Wikipedia

Hasil penelusuran

17 Maret 2020

Alternatif bahan pakan ikan

Keberhasilan usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan ikan. Namun penyediaan pakan seringkali menjadi kendala disebabkan harganya yang tinggi karena biaya pembuatannya yang cukup tinggi (hampir 70% dari biaya produksi). Untuk itu Balai Budidaya Air Tawar Jambi melalui Proyek Pengembangan Rekayasa Teknologi Balai Budidaya Air Tawar Jambi mengadakan penelitian untuk mencari alternatif pakan lain yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan lokal serta memanfaatkan hasil samping.

Bahan baku merupakan faktor utama yang harus tersedia dalam produksi pakan buatan dan pakan alternatif. Bahan baku secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hasil ikutannya (nabati) serta yang berasal dari hewan dan hasil ikutannya (hewani).
Bahan – bahan baku yang dipakai dalam pembuatan pakan ikan berfungsi sebagai sumber protein, energi, mineral dan vitamin. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan pakan adalah kandungan nutrisi bahan, tingkat kecernaan, ketersediaan, kontinuitas dan harga.
Pakan Alternatif
Pakan alternatif adalah istilah yang diberikan untuk pakan ikan yang bahannya berasal dari bahan-bahan limbah baik yang berasal dari industri olahan makanan atau ternak yang masih termanfaatkan. Beberapa pakan alternatif yang berasal dari limbah pengolahan makanan seperti onggok, molasses, ampas tahu, ampas kecap, CPO, dll sudah banyak digunakan sebagai pakan ternak. Penggunaannya sebagai bahan pakan dapat dicampurkan dengan bahan tambahan pakan lainnya atau bisa juga diberikan secara langsung pada ikan/ternak.
1.  Minyak Inti Sawit dan Ampas Minyak Sawit
Minyak inti sawit merupakan minyak murni hasil ekstraksi biji sawit. Sedangkan sisa dari pembersihan/pemurnian tersebut diperoleh ampas minyak sawit yang berbentuk padat. Sejauh ini sudah banyak yang memanfaatkan limbah ini sebagai pakan ternak (sapi). Penggunaan minyak sawit (CPO) pada pakan dapat langsung dicampur pada pakan siap, sedangkan ampas minyak sawit dapat dicampurkan dengan bahan-bahan tambahan pakan lainnya.
Nilai gizi dari minyak inti sawit ini cukup baik yaitu kandungan protein 15,3%, lemak 57,2%; air 23,4% dan abu 11,3%, sedangkan ampas minyak sawit sebagai bahan baku pakan ikan terlebih dahulu harus diproses menjadi tepung dengan nilai gizi yang terkandung didalamnya protein 16,09%; lemak 5,39% dan abu 8,59%.
2.  Ampas Kecap
Ampas kecap merupakan limbah dari proses pembuatan kecap yang berbahan dasar kedelai yang memiliki kandungan protein cukup tinggi. Untuk menjadi bahan baku pakan,ampas kecap harus diolah menjadi tepung dengan lebih dahulu dikeringkan dalamoven/dijemur. Nilai gizi yang terkandung adalah protein 10,32%;lemak 6,93%;air 52,98% dan abu 6,72%.
3.  Onggok
Onggok yang berasal dari ubi singkong merupakan limbah padat dari pengolahan tepung tapioka. Sebagai ampas pati singkong yang mengandung banyak karbohidrat, onggok dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi, nilai gizi yang terkandung pada onggok adalah protein 3,6%; lemak 2,3%;air 20,31% dan abu 4,4%.
4.  Ampas Tahu
Ampas Tahu merupakan limbah dari proses pembuatan tahu. Untuk menjadi bahan baku pakan, ampas tahu bisa langsung diberikan pada ikan dengan tambahan sedikit ikan asin, atau dapat juga diolah lebih dulu menjadi tepung dengan mengeringkannya dalam oven/dijemur lalu digiling. Nilai gizi yang terkandung adalah protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%.
5.  Ampas Tempe
Limbah pengolahan tempe yang berasal dari bahan baku kacang kedelai, baik berupa kupasan kulit ari kacang kedelai juga limbah cair berupa air rebusan dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ikan. Nilai gizi limbah pengolahan tempe lebih tinggi dibanding ampas tahu.
6.  Molases
Molases merupakan sisa hasil produksi pada industri pengolahan gula yang berbentuk cair. Molases sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak, karena kandungan gizinya cukup baik.
7.  Orgami
Orgami merupakan hasil buangan pengolahan penyedap rasa. Setelah melalui proses penyaringan raw sugar (tetes tebu) dan molases sebagai bahan baku, dihasilkan gypsum. Selanjutnya melalui tahap koagulasi dihasilkan orgami sebagai limbah cair dan dielet humus sebagai limbah padatnya. Nilai gizi orgami adalah protein 5,28%; lemak 3,41%; air 68,29% dan abu 4,77%.

Pakan Alternatif untuk benih ikan / ikan kecil

Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva dan benih ikan mencakup fitoplankton, zooplankton dan bentos serta berperan sebagai sumber protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Di samping pakan alami mengandung gizi yang lengkap (lihat Tabel) dan mudah dicerna.
Mengapa demikian? Hal itu disebabkan ia mengandung enzim yang dapat membantu pencernaan di usus larva atau benih ikan yang belum berkembang alat pencernaannya.
Pakan alami berukuran relatif kecil (150 mikron – 1 mm) sesuai dengan bukaan mulut larva atau benih dan bergerak tidak begitu aktif sehingga mempermudah larva atau benih untuk memangsanya. Karena sifatnya hidup, pakan alami tidak mencemari media pemeliharaan larva atau benih ikan.
Pakan alami jenis fitoplankton diketahui sebagai makanan awal bagi larva ikan laut yang relatif bukaan mulut larvanya kecil. Sedangkan sebagian larva ikan tawar banyak memanfaatkan zooplankton karena bukaan mulutnya relatif besar.
Namun beberapa ikan air tawar termasuk ikan hias ada bukaan mulut larvanya relatif kecil sehingga di dalam usaha pembenihan memerlukan zooplankton yang ukuran kecil. Pakan alami sebagian mudah didapat dari alam dan ada yang mudah dibudidayakan.
Media kultur untuk pembudidayaan apakan alami dapat berupa media alga atau media yang banyak mengandung bakteri untuk itu fasilitas pengembangbiakan khususnya alga perlu dipersiapkan. Sedangkan media bakteri mudah didapat dengan menggunakan kotoran hewan. Penyediaan pakan alami secara berkesinambungan dan peruntukannya yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan dan sintasan larva dan benih ikan.
Ada beberapa jenis pakan alami yang dapat dibudidayakan seperti infusoria (Paramecium), rotifer, moina, dan daphnia. Berikut ini keterangan singkat dari setiap pakan alami yang dibudidayakan.

Infusoria/Paramecium (100 – 150 mikron)
Pakan alami ini biasanya digunakan untuk larva ikan air tawar dengan panjang bukaan mulut berkisar 100 – 500 mikron. Wadah budidaya dapat menggunakan toples, waskom, ember, dan lain-lain.
Medianya dapat berupa air sumur yang diberi sayuran (kangkung, selada), jerami, dan bahan organik lainnya di antaranya kuning telur. Kuning telur yang sudah dipisahkan dengan putih telur dikocok dengan air selanjutnya disaring dengan saringan terilin. Setelah itu ditambah dengan daun kipait dan diberi 1 – 2 sendok air selokan.
Panen infusoria dilakukan dengan cangkir atau dengan saringan nano plankton  setelah 3 – 4 hari pemberian kuning telur. Untuk mendapatkan infusoria yang berkesinambungan dibutuhkan 4 wadah.

Rotifer (150 – 175 mikron)
Pakan ini biasanya digunakan bagi larva atau benih ikan dengan bukaan mulut 150 – 200 mikron. Wadah budidaya yang digunakan dapat berupa bak yang cukup besar seperti bak plastik, fiber, atau beton.
Medianya berupa alga (Chorella sp) yang dibiakkan dengan pupuk kimia untuk skala kecil, 100 mg/l MgSO4, 200 mg/l KH2PO4. Sementara itu, untuk skala besar menggunakan urea (1.000 ppm) dan TSP (200 ppm) dengan salinitas 11 persen.
Bibit rotifer (Brachionus sp) diinokulasi setelah biakan alga berumur 6 hari. Panen dilakukan 3 – 4 hari dengan serokan plankton setelah media yang berwarna hijau berubah menjadi pucat/putih. Untuk mendapatkan rotifer yang berkesinambungan dibutuhkan 6 bak.

Moina dan Daphnia (1 – 4 mm)
Pakan jenis ini biasanya diperuntukkan benih ikan hias air tawar pasca larva dengan ukuran bukaan mulut 0,8 mm. Wadah budidayanya dapat menggunakan bak fiber atau beton dengan kedalaman 0,8 m dengan media diaerasi atau tidak diaerasi.

Media berupa air sumur/sungai dipupuk dengan kotoran ayam (1.000 ppm). Pupuk ulang 0,5 dosis pada minggu kedua dan ketiga.

Lalu, bibit moina dan daphnia diinokulasi sehari setelah pemupukan awal seberat 1 g/m3. Panen moina dilakukan 7 hari setelah inokulasi dengan serokan terilin dan sebaiknya dipanen selama 3 hari. Sedangkan panen daphnia dilakukan setelah umur 3 minggu sebanyak 25 g/m3/hari. Untuk mendapatkan moina berkesinambungan dibutuhkan 6 bak.
 
 
(Sumber : BBAT JAMBI – DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA )

10 Maret 2020

Penggunaan Hipofisa dalam pemijahan ikan


Hipofisa adalah kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu lekukan dalamtulang stenoid. Kelenjar hipofisa paling tidak menghasilkan tujuh hormon yaitu GH, ACTH,TSH, LTH, FSH, LH, ICSH, MSH. (budiyanto, 2002) Hipofisa terletak dibawah otak, jadi untuk mengambil kelenjar hipofisa langkah pertama yang harus diambil adalah mengeluarkan otak.Kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisa merupakan organ yang relatif kecil ukurannya jika dibandingkan dengan ukuran tubuh, tetapi mempunyai pengaruh pada sejumlah proses vital dalam tubuh manusia maupun hewan. Pengaruh yang luas dari kelenjar hipofisa di dalam tubuhdisebabkan olah kerja hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa tersebut (Djojosoebagio, Hipofisasi adalah menyuntikkan suspensi kelenjar hipofisakepada ikan yang akan dibiakkan. Kelemahan dari tekhnik hipofisasi adalah hilangnya sejumlah ikan donor untuk diambil hipofisanya.
Kebutuhan benih ikan lele semakin hari semakin banyak permintaan untuk menanggulangi banyaknya jumlah permintaan kita perlu mencari solusi.

Salah satu solusi untuk mengatasi besarnya jumlah permintaan yaitu melakukan proses penyuntikan hormon HIPOFISA. Penyuntikan hormon HIPOFISA bertujuan untuk merangsang ikan agat telur cepat matang dan merata telur yang siap untuk menetas.

Ikan lele salah satu jenis ikan yang bisa dilakukan proses penyuntikan hormon HIPOFISA. Dengan penyuntikan atau rangsangan hormon ini jumlah telur ikan lele yang akan keluar saat proses perkawinan atau pemijahan akan lebih banyak. Dengan hormon ini kematangan telur ikan lele akan meningkat banyak.
apabila permintaan benih ikan lele mencapai ratusan ribu, satu ikan lele tidak mencukupi anaknya jika dilakukan dengan cara normal.

Maka perlu dilakukan penyuntikan hormon. hormin ini dapat disiapkan dari kelenjar hipofisa ikan lele atau dari ikan mas ataupun menggunakan hormon buatan sintesis buatan pabrik.
Beberapa jenis hormon sintesis tersebut misalnya Ovaprim, HCG, dan LHRH. Hormon Ovaprim relatif mudah diperoleh karena sudah dijual umum seperti di toko perikanan di beberapa kota besar. HCG sebenarnya merupakan hormon untuk manusia sehingga hanya dapat diperoleh bila disertai resep dokter, sedangkan LHRH tergolong agak sulit diperoleh.

Penyuntikan hormon alamiah (hipofisa)
Penyuntikan memerlukan kelenjar hipofisa. kelenjar hormon bisa didapatkan padapikan yg terletak di bawah otak kecil. Setiap ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil.
Ikan lele akan menjadi resipien. Resepien adalah penerima hormon dari donor kelenjar hipofisa. Pendonor Hipofisa antara lain dapat dipilihkan dari lele, ikan mas (tombro, karper, Cyprinus carpio), atau lele lokal (Clarias batrachus). 
Bagaimana cara melakukan proses penyuntikan hipofisa?
a.    Jumlah Dosis hipofisa

Pertama perhatikan jumlah dosis yang akan dipakai untuk ikan lele

·       Jumlah dosis Hormon hipofisa untuk indukan lele adalah 3 dosis, Dengan ukuran berat 0,5 kg.
·  Dengan Ikan donor seberat 1,5 kg itu dapat terdiri dari 3 ekor yang masing-masing beratnya 0,5 kg atau 2 ekor yang beratnya 1 kg dan 0,5 kg atau dapat juga dipakai seekor yang beratnya 1,5 kg.
·   Ikan donor diharuskan sudah dewasa atau matang gonat, Ikan dewasa merupakan pilihan yang memiliki hormon hipofisa yang tinggi dibanding yang belum dewasa. Ikan donor dapat dipilihkan dari ikan jantan maupun dewasa.
b.    kedua proses pengambilanhipofisa dan pembuatan ekstrak

Cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor adalah sebagai berikut :

·       Pertama siapkan ikan donor, Ikan lele atau ikan mas
·       Pegang menggunakan lap agar tidak licin. Pegang bagian kepala, badan dengan lap, 
·       Bagian badan diletakan diatas talenen. 
·       Kepala ikan dipotong dibagian belakang tutup insangnya hingga kepalanya putus.
·       Setelah terpotong, sisir tulang kepalanya di atas mata hingga tulang tengkoraknya terbuka dan otaknya kelihatan.
·       Singkap otaknya menggunakan pinset, tepat dibagian bawah otak akan terlihat kelenjar hipofisa berwarna putih sebesar butiran kacang hijau.
·    Dengan tetap menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat dan diletakan ke dalam cawan yang bersih untuk dicuci dengan aquades hingga darah yang melekat hilang. Cara membersihkannya dengan disemprot aquades menggunakan pipet.
·     Setelah butir kelenjar hipofisa bersih, lalu masukan ke dalam tabung penggerus (dapat menggunakan kantong plastik kecil atau gelas). Selanjutnya kelenjar hipofisa digerus atau dipencet hingga hancur.
·  Encerkan kelenjar hipofisa tersebut dengan 1-1,5 ml aquades atau larutan garam fisiologis. Larutan garam fisiologis atau sering pula disebut cairan infus yang dapat diperoleh di apotek (dijual bebas). Dengan demikian, hormon GSH yang terkandung didalam hipofisa akan terlarut dalam cairan.
·    Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap didasar. Cairan dibagian atas diambil dengan tabung injeksi (spuit) untuk disuntikan pada ikan.
c.    ketiga Penyuntikan ekstrak hipofisa

    Induk sebagai resipien yang telah dipersiapkan sebelumnya, diambil dari dalam hapa. Induk tersebut dipegang dengan bantuan penyerok dari jaring supaya tidak licin. Hormon didalam spuit disuntikan didekat sirip punggung kedalam daging induk (intramuscular). Setelah disuntik, induk betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan. Biarkan lele dalam keadaan tenang.

Proses diatas tersebut merupakan cara penyuntikan menggunakan tumbal ikan untuk mengambil kelenjar hormon dari ikan lain. bisa disebut PROSES PENYUNTIKAN HORMON ALAMI DENGAN IKAN TUMBAL.

Selanjutnya PENYUNTIKAN MENGGUNAKAN HORMON BUATAN
Penyuntikan hormon buatan

untuk melakukan penyuntikkan tahap tahap hormon buatan adalah sebagai berikut: 

·       Hormon sintesis (buatan) kini dapat dibeli di toko-toko obat perikanan, yaitu hormon yang disebut Ovaprim. Ovaprim berbentuk cairan yang disimpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Dosis pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk lele yang beratnya 1 kg. induk lele seberat 0,5 kg berarti memerlukan hormon ovaprim 0,15-0,25 ml.
·       Penyuntikan menggunakan hormon Ovaprim sangat praktis sebab sudah berupa larutan sehingga tinggal disuntikan saja, hormon sisa di dalam ampul dapat disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung (suhu kamar), dalam ruang ini, Ovaprim tahan hingga 3-4 bulan.
BERIKUT TAHAP PENYUNTIKAN HORMON HIPOFISA
Urutan pemijahan lele dengan hormon buatan adalah sebagai berikut
:
a. Siapkan kolam pemijahan
·       Keringkan dan bersihkan kolam/bak yang hendak digunakan untuk pemijahan.
·       Cuci dan jemur kakaban atau tempat meletakan telur dengan jumlah cukup menutupi 75% dasar kolam.
·       Pasang kakaban di dasar kolam/bak, letakan kakaban itu 5-10 cm diatas dasar kolam.
·       Gunakan bata merah yang sudah dicuci bersih sebagai pengganjalnya. Diatasnya juga ditindih dengan bata agar kakaban tidak mudah bergeser.
·       Menjelang dilakukan penyuntikan, kolam tersebut diisi dengan air sampai kakaban terendam air 5 cm-10 cm.
b. Memilih Seleksi induk lele betina dan jantan yang siap memijah
·       Tangkap tangkap induk lele betina dan jantan sebaiknya pagi hari sebelum jam 9.00
·       Pilih induk betina yang matang telur, perutnya besar dan lunak, tetapi kalau diurut tidak dapat keluar telurnya.
·       Pilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, tidak berpenyakit. Lele jantan terlihat dari alat kelaminnya (perut tetap langsing) kalau diurut juga tidak dapat mengeluarkan sperma. 
·       Lele yang tidak dapat mengeluarkan telur dan sperma merupakan lele yang perlu diberikan hormon hipofisasi
·       Pisahkan induk jantan dan betina didalam wadah atau hapa tersendiri sambil menunggu saat disuntik.
c. Siapkan alat dan hormon Ovaprim untuk disuntikan

Alat suntik harus steril bersihkan dengan air Aquades atau alat baru.

d. Tentukan dosis ovaprim dengan menimbang indukan betina
·       Hormon ovaprim 0,3-0,5 cc untuk 1 kg lele. dan jika berat lebih sedikit atau 0,5 kg tinggal dibagi saja. 
·       Ambil 0,5 ml hormon, lalu injeksi spuit, 
·       Setelah selesai, sedot lagi jarum yang sama dengan aquades atau larutan garam fisiologis 0.7% sebanyak 0,5 ml yang juga untuk mengencerkan hormon tadi.
e. Cara penyuntikan Hormon hipofisasi
·       Pegang ikan lele sebaiknya dilakukan dua orang
·       Suntik betina terlebih dahulu
·       Letakan diatas meja, 1 orang pegang ekor ikan atau badan, dan yang lain melakukan penyuntikan dan diberi alas handuk/lap bersih.
·       Penyuntikan dibagian punggung. Sebanyak setengah dosis disebelah kiri sirip punggung dan setengah dosis lagi disebelah kanan.
·       Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah hormon didorong masuk, jarum dicabut, lalu bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon tidak keluar.
·       Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Daftar Pustaka

mengetahui perbedaaan ikan segar dan busuk

Ikan merupakan salah satu makanan yang cepat rusak, karena kandungan protein yang sangat tinggi sehingga menyebabkan bau busuk yang menyengat.  Beberapa ikan, terutama yang berasal dari laut, mengandung senyawa yang mengandung senyawa penyebab alergi. Untuk menjaga kesehatan tubuh kita maka sebelum mengkonsumsi ikan kita perlu mengenali ciri-ciri ikan yang segar dan ikan yang sudah mengalami proses pembusukan.



Tanda ikan yang sudah busuk :
1. Mata suram dan tenggelam
2. Sisik suram dan mudah lepas
3. Warna kulit suram dengan lendir tebal
4. Insang berwarna kelabu dengan lendir tebal
5. Dinding perut lembek
6. Warna keseluruhan suram dan berbau busuk







Tanda ikan yang masih segar :
1. Daging kenyal
2. Mata jernih menonjol
3. Sisik kuat dan mengkilat
4. Sirip kuat
5. Warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang
6. Insang berwarna merah
7. Dinding perut kuat
8. Bau ikan segar



Cara Membedakan Ikan Segar dan Ikan Bermerkuri

Ikan adalah salah satu makanan sehat yang masih terbilang mudah untuk ditemukan. Makanan tersebut baik karena mengandung sumber protein, mikronutrien, dan lemak sehat. Meski begitu, beberapa ikan yang akan kamu beli mungkin telah mengandung merkuri yang tinggi dan beracun.
Ikan bermerkuri yang dikonsumsi oleh ibu hamil dapat berbahaya bagi bayi yang berada di dalam kandungan dan juga dapat menyebabkan masalah pada sistem sarafnya. Maka dari itu, sangat penting untuk mengetahui cara membedakan ikan segar dengan ikan bermerkuri agar dapat menghindari penyakit yang mungkin berbahaya.

Merkuri sendiri adalah logam berat yang umum berada di alam. Kandungan tersebut dilepaskan ke lingkungan dengan beberapa cara, seperti disebabkan proses industri atau peristiwa alam. Kamu dapat terpapar racun apabila sumber makanan kamu mengandung zat tersebut, seperti yang terdapat dalam ikan.

Lalu, bagaimana cara untuk membedakan ikan segar dan ikan bermerkuri? Berikut beberapa hal yang dapat membedakannya:
  1. Kenali Tanda dari Ikan Segar

Salah satu hal yang dapat kamu lakukan untuk menentukan ikan tersebut segar atau ikan bermerkuri adalah dengan mengenali tanda-tandanya. Ikan yang segar mempunyai mata yang bening, berwarna terang, dan aromanya yang terbilang segar. Jika ikan tersebut berbau asam, maka kemungkinan besar mengandung merkuri.

  1. Hindari Konsumsi Ikan Besar

Merkuri yang tersebar di laut akan diserap oleh tumbuhan. Setelah itu, tumbuhan tersebut akan dikonsumsi oleh ikan yang kecil dan akhirnya akan dikonsumsi oleh ikan yang lebih besar. Maka dari itu, ikan yang besar lebih banyak terpapar merkuri dibandingkan ikan yang kecil. Lebih banyak merkuri yang masuk ke tubuh, bahayanya lebih tinggi.
  1. Periksa Daftar Ikan dari Pemerintah

Umumnya, ikan yang bermerkuri jenisnya kurang lebih sama ketika beredar di pasaran. Pemerintah sering mengeluarkan daftar ikan yang mengandung zat berbahaya tersebut sehingga jangan kamu beli ketika berbelanja. Batasi konsumsi ikan tiap minggunya agar jika terkena paparan merkuri tidak terlalu besar.
  1. Konsumsi Ikan Air Tawar

Salah satu cara menghindari ikan bermerkuri adalah dengan mengonsumsi ikan air tawar. Hal tersebut karena kandungan tersebut umumnya terdapat pada ikan laut. Kandungan dari ikan tawar juga tidak jauh berbeda dalam hal sumber protein dan omega-3. Ikan air tawar terbilang aman dari kandungan merkuri.

Itulah beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk membedakan ikan segar dengan ikan bermerkuri. Selain itu, penting juga untuk melihat tempat kamu membeli bahan makanan tersebut. Jika ikan yang kamu beli terbilang lebih murah dibanding harga pasaran, kamu patut curiga tentang itu.

Dampak mengkonsumsi Ikan Mentah
Masyarakat Asia mengenal nikmatnya menyantap tekstur lembut dan halusnya daging ikan mentah. Jika dikonsumsi dalam jumlah wajar dan tidak terlalu sering, ikan mentah dalam hidangan-hidangan tersebut memang membawa manfaat bagi tubuh, karena tinggi kandungan omega-3 dan protein. Namun, jika kamu terlalu sering mengonsumsinya, hati-hati ada bahaya ikan mentah secara jangka panjang yang mengintai.
 
Masalah utama dari mengonsumsi ikan mentah terdapat pada parasit yang mungkin masih melekat pada daging ikan yang belum dimasak itu. Pertama, pada dasarnya semua makhluk hidup, termasuk ikan, mempunyai parasit. Pada ikan mentah, parasit yang biasa ditemui adalah bakteri salmonella, yang akan mati ketika ikan dimasak hingga matang. Sementara pada ikan mentah, jika pengolahannya tidak tepat, bakteri ini bisa saja masih bersarang dan masuk ke dalam tubuh ketika dikonsumsi.

Kedua, parasit dan bakteri yang terdapat pada ikan mentah itu tidak dapat dilihat secara kasat mata. Ketika kamu datang ke sebuah restoran yang menyediakan hidangan berbahan dasar ikan mentah, kamu tidak mungkin bisa memastikan bahwa tidak ada sedikit pun parasit yang tertinggal pada ikan tersebut. 

Jika tubuh kamu dalam keadaan sehat, konsumsi ikan mentah mungkin tidak akan menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan. Namun, lain halnya jika tubuh kamu dalam kondisi rentan atau kurang prima. Beberapa hal bahaya makan ikan mentah berikut ini, yang bisa saja terjadi.
1. Infeksi Parasit
Infeksi parasit merupakan salah satu masalah utama yang mengintai orang yang hobi menyantap ikan mentah atau makanan yang tidak dimasak dengan baik. Dari sekian jenis parasit yang ada pada ikan mentah, ada beberapa yang tidak menimbulkan gejala serius, tetapi ada pula yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan dalam jangka panjang.

Liver Flukes misalnya, jenis parasit flatworms ini banyak menginfeksi mereka yang hidup di negara-negara tropis di Asia, Afrika, Amerika Selatan, dan Eropa Timur. Parasit ini biasa bersemayam di dalam organ hati, mengonsumsi darah dan mengakibatkan pembengkakan hati, infeksi saluran empedu, batu empedu, hingga kanker hati.

Jenis parasit lain yang juga banyak menginfeksi penyuka ikan mentah adalah cacing pita. Gejala infeksi cacing pita terbilang ringan, yaitu rasa tidak nyaman di perut, diare, konstipasi, dan mudah lelah. Hal ini dikarenakan cacing pita suka mencuri nutrisi dari usus, terutama vitamin B12. Meski tidak menimbulkan gejala yang serius, infeksi cacing pita cukup mengerikan karena dapat tumbuh dalam tubuh manusia hingga mencapai 15 meter. Maka kamu benar-benar mesti memerhatikan dampak makan ikan mentah ini.

2. Listeria
Listeria merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen, yang biasa ditemukan pada ikan mentah. Bakteri ini menyerang bagian usus manusia dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit serius pada usus.

3. Keracunan Scombroid
Scombrotoxin atau keracunan scombroid terjadi ketika seseorang mengonsumsi ikan yang penanganan tidak baik, sehingga menyebabkan timbulnya animo biogenik seperti histamin, kadaverina, dan putresina, sebagai konsekuensi dari pembusukan oleh bakteri dan dampak makan ikan mentah.
Penanganan dalam hal ini meliputi bagaimana cara penyimpanan dan pengolahan ikan, hingga disajikan. Gejala keracunan scombroid adalah gatal-gatal, sakit kepala, muntah, dan diare.

05 Maret 2020

Penanggulangan Penyakit Ikan

Dalam kegiatan usaha budidaya, penyakit merupakan salah satu hal yang sering menjadi hambatan pembudidaya ikan untuk melakukan usahanya secara berkesinambungan. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, para pembudidaya ikan perlu dibekali dengan pengetahuan tentang penyakit dan cara menanggulanginya.

Beberapa Jenis Penyakit dan Cara Menanggulangi-nya :
A.   Penyakit yang disebabkan parasit
1.    Bintik Putih / White Spot
Penyebab :
-      Ichthyophthirius multifiliis
Gejala :
-      Terdapat bintik putih pada permukaan tubuh
-      Tubuhnya berwarna pucat
-      Sering menggosokan badannya ke dinding/ dasar kolam
-      Megap-megap dan sering berkumpul di sekitar air masuk
Penanggulangan :
-      Menaikan suhu di atas 280 C
-      Rendam dalam larutan Methylen Blue 3 ppm selama 24 jam
-      Rendam dalam larutan NaCl 1-3 gram tiap 100 liter air dengan waktu 5 menit
2.   Gatal / Trichodiniasis
Penyebab :
-      Trichodina sp
Gejala :
-      Keadaan ikan lemah
-      Warna tubuh kusam
-      Sering menggosokan badannya
-      Parasit menempel di seluruh tubuh  
Penanggulangan :
-      Menjaga kualitas air agar tetap baik
-      Rendam dengan larutan Formandehyda sebanyak 40ppm selama 24 jam
3.   Myxosporeasis
Penyebab :
-      Myxobolus sp
-      Myxosoma sp
Gejala :
-      Terlihat adanya benjolan di permukaan tubuh atau insang menyerpai tumor
-      Ada bintik putih pada bagian kulit dan sirip
Penanggulangan :
-      Pengendapan dan penyaringan air
-      Diberi PK 10 gram/m3 air selama 5 jam
4.   Dactylogylassis
Penyebab :
-      Dactylogytus sp
-      Gyrodactylus sp
Gejala :
-      Ikan lemah nafsu makan berkurang
-      Megap-megap seperti kekurangan oksigen
Penanggulangan :
-      Rendam dengan NaCl sebanyak 12,5 gram/m3  air selama 24-36 jam
5.   Kutilen / Clinostinasis
Penyebab :
-      Clinostonum sp
Gejala :
-      Ikan kurus,ada bintik-bintik pada kulit/daging
Penanggulangan :
-      Membunuh induk semang siput air dengan saponin 5 kg/Ha
6.   Lernaeosis
Penyebab :
-      Lernaea sp
 
Gejala :
-      Terlihat adanya benda yang tertancap seperti jarum di permukaan tubuh ikan
Penanggulangan :
-      Rendam dgn larutan formalin 25 ppm 25 menit
-      Rendam dgn larutan pestisida 0,25 ppm selama 10 menit
7.   Argulosis
Penyebab :
-      Argulus sp
Gejala :
-      Ikan kurus, kutu ikan ini dapat dilihat menempel pada ikan
Penanggulangan :
-      Rendam dengan NHCl sebanyak 1,5% selama 15 menit
-      Rendam dengan NaCl sebanyak 1,25% selama 15 menit
B.   Penyakit yang disebabkan jamur
1.    Jamur
Penyebab :
-      Saprolegnia sp
-      Achlya sp
Gejala :
-      Terlihat ada benang-benang halus yang menyerupai kapas
Penanggulangan :
-      Rendam dengan Malachit green sebanyak 20 gram/m3  air selama 1 jam
-      Rendam dengan larutan garam dapur sebanyak 20 gram/m3  air selama 1 jam
-      Rendam dgn larutan Methelin Blue 3 ppm selama 10 menit
C.   Penyakit yang disebabkan bakteri
1.    Columnaris
Penyebab :
-      Flexibacter columnaris
Gejala :
-      - Lecet pada kulit, kepala dan insang              
-      - infeksi pada insang
Penanggulangan :
-      perbaikan kondisi lingkungan
-      mengurangi kandungan bahan organic dalam air
-      penambahan oksigen
2.   Edwardsielosis
Penyebab :
-      Edwardsiela tarda
Gejala :
-      Ikan pucat
-      Gembung perut
-      Pendarahan pada anus
-      Mata pudar
Penanggulangan :
-      Penyuntikan dengan Oxytetracycline HCl 25 mg/kg ikan
3.   Mycobacteriosis
Penyebab :
-      Mycobacterium spp
Gejala :
-      Lecet seperti cacar
-      Ikan lemah mata menonjol
-      Pembengkakan pada kulit
-      Adanya borok
Penanggulangan :
-      Belum diketemukan obatnya
4.   Bercak merah/Red spot
      Penyebab :
-      Aeromonas sp
Gejala :
-      Pendarahan pada tubuh ikan terdapat bercak merah pada kulit
-      Sisik rontok dan lendir berkurang
-      Mata melotot
Penanggulangan :
-      Dengan garam dapur sebanyak 5-10% dalam waktu 30-60 menit
-      Dengan PK sebanyak 3 gram/m3  air dengan waktu 12 jam
D.   Penyakit yang disebabkan virus
1.    Chanel Catfish Virus Disease/CCDV
Penyebab :
-      Channel Catfish Virus
Gejala :
-      Sering menggantung di permukaan
-      Hilang keseimbangan
-      Bergerak berputar-putar
-      Pendarahan pada sirip dan perut
Penanggulangan :
-      Belum ditemukan obat yang efektif
Penanggulangan :
-      Belum ada jenis obat yang efektif.


Teknologi budidaya ikan saat ini telah banyak dikembangkan guna memperoleh hasil yang maksimal. Namun hal ini terhadang oleh berbagai permasalahan terutama penyakit sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Ikan yang terserang penyakit menjadi lambat tumbuh, periode pemeliharaan lebih lama, konversi pakan tinggi, bahkan kematian.

Kendalikan dengan Prinsip
Timbulnya serangan penyakit pada ikan merupakan hasil interaksi yang tidak seimbang antara lingkungan (air, tanah dan udara), ikan (yang dibudidayakan), dan mikroorganisme patogen (parasit, bakteri, virus, dan cendawan). Pengetahuan mengenai sumber penyakit akan sangat membantu petani dalam upaya pengendalian munculnya penyakit, penyebaran, dan pengobatan ikan sedini mungkin.
Identifikasi atau diagnosis penyakit pada ikan dapat diketahui dari kelainan yang terdapat pada organ tubuh, seperti adanya bercak putih atau merah pada tubuh, sirip gripis (rusak/rontok), mata menonjol, dan insang pucat. Tanda lain dapat dilihat dari nafsu makan yang turun, dan cara berenang yang tidak normal serta perubahan pada organ dalam (hati, jantung, limpa).
Peneguhan diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan uji Polimerase Chain Reaction (PCR) atau uji bakteriologi. Sedangkan untuk pengendalian penyakit infeksi dilakukan pengobatan dengan memperhatikan tiga prinsip sebagai berikut:
1.  Penyakit yang disebabkan oleh virus. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mengatasinya. Untuk mengatasinya, antara lain dengan  mengurangi faktor-faktor yang mendukung penyebaran penyakit, seperti kualitas air, pakan yang baik disertai pemberian Vitamin C, multivitamin lengkap, maupun imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Bila perlu, berikan antibiotika untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder.
2. Untuk penyakit bakteri, penggunaan antibiotika yang tepat dan dosis yang sesuai anjuran sangatlah disarankan. Pilihlah antibiotika yang memang khusus digunakan untuk ikan dan telah teregistrasi. Pemanfaatan antibiotika yang tidak sesuai dosis dan ilegal akan berdampak pada timbulnya resistensi bakteri dan pencemaran air. Jenis antibiotika yang diizinkan beredar untuk pengobatan ikan dan udang antara lain ampicillin, oxytetracyclin, doxycycline, enrofloxacin, erythromycin, gentamycin, kanamycin, neomycin, dan lincomycin.
3. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit, cendawan, atau hama dapat ditanggulangi dengan menggunakan bahan kimia atau disinfektan dan insektisida. Disinfektan yang biasa digunakan adalah benzalkonium chloride, chlorine, formaldehyde, dan iodine. Dalam pemberian antibiotika maupun disinfektan, yang terpenting dan harus diperhatikan adalah dosis dan cara pemakaian serta waktu henti obatnya (with drawal time).

Perhatikan Kualitas air
Selain mendiagnosis dan mengendalikan pertumbuhan organisme penyebab penyakit, media hidup ikan, yakni air,  juga harus mendapat perhatian karena bisa  menjadi salah satu faktor pencetus timbulnya penyakit. Lingkungan perairan tempat ikan dipelihara sebaiknya terus dijaga kualitasnya. Caranya, antara lain dengan memberikan probiotik, menjaga agar parameter kualitas air seperti oksigen terlarut, salinitas, dan keasaman (pH) dalam batas yang bisa ditoleransi ikan. 
Bila kondisi ikan menurun akibat keracunan pakan atau kekurangan gizi, sistem penyimpanan pakan  sebaiknya  diperbaiki dan kandungan gizi pakan ditingkatkan. Jika perlu, tambahkan vitamin, mineral, dan asam amino sebagai imbuhan pakan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat penanganan (handling) ikan, baik pada saat penangkapan, sampling, dan transportasi. Perlakuan yang kurang baik dapat menyebabkan ikan luka dan memar. Luka dan memar merupakan pintu masuk bakteri penyebab penyakit ke dalam tubuh ikan. Contoh, ikan kerapu yang menderita ulcus syndrome  akibat serangan  bakteri Vibrio sp.
Faktor-faktor tersebut sebaiknya selalu menjadi perhatian para pembudidaya sehingga serangan penyakit pada ikan dapat ditanggulangi secepat mungkin. Hal ini akan  terwujud bila pelaku budidaya memiliki pengetahuan, pemahaman,  dan penerapan cara budidaya ikan yang baik.