Sepintas, ide teknologi ini mirip dengan pembersih ultrasonik. Pada
pembersih ultrasonik, gelembung-gelembung udara dibuat di dalam cairan
dan benda yang akan dibersihkan ditempatkan di dalam cairan ini. Proses
pembersihan terjadi ketika gelembung udara pecah saat mengenai benda
yang akan dibersihkan.
Teknologi yang disebut dengan nano bubble
(gelembung nano), juga bekerja memanfaatkan gelembung udara. Prinsip
kerja teknologi ini adalah dengan cara memasukkan gas oksigen ke dalam
cairan lewat injektor, pembangkit gelembung nano.
Bedanya, pada
gelembung nano ukuran gelembung udara sangat kecil. Ukuran gelembung
lebih kecil dari 100 nm. Seperti diketahui, 1 nanometer sama dengan
0,000000001 m atau 1x10-9m atau satu per satu milyar meter. Ukuran ini
kira-kira sama dengan 50.000 kali lebih kecil dari ukuran rambut
manusia. Dengan mata telanjang, benda dalam skala nano meter tidak dapat
terlihat.
Jika ukuran gelembung 100 nm, maka dalam 1 mm3 saja
akan terdapat sekitar 1 trilyun gelembung nano. Bayangkan berapa banyak
gelembung dalam wadah air dengan ukuran 1x1 meter.
Ukuran gelembung yang sangat kecil ini ternyata memberikan
keuntungan, yaitu jarak antar gelembung menjadi sangat rapat. Akibatnya,
luas permukaan gelembung-gelembung dalam satuan volume menjadi lebih
luas.
Bandingkan dengan gelembung hasil aerator. Ukurannya masih
relatif besar dan tidak stabil. Gelembung dengan cepat meluncur ke atas
dan pecah pada saat mencapai permukaan air. Sedangkan gelembung
berukuran mikro, sifatnya tidak stabil dan menghilang sebelum mencapai
permukaan.
Tidak seperti gelembung makro atau gelembung mikro,
gelembung nano memiliki sifat stabil dan tidak mudah pecah, sehingga
tetap terendam di bawah air untuk waktu yang lama. Selain itu, gelembung
nano bermuatan negatif. Akibatnya terjadi tolak menolak antar gelembung
dan ini membuat gelembung-gelembung nano terdistribusi merata di dalam
air. Hasilnya, kadar oksigen dalam air menjadi lebih tinggi. Sedangkan
pada gelembung nano tunggal akan bergerak terus dalam air, dengan pola
acak. Gerakan semacam ini disebut dengan Brownian Motion.
Kadar
oksigen yang diperoleh dari gelembung yang dihasilkan aerator sekitar 4
ppm. Namun dengan gelembung nano dapat diperoleh kadar oksigen lebih
besar dari 9 ppm untuk waktu yang lebih lama karena sifat gelembungnya
yang stabil. Bahkan saat ini dengan injektor yang terus disempurnakan
dapat dihasilkan oksigen di atas 10 ppm.
Salah satu bidang yang
telah merasakan manfaat teknologi gelembung nano adalah perikanan.
Gelembung nano telah menjadi solusi bagi pengelolaan kualitas air pada
proses budidaya ikan. Kelarutan oksigen yang tinggi membuat metabolisme
ikan menjadi lebih baik dan pemanfaatan pakan juga lebih optimal.
Hasilnya, pertumbuhan ikan dapat meningkat hingga 40?ri bobot biasa.
Menurut
Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahan
Indonesia), pemanfaatan gelembung nano pada budi daya ikan sidat dapat
mempercepat pertumbuhan sampai 40%. Pertumbuhan ikan sidat pada air
biasa, dalam tiga bulan hanya mencapai bobot 1 kg. Namun, jika
menggunakan gelembung nano, bobot ikan sidat dapat mencapai di atas 3
kg. Air yang kaya dengan oksigen akan membuat ikan tidak mudah sakit dan
dapat mencegah bakteri yang merugikan. Hasilnya, pertumbuhan ikan
meningkat pesat.
Pemanfaatan gelembung nano tidak hanya di bidang
perikanan saja. Berbagai bidang seperti di bawah ini telah menggunakan
gelembung nano.
Pertanian
Gelembung nano
dimanfaatkan pada air irigasi dengan membuat air jenuh oksigen. Air
dialirkan langsung ke akar tanaman. Oksigen terlarut dalam air hujan
sekitar 8 ppm. Dengan gelembung nano dapat diperoleh hingga 40 ppm pada
air irigasi. Pemanfaatan gelembung nano dapat membuat akar tanaman lebih
sehat, mengontrol ganggang, menghilangkan jamur dan bakteri.
Aquaculture
Pemakaian
gelembung nano dapat meningkatkan jumlah oksigen terlarut. Selain itu,
gelembung nano juga dapat mengontrol penyakit, meningkatkan pertumbuhan
rata-rata tanaman, membuat lingkungan lebih bersih, dan menghilangkan
bau dari air.
Kultur Jaringan
Penggunaan
gelembung nano dengan oksigen dan ozon akan membunuh bakteri, ganggang
dan jamur secara alami tanpa pemakaian bahan kimia.
Pembersihan Tangan
Pemakaian
gelembung nano tanpa bahan kimia dan alkahol akan membuat lingkungan
lebih bersih dan bakteri dapat dihilangkan secara alami.
Hidroponik
Teknologi
gelembung nano akan membuat air yang disirkulasikan pada sistem
hidroponik kaya akan oksigen. Air dengan kandungan oksigen di atas 10
ppm ini akan langsung bersentuhan dengan akar tanaman. Hasilnya, air
menjadi lebih bersih, membuat akar tanaman lebih sehat, serta
menghilangkan jamur dan bakteri coli.
Peternakan
Di
bidang peternakan, penggunaan gelembung nano akan membuat kualitas air
minum hewan ternak lebih baik dan menghilangkan bakteri serta jamur.
Gelembung nano juga dapat dipakai untuk kandang hewan ternak dengan cara
menyemprotkan air yang kaya akan oksigen dan ozon.
Pembuangan Air Limbah
Bakteri,
bau busuk dan warna pada air limbah dapat dihilangkan dengan pemakaian
gelembung nano, tanpa penggunaan bahan kimia. Bahkan bau busuk gas H2S
juga dapat dihilangan dengan pemakaian gelembung nano yang kaya akan
oksigen.
Nanobubble:
Teknologi untuk meningkatkan kualitas budidaya
Salah satu teknologi yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas air adalah menggunakan teknologi nanobubble.
Nanobubble adalah gelembung (<200 nm) dalam cairan yang mengandung gas
oksigen dan memiliki daya apung sehingga dapat bertahan di bawah air lebih lama
dari gelembung besar. Semakin kecil ukuran gelembung, semakin kecil daya
apungnya. Gelembung 1 mm mengapung pada ketinggian 0,361 kaki per detik atau
3610 kali lebih cepat dari gelembung nano yang melayang pada kecepatan 0,0001
kaki per detik. Sehingga gelembung nano dapat bertahan lebih lama dari
gelembung besar. Menyebabkan ketersediaan oksigen dalam air terpenuhi dan dapat
digunakan untuk kebutuhan hidup biota karena aktivitas metaboliknya. Selain
itu, nanobubble menangkap polutan (padatan) tersuspensi dalam cairan dan
mengembang ke permukaan dan digunakan untuk menguraikan bahan organik. Dalam
sistem nanobubble, oksigen dalam air dapat tersedia untuk sepanjang waktu sehingga
DO di perairan menjadi stabil. Selain mampu memenuhi kebutuhan oksigen untuk
metabolisme budidaya ikan, nanobubble diperlukan untuk menguraikan bahan
organik seperti sisa makanan dan kotoran ikan sehingga kualitas budidaya tetap
terjaga.
teknologi nano buble pada budidaya udang
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa THC dan DHC pada udang vaname selama pemeliharaan dengan nanobubble
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan nanobubble memproduksi oksigen terlarut
lebih lama di perairan sehingga dapat dimanfaatkan organisme untuk dekomposisi
bahan organik. Peningkatan THC dan DHC ini juga menunjukkan bahwa kesehatan
udang meningkat, karena THC dan DHC merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui respon imun dari udang. Jika THC dan DHC pada udang tinggi, maka
menunjukkan bahwa imun dari udang tersebut juga meningkat. Selain itu, dari
penelitian ini dapat diketahui bahwa nanobubble dapat menurunkan jumlah bakteri
Vibrio sp yang ditunjukkan dengan menurunnya jumlah bakteri Vibrio sp. selama
pemeliharaan menggunakan nanobubble pada penghitungan TPC.
sumber: www.agronet.co.id
Blog ini merupakan salah satu media penyebaran informasi terkait dunia penyuluhan perikanan dan kelautan
Wikipedia
Hasil penelusuran
19 Mei 2020
11 Mei 2020
Pemanfaatan arang aktif dalam budidaya ikan
Karbon aktif adalah karbon yang di proses sedemikian rupa sehingga pori-porinya terbuka, dengan demikian akan mempunyai daya serap yang tinggi. Karbon aktif merupakkan karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam (internal surface), sehingga mempunyai daya serap yang baik. Keaktifan daya menyerap dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah senyawa kabonnya yang berkisar antara 85 % sampai 95% karbon bebas. Karbon aktif yang berwarna hitam, tidak berbau, tidak terasa dan mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kabon aktif yang belum menjalani proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas, yaitu memiliki luas antara 300 sampai 2000 m/gram.
Karbon aktif ini mempunyai dua bentuk sesuai ukuran butirannya, yaitu karbon aktif bubuk dan karbon aktif granular (butiran). Karbon aktif bubuk ukuran diameter butirannya kurang dari atau sama dengan 325 mesh. Sedangkan karbon aktif granular ukuran diameter butirannya lebih besar dari 325 mesh.
Karbon aktif merupakan suatu bentuk arang yang telah melalui aktifasi dengan menggunakan gas CO2, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian daya absorpsinya menjadi lebih tinggi terhadap zat warna dan bau. Karbon aktif mengandung 5 sampai 15 persen air, 2 sampai 3 persen abu dan sisanya terdiri dari karbon. Karbon aktif berbentuk amorf terdiri dari pelat-pelat datar, disusun oleh atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya. Pelat-pelat tersebut bertumpuk-tumpuk satu sama lain membentuk kristal-kristal dengan sisa hidrokarbon, ter dan senyawa organik lain yang tertinggal pada permukaannya.
Bahan baku karbon aktif dapat berasal dari bahan nabati atau turunannya dan bahan hewani. Mutu karbon aktif yang dihasilkan dari tempurung kelapa mempunyai daya serap tinggi, karena arang ini berpori-pori dengan diameter yang kecil, sehingga mempunyai internal yang luas. Luas permukaan arang adalah 2 x 104 cm2 per gram, tetapi sesudah pengaktifan dengan bahan kimia mempunyai luas sebesar 5 x 106 sampai 15 x 107cm2 per gram . Ada 2 tahap utama proses pembuatan karbon aktif yakni proses karbonasi dan proses aktifasi. Dijelaskan bahwa secara umum proses karbonisasi sempurna adalah pemanasan bahan baku tanpa adanya udara sampai temperatur yang cukup tinggi untuk mengeringkan dan menguapkan senyawa dalam karbon. Pada proses ini terjadi dekomposisi termal dari bahan yang mengandung karbon, dan menghilangkan spesies non karbonnya.
Proses aktifasi bertujuan untuk meningkatkan volume dan memperbesar diameter pori setelah mengalami proses karbonisasi, dan meningkatkan penyerapan. Pada umumnya karbon aktif dapat di aktifasi dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan cara aktifasi kimia dan aktifasi fisika.
1. Aktifasi kimia, arang hasil karbonisasi direndam dalam larutan aktifasi sebelum dipanaskan. Pada proses aktifasi kimia, arang direndam dalam larutan pengaktifasi selama 24 jam lalu ditiriskan dan dipanaskan pada suhu 600 – 9000C selama 1 – 2 jam.
2. Aktifasi fisika, yaitu proses menggunakan gas aktifasi misalnya uap air atau CO2 yang dialirkan pada arang hasil karbonisasi. Proses ini biasanya berlangsung pada temperatur 800 – 11000C.
Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Karbon Aktif digunakan untuk menjernihkan air, pemurnian gas, industri minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam penggunaan lain. Selain di bidang pengolahan air, karbon aktif dapat digunakan di berbagai industri seperti pengolahan/tambang emas dengan berbagai ukuran mesh maupun iondine number. Juga digunakan untuk dinding partisi, penyegar kulkas, vas bunga, dan ornamen meja. Di balik legamnya, barang gosong itu ternyata sangat kaya manfaat. Karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat, penyerap gas, penyerap logam, menghilangkan polutan mikro misalnya zat organic maupun anorganik, detergen, bau, senyawa phenol dan lain sebagainya.
Pada saringan arang aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat – zat yang akan dihilangkan oleh permukaan arang aktif, termasuk CaCo3 yang menyebabkan kesadahan. Apabila seluruh permukaan arang aktif sudah jenuh, atau sudah tidak mampu lagi menyerap maka kualitas air yang disaring sudah tidak baik lagi, sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru.
Untuk mengurangi kesadahan (Hardness) pada air dapat digunakan filtrasi (penyaringan) dengan media karbon aktif yang memiliki sifat kimia dan fisika, di antaranya mampu menyerap zat organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai penukar kation, dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi.
Karbon aktif adalah sejenis adsorbent (penyerap), berwarna hitam, berbentuk granule, bulat, pellet ataupun bubuk. Jenis karbon aktif tempurung kelapa ini sering digunakan dalam proses penyerap rasa dan bau dari air, dan juga penghilang senyawa-senyawa organik dalam air. Air sadah adalah air yang mengandung ion Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk sulfat, klorida, dan hidrogenkarbonat. Kesadahan air alam biasanya disebabkan garam karbonat atau garam asamnya. Kesadahan merupakkan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan air yang berkesadahan tinggi tidak akan membentuk busa.
Kesadahan atau Hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air.Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil
Pemanfaatan arang telah dikenal sejak jaman kuno. Catatan terawal menunjukkan bahwa orang-orang Mesir dan Sumeria sejak 3.750 tahun sebelum masehi telah menggunakan arang untuk pemurnian bijih perunggu. Orang mesir menggunakannya untuk mengobati luka yang membusuk dan menyerap racun tercatat pada tahun 1550, sesuai papyrus. Catatan lain pada tahun 450 SM, orang India telah menggunakannya untuk pemurnian air minum. Penggunaannya meluas pada peradaban lain, baik karena belajar atau penemuan yang berdiri sendiri.
Penggunaan arang aktif dalam penyaringan air untuk keperluan akuakultur telah dikenal luas. Namun, berdasarkan pengamatan penulis, belum ada laporan atau tulisan yang menunjukkan pemanfaatan arang aktif jenis serbuk (powdered activated charcoal/PAC) dalam bidang ini. Partikel serbuk arang aktif berukuran 0,17—0,27 µm. Sementara ukuran di atasnya, sampai 2 mm, disebut granulated activated charcoal. Luas permukaan yang dihasilkannya dapat mencapai 500—1.500 m2/g. Tulisan ini menyajikan pengalaman dan pengamatan penulis tentang penggunaan serbuk arang aktif dalam budidaya ikan dan udang.
Serbuk arang juga memiliki fungsi sebagai obat. Dengan kemampuannya menyerap racun dan bahkan mikroorganisme, serbuk arang dapat digunakan dalam pengobatan. Serbuk arang aktif dapat ditambahkan ke dalam pakan untuk menyerap racun akibat serangan bakteri pada usus biota budidaya. Serbuk arang aktif dilaporkan dapat mengurangi efek penyakit berak putih pada udang Yannamei. Hal ini dilakukan dengan cara, serbuk arang aktif ditambahkan pada pakan dengan perekat seperti kanji, alginat, dan putih telur. Dosis serbuk arang aktif yang diberikan berkisar 1—4 %.
Serbuk arang aktif juga dapat dimanfaatkan sebagai suplemen pakan untuk pembesaran ikan. Dari pengamatan jaringan epitel usus menunjukkan bahwa mikrofili usus ikan yang diberi pakan bersuplemen arang aktif lebih berkembang dibanding kontrol. Mikrofili pada usus ikan yang diberi arang aktif lebih panjang dan meluas. Hal ini akan meningkatkan daya serap usus terhadap nutrisi sehingga berefek pada menurunnya FCR.
Preparat jaringan usus ikan nila dengan pewarnaan HE, perbesaran 400x. (A) 3% arang aktif, (B) 1,5% arang aktif, (C) kontrol. Mekanisme yang mendasari fenomena ini belum begitu jelas. Diduga, serbuk arang aktif menyerap mukus yang digunakan bakteri dalam pembentukan lapisan biofilm di permukaan epitel. Dengan begitu, jalur masuk nutrisi tidak terhalangi. Dugaan lain, serbuk arang aktif menyerap bakteri usus sehingga pemanfaatan pakan oleh bakteri menjadi berkurang. Pengamatan isi usus menunjukkan bahwa arang berukuran kecil, 50—150 µm, banyak tertinggal di dalam fili usus.
Pengamatan pada kotoran usus menunjukkan banyaknya pakan alami seperti fitoplankton dan rotifer. Warna kotoran juga lebih hijau dan kompak. Kualitas air pun menjadi lebih baik. Terlihat dari nilai total amoniak nitrogen yang lebih rendah.
Percobaan pada pendederan ikan nila menunjukkan turunnya FCR. Ikan nila dengan berat awal sekitar 7 g dipelihara selama 40 hari dengan pakan berprotein rendah (17%). Serbuk arang aktif dimasukkan dalam formula pakan dengan dosis 1,5—3%. Hasilnya, diperoleh SR 100% dan FCR turun menjadi lebih rendah sebesar 0,2 dibanding kontrol.
Pembesaran ikan nila di kolam semen menunjukkan bahwa pemberian serbuk arang aktif sebanyak 1,5% pada pakan dapat diperoleh FCR 1. Ikan nila dipelihara dalam kolam semen berukuran 150 m2 dengan kepadatan 30 ekor/m2 dan dipanen dengan ukuran 8—10 ekor/kg. Dengan cara ini diperoleh kelangsungan hidup ikan nila sekitar 85% selama pemeliharaan 3,5 bulan. Caranya, serbuk arang aktif 1,5% dan kanji 1,5% dicampur air sebanyak 10%, lalu dipanaskan. Bubur ini diaduk dengan pakan lalu diangin-anginkan. Persentase dihitung dari berat pakan.
Aplikasi, fungsi batu zeolit untuk ikan, tanaman dan ikan hias
– Batu menjadi hidup manakala dilakukan direbus dahulu (dipanaskan)
– Bisa difungsikan hingga 6 bulan lalu akan habis masa pakai nya. Agar bisa dipakai ulang direbus hingga bau
amoniak hilang dan batu zeolit hanya bisa direbus atau digunakan ulang sebanyak 3 kali.
– Batu zeolit untuk tumbuh-tumbuhan digunakan sebagai pengganti kapur dolomit pada tanaman lada atau merica. Ternyata zeolit lebih hebat daripada kapur dolomit.
– Batu zeolit untuk lele sudah banyak digunakan.
– Batu zeolit digemari pada tanaman sistem aquaponic yang dicombine dengan ikan.
– Di Jombang oleh bapak Wildan recharge zeolit dengan cara direndam dengan garam untuk mengeluarkan ion amoniak dan air bekas recharge zeolit dikasih hidrogel dan dibuat pupuk tanaman. Garam yang diberikan langsung kekolam atau aquarium akan menewaskan seisi kolam dan langkah terbaik adalah garam untuk men-treatment batu zeolit. Caranya recharge rendam dengan garam, jemur hingga kering. Ini fungsinya agar amoniak tidak terlempar lagi keair.
– Seorang tetangga memiliki 15 ekor ikan KOI karena listrik mati semua koi ikut-ikutan mati, kadar DO yang drop mendadak selama 4 jam dari aerator biang keladi kematiannya. Kemudian hari pelihara koi lagi, dimulut kucuran air diberi zeolit. Begitu listrik mati 25 ekor koi yang ada hanya 3 ekor yang mati, padahal listrik lebih lama matinya, 6 jam.
pemanfaatan arang aktif diluar perikanan:
1. Pada pengolahan air untuk penjernihan dan mengurangi kesadahan dengan menyerap bau, rasa, warna, kaporit, kapur (CaCO3), logam berat
2. Pada pengolahan emas untuk menyerap konsentrasi emas (ore) dalam bentuk Carbon in pulp (CIP), Carbon in Leach (CIL), Carbon in Clear Solution (CIC) biasanya dari batok kelapa mesh 8-25
3. Pada pemurnian gas dengan menyerap belerang, gas beracun, bau busuk, asap dan pencegahan racun.
4. Pada pengolahan limbah untuk menyerap Bahan Beracun Berbahaya (B3) yaitu menyerap sianida yang terdapat pada limbah industri serat sintetik (akrilonitril), petrokimia, baja, pertambangan dan pelapisan logam (electroplating) dengan cara merendam karbon aktif dengan larutan Cu2+ (0,5%) yang menghasilkan daya serap sianida menjadi 82% dalam waktu 2jam.
5. Untuk menyerap logam berat Raksa/Hg, Cadmium/Cd, Plumbum/Pb/Timbal, Cromium/Cr penyebab sakit kanker
6. Penyegar/pembersih udara ruangan dari kandungan uap air/gas berbau/beracun, seperti pada mobil, kamar pendingin, botol obat-obatan serta peralatan-peralatan yang harus dilindungi dari proses perkaratan.
7. Pada industri obat dan makanan sebagai penyaring, penghilang warna, bau dan rasa tidak enak pada makanan.
8. Pada bidang perminyakan dipakai sebagai bahan penyulingan bahan mentah dan zat perantara
Sumber : https://boosterfish.com
Sistem Budidaya Ikan menggunakan Resirkulasi Air
RESIRKULASI pada
dasarnya terdiri dari dua buah kata yaitu re-yang berarti kembali dan
sirkulasi-yang berarti peredaran. Resirkulasi pada sistem budidaya
merupakan suatu cara/teknologi untuk memanfaatkan media budidaya (air)
yang telah digunakan dalam sistem produksi untuk digunakan kembali
layaknya air yang baru. Dengan menggunakan berbagai treatment dan filter baik
itu mekanis dan/atau biologis dalam wadah terkontrol, air sisa/air
buangan/air limbah budidaya yang seharusnya dibuang dapat dimanfaatkan
kembali. Hal ini tentunya akan sangat menghemat waktu, biaya dan juga
air yang digunakan untuk proses pergantian air.
Dalam
media budidaya, pakan yang tidak termakan dan sisa feses akan
terakumulasi di perairan dalam bentuk amoniak. Jumlah akumulasi amoniak
yang besar di dalam perairan ini tentunya berbahaya untuk biota yang
hidup di dalamnya dan harus segera dihilangkan dengan cara rutin
melakukan pergantian air. Namun jika dilihat dari kacamata lingkungan,
hal ini tentunya merupakan salah satu bentuk pemborosan sumber daya air.
Di Negara maju seperti Norwegia, telah menggunakan sistem resirkulasi dalam proses budidaya untuk menghemat pemborosan sumberdaya air, yang lebih dikenal dengan nama Resirculating Aquaculture System (RAS). Manfaat penerapan teknologi RAS ini memang sangat besar bagi pelaku budidaya salah satunya adalah menghemat penggunaan air bersih yang tentunya akan mengurangi cost produksi dan dalam skala besar dapat mengurangi efek pemanasan global.
Di Negara maju seperti Norwegia, telah menggunakan sistem resirkulasi dalam proses budidaya untuk menghemat pemborosan sumberdaya air, yang lebih dikenal dengan nama Resirculating Aquaculture System (RAS). Manfaat penerapan teknologi RAS ini memang sangat besar bagi pelaku budidaya salah satunya adalah menghemat penggunaan air bersih yang tentunya akan mengurangi cost produksi dan dalam skala besar dapat mengurangi efek pemanasan global.
Gambar 1. Contoh Penerapan RAS dalam media Budidaya
Direktur
Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP),Slamet Soebjakto di Jakarta belum lama ini menjelaskan bahwa
teknologi RAS telah berhasil diadopsi dan dikembangkan di Indonesia
dengan model dan perangkat prasarana yang lebih murah oleh tim Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu, Minahasa, Sulawesi Utara.
Slamet menjelaskan filter fisika, filter biologi, sinar UV maupun
generator oksigen bisa dimanfaatkan untuk mengkontrol dan menstabilkan
kondisi lingkungan ikan, mengurangi jumlah penggunaan air dan
meningkatkan kelulushidupan ikan.
Fernando,
Kepala BPBAT Tatelu menuturkan bahwa prinsip dasar RAS di seluruh dunia
hampir sama yaitu dengan memanfaatkan air media pemeliharaan secara
berulang-ulang dengan mengendalikan beberapa indikator kualitas air agar
tetap pada kondisi prima. RAS yang dikmbangkan pada BPBAT Tatelu telah
mengalami modifikasi sesuai kondisi yang ada salah satunya dengan
menggunakan peralatan yang berasal dari salam negeri. Biaya instalasi
RAS yang dikembangkan oleh BPBAT tatelu hanya memakan Biaya tidak lebih
dari 80 juta rupiah. Biaya ini meliputi pembelian peralatan, seperti
generator 02, tangki filter, venturi, blower, ultraciolet dan material
lainnya yang diperkirakan mempunyai umur pemakaian 6 (enak) tahun. Nilai
ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan sistem instalasi RAS
impor yang biayanya dapat mencapai ratusan juta rupiah per unit
instalasi.
Gambar 2. Instalasi teknologi RAS yang dikembangkan oleh BPBAT Tatelu
Sumber : DJPB KKP
Peningkatan Produksi Benih
Pemanfaatan teknologi RAS ini tidak hanya dapat mengurangi cost produksi
budidaya, namun juga dapat meningkatkan kualitas dan jumlah produksi
benih ikan budidaya. Aliran air yang bersih (bebas dari mikroorganisme
dan kotoran) dengan memanfaatkan berbagai filter dapat meningkatkan daya
tetas telur dan jumlah benih hidup. Hal ini telah dibuktikan oleh BPBAT
Tatelu dalam produksi benih ikan Nila. Fernando mencontohkan, dengan
penerapan teknologi RAS pada kolam ikan Nila, mampu meningkatkan
produksi benih hingga 5.000 ekor/m2, padahal dengan teknologi
konvensional hanya sekitar 5 ekor/m2. Hal ini berarti, dengan penerapan
teknologi RAS mampu menggenjot produksi benih hingga 100%. Menilik
banyaknya manfaat dari penerapan teknologi RAS ini, pada awal tahun
2017, sejumlah daerah di Indonesia mulai menerapkan teknologi RAS untuk
meningkatkan produksi benih ikan, salah satunya adalah Unit Pembenihan
Perikanan (UPT) DKP Sulteng dan Balai Benih Air Payau (BBAP) Ujung
Batee, Provinsi NAD.
Kepala
UPT DKP Sulteng, Dr. Saldiansyah Effendy S.Pi, M.Si di Kota Palu
menyebutkan bahwa pihaknya telah menginvestasikan dana sekitar 200 juta
rupiah untuk menerapkan teknologi ini untuk produksi benih ikan nila.
Diharapkan penerapan teknologi RAS ini dapat meningkatkan produksi benih
ikan nila hingga 10% dari produksi tahun 2016. Saldi menjelaskan bahwa
saat ini pihaknya optimis mampu meningkatkan produksi benih ikan nila
ntuk tahun 2017 ini menjadi 200.000 ekor/bulan, yang pada tahun
sebelumnya hanya mencapai 15.000-20.000ekor/bulan seperti yang telah
dilakukan BBAP Ujung Bate’e. Produksi benih ikan Nila saat ini telah
mencapai 500.000 ekor benih nila setiap bulannya pada bak-bak pembenihan
dengan kapasitas yang sama dengan UPT Pembernihan Perikanan Sulteng,
Bagaimana penerapan RAS?
Secara
garis besar penerapan teknologi RAS tidak perlu wadah yang besar,
karena teknologi RAS cukup dilakukan pada bak-bak kecil berkapasitas 10
ton air. Beberapa treatment yang dilakukan untuk menerapkan teknologi RAS adalah sebagai berikut:
Solid Removal
Tujuan
step ini adalah menghilangkan bahan-bahan padat yang mencemari
perairan seperti sisa makanan, feses, maupun limbah berbentuk lainnya
yang mencemari kolam. Pada step ini, bisa dilakukan penyaringan untuk
menghilangkan limbah padat.
Biofiltration
Setelah dilakukan penyaringan terhadap bahan-bahan pencemar padat yang masih terlihat tersebut, pada step ini dilakukan treatment
untuk menghilangkan bahan pencemar yang tidak terlihat seperti amonia.
Amonia merupakan gas pencemar di dalam perairan yang berbahaya bagi
ikan. Salah satu cara untuk menghilangkan amonia adalah dengan
menggunakan filter biologi salah satunya adalah melepaskan bakteri yang
mampu merubah amonia menjadi nitrogen sehingga aman dilepaskan ke
lingkungan.
Dissolve gas control
Berikut
merupakan step terakhir, yaitu dengan menambah jumlah oksigen terlarut
sehingga air yang dilepaskan kaya akan oksigen terlarut yang baik untuk
ikan budidaya. Setelah melewati step-step tersebut, air bisa
dikembalikan lagi ke dalam kolam.
Resirkulasi berkembang pesat di sektor budidaya perikanan khususnya unit produksi yang besar. Juga pada sistem budidaya kecil untuk melakukan restocking, termasuk untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah. Resirkulasi dapat dilakukan pada intensitas yang berbeda, tergantung seberapa banyak air yang disirkulasikan atau digunakan kembali. Pada beberapa budidaya, khususnya dengan sistem super intensif, membangun instalasi khusus yang terisolasi namun dapat menampung 300 liter air.
Dari sudut pandang lingkungan, terbatasnya jumlah air yang digunakan dalam resirkulasi tentu menguntungkan. Sebab tak dapat dipungkiri, di beberapa daerah air adalah sumber daya terbatas. Selain itu, penggunaan air yang terbatas, memudahkan untuk menghilangkan nutrisi yang telah disekresikan dari ikan. Dengan demikian, resirkulasi dianggap sebagai cara yang paling ramah lingkungan dalam budidaya ikan secara komersial. Nutrien yang dihasilkan ikan dapat digunakan sebagai pupuk pada lahan pertanian atau sebagai bahan dasar biogas.
Mengontrol parameter seperti suhu air, kadar oksigen, sangat penting pada proses resirkulasi. Tujuannya untuk memberikan kondisi yang stabil dan optimal untuk ikan, sehingga mencegah kondisi stres dan mewujudkan pertumbuhan yang lebih baik. Kondisi stabil menghasilkan pola pertumbuhan yang stabil pada masa mendatang dan memungkinkan pembudidaya untuk secara tepat memprediksi kapan ikan akan telah mencapai tahap atau ukuran tertentu.
Ada banyak keuntungan menerapkan sistem resirkulasi dalam budidaya ikan, namun manfaat utamanya adalah pencegahan penyakit. Dampak patogen pada sistem resirkulasi jauh berkurang karena hanya menggunakan air yang terbatas. Air untuk budidaya ikan tradisional diambil dari sungai, danau atau laut, yang secara alami meningkatkan resiko meningkatnya penyebaran penyakit.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan resirkulasi:
- Perlu diingat bahwa resirkulasi adalah sistem air yang dipakai terus menerus dengan memakai sistem filtrasi.
- Sistem ini memerlukan aliran air yang dapat terkendali dan keberadaan pompa untuk mengalirkan air tersebut.
- Langkah pertama dalam proses resirkulasi adalah air dipompa dan masuk ke dalam kolam.
- Selanjutnya air buangan yang berasal dari kolam dimasukkan ke dalam filter. Oleh filter, air melewati proses penjernihan yang dapat dimanfaatkan kembali untuk mengisi air pada kolam.
- Sistem resirkulasi harus dilakukan secara berkala, sesuai kuantitas air yang diganti dan penggunaan air sekali pakai.
- Adapun pembuangan air dilakukan menggunakan selang yang diberi saringan pada ujungnya, sehingga ikan tidak ikut tersedot atau terbuang.
- Seperti disebutkan di awal, sistem resirkulasi menggunakan dua filter, yakni filter biologi dan fisik.
- Yang termasuk pada komponen biologi adalah: pecahan karang, pasir dan bioball yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses nitrifikasi dari amoniak menjadi nitrat.
- Yang termasuk filter fisik adalah cartridge filter yang berperan untuk menyaring partikel partikel yang tersuspensi di dalam air.
Langganan:
Postingan (Atom)