkan es. Menurut
Adawyah (2007), cara yang paling mudah untuk mendinginkan ikan adalah
dengan menggunakan es. Es mendinginkan dengan cepat tanpa banyak
mempengaruhi keadaan ikan, serta biayanya murah. Pada prinsipnya, es
harus dicampurkan dengan ikan sedemikian rupa sehingga permukaan ikan
bersinggungan dengan es, maka pendinginan ikan akan berlangsung lebih
cepat sehingga pembusukan dapat segera dihambat.
4. Penghancuran daging/Penggilingan
Daging ikan dihancurkan dengan menggunakan alat penghancur. Proses
dilakukan secara cepat, cermat dan saniter serta tetap mempertahankan
suhu 0˚C- 5˚C. Penggilingan daging ikan dilakukan dengan menggunakan
mesin penggiling yang umummya disebut alat penghancur (grinder) selama
kurang lebih 5 menit hingga daging ikan hancur dan halus. Penggilingan
yang terlalu lama akan menyebabkan tekstur daging ikan lembek sehingga
produk yang dihasilkan tidak dapat dibentuk atau dicetak.
5. Pencucian daging (leaching)
Proses pencucian meliputi pencucian daging ikan yang dilumatkan dengan
air es (air dingin). Dan diberi garam ( ± 0,3 %). Perbandingan ikan
dengan air dingin 1: 3 dan perendaman dilakukan selama 15 menit sambil
diaduk-aduk. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk memperbaiki warna
daging. Hasil pencucian daging menjadi membentuk gel (kenyal), proses
pencucian ini akan dapat memperbaiki gel dan juga memperbaiki warna
daging. Pencucian akan menghilangkan kandungan protein sakroplasma yang
dapat larut dalam air yang tidak bisa membentuk gel, enzim protease,
darah atau warna yang dapat merusak penangkapan lemak komponen utama
yang menyebabkan oksidasi lemak dan denaturasi protein (Hall dan Ahmad,
1992). Leaching adalah suatu proses yang terjadi pada saat pencucian
daging lumat yaitu proses terekstraknya actin dan myosin yang teksturnya
seperti jala, masa ini di sebut sol yang sifatnya lengket.
Pencucian dengan air sangat diperlukan dalam pembuatan surimi, karena
dapat menunjang kemampuan untuk pembentukan gel, dan menghambat
denaturasi protein akibat pembekuan. Selama pencucian daging ikan
dibersihkan dari darah, lemak, lendir dan protein yang larut dalam air,
dengan cara ini warna dan bau daging menjadi lebih baik disamping
kandungannya aktomiosinnya meningkat yang dibuat dengan proses pencucian
sehingga secara nyata dapat memperbaiki sifat elastisitas produk
(Fardiaz, 1985).
Pencucian dengan air es merupakan tahap yang paling penting dalam
pembuatan surimi, karena dalam proses pencucian ini komponen nitrogen
terlarut, darah dan juga lemak yang ada pada daging lumat akan terbuang,
sedangkan protein myofibliar menjadi pekat, sehingga kemampuan
membentuk gel meningkat. Air yang digunakan untuk pencucian haruslah air
dingin. Pencucian dengan air kran dapat merusak tekstur dan mempercepat
degradasi lemak, sedangkan pencucian dengan air laut dapat meningkatkan
kehilangan protein. Pencucian berulang dilakukan dengan penambahan
hancuran es pada saat pencucian agar suhu tetap stabil sekitar 10 oC
(Suzuki, 1981).
Gel berbentuk rekat hasil pencucian mengubah daging bewarna putih, tidak
berbau, tidak berlemak dan kenyal, adanya asam amino actin dan myosin
yang banyak terkandung dalam protein daging ikan. Apabila protein daging
ikan yang sedang dilumatkan ditambah dengan garam (NaCl), maka actin
dan myosin ini akan
terekstrak dalam bentuk actomyosin yang teksturnya seperti jala. Masa
ini disebut sol, yang sifatnya lengket dan adesing, apabila masa sol ini
dipanaskan maka akan terbentuk gel, yang memberikan elastisitas
(Dacker, 1980).
6. Pencampuran/Pengadonan
Hancuran daging dimasukkan kedalam alat pencampur, ditambahkan garam dan
dicampur hingga didapatkan adonan yang lengket. Selanjutnya dilakukan
penambahan bumbu lainnya, dicampur sampai homogen. Adapun bumbu yang
dicampurkan ke dalam daging ikan sebagai berikut : garam, tepung
tapioka, air es, minyak sayur, gula, bawang putih. Proses ini harus
dilakukan dengan cepat dan bersih dan suhu adonan dipertahankan sampai
5˚C. Cara pencampuran adonan dapat dilihat pada Gambar 8.
7. Pembentukan
Adonan dicetak secara manual atau dapat dicetak dengan menggunakan mesin pencetak bakso dengan ukuran yang sudah ditentukan.
8. Perebusan atau pemasakan
Bakso ikan direbus menggunakan panci stainless steel pada suhu
100˚C selama 10 menit (sampai bakso mengambang di permukaan air
perebusan). Bakso yang direbus dapat dikonsumsi langsung atau dilakukan
pengolahan lebih lanjutan sesuai dengan selera.
9. Penirisan
Setelah perebusan, bakso ikan diletakkan di meja untuk penirisan.
Penirisan juga sekaligus untuk menurunkan suhu bakso yang biasanya
dilakukan dengan alat bantu kipas angin. Proses ini dilakukan hingga
bakso menjadi agak kering dan tidak menyebabkan penguapan setelah
dikemas. Penirisan dilakukan selama 10 – 15menit.
10. Pengemasan
Bakso dikemas dengan menggunakan plastik HDPE (High Density Poly Etilen)
dengan kapasitas sesuai keinginan, kemudian direkatkan dengan electric
heatseller. Dipilihnya plastik HDPE karena mempunyai ketebalan yang
dapat melindungi produk yang telah dikemas agar tidak rusak selama masih
di dalam kemasan.
11. Penyimpanan
Bakso disimpan di dalam freezer dengan suhu -25oC. Penyimpanan produk
bakso sebaiknya dilakukan terpisah dari bahan baku (ikan beku).
5. Pengolahan Abon Ikan lele
a. Alat :
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan abon ikan lele terdiri dari Kompor,mTimbangan, baskom, sendok, pisau dan talenan.
b. Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam membuat abon ikan lele adalah : Lele
10 kg, Gula Merah 3 kg, Gula Pasir 1 kg, Lengkuas 250 gram, Sereh 10
batang, Daun Salam 10 lembar, Ketumbar 50 gram, Bawang Putih 250 gram,
Bawang Merah 250 gram, Jahe 100 gram, Asam Jawa 100 gram, direbus dengan
200 ccm air, saring, ambil airnya; Garam secukupnya dan Minyak goring
c. Cara Pembuatan
- Potong bagian ikan, pisahkan kulit dan daging dengan bantuan pisau.
- Kukus daging hingga matang dan dinginkan setelah itu daging disuwir-suwir dengan garpu hingga halus.
- Siapkan bumbu-bumbu, haluskan
ketumbar, bawang putih, bawang merah, jahe, lengkuas.Tumis bumbu halus
tersebut dengan minyak goreng hingga harum, tambahkan sereh dan daun
salam, kemudian tambahkan air asam jawa, garam, gula pasir dan gula
merah.
- Masukkan daging lele yang sudah dihaluskan, masak dan aduk hingga bumbu meresap
- Panaskan minyak goreng dalam wajan, goreng daging lele sedikit demi sedikit hingga kecoklatan, angkat dan tiriskan.
- Masukkan dalam alat pengepres minyak, Abon lele siap disajikan dan bias disimpan dalam toples.