Wikipedia

Hasil penelusuran

22 Oktober 2019

perhitungan analisa usaha perikanan


Usaha perikanan  merupakan suatu kegiatan ekonomi di bidang  perikanan   dimana terdapat sejumlah unsur yang digunakan dan mengandung suatu nilai yang merupakan korbanan bagi pelaku.  Input (biaya) usaha perikanan yang umumnya dibutuhkan oleh pelaku utama perikanan meliputi benih, pakan, lahan, mesin (alat), tenaga kerja, obat-obatan,dll. Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya, meliputi  : 1) biaya tetap (fixed cost), dan  2) biaya tidak tetap (variable cost).  
Pendapatan dalam suatu kegiatan usaha  adalah balas jasa terhadap setiap faktor produksi yang dikeluarkan seperti pembelian benih, pakan, tenaga kerja dan obat-obatan. Pendapatan juga sekaligus merupakan ukuran keberhasilan kegiatan usaha.  Bagi pelaku utama perikanan, analisis pendapatan dapat digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilaksanakan berhasil atau tidak, serta layak atau tidak untuk terus dijalankan. 
Analisis Pendapatan Usaha Perikanan
Pendapatan usaha dihitung dengan menggunakan rumus :


p  = TR - TC

 
 
       
Keterangan :  
 p   = Keuntungan    (Rp)
 TR =  Penerimaan Total (Rp)
 TC = Biaya Total (Rp)
Total Revenue atau Penerimaan Total dirumuskan sebagai berikut :
TR = P x Q

 
  
                                      
Keterangan :        
TR =  Penerimaan  Total (Rp)
P   =  Harga jual (Rp/Kg)
Q  = Jumlah barang yang dijual  (Kg)
Adapun Total Cost atau Biaya Total merupakan penjumlahan dari biaya Tetap (fixed cost) yang terdiri dari bunga bank apabila menggunakan dan biaya penyusutan dari seluruh investasi yang dikeluarkan, dengan biaya variabel (variable cost) yang terdiri dari pembelian pakan, benih, tenaga kerja, obat-obatan serta biaya operasional lainnya.  Dalam bentuk matematis Total Cost dirumuskan sebagai berikut :


TC = FC + VC
 
 
                                             
Keterangan :
TC  =  Total Cost  atau Biaya Total  (Rp)
FC  =   Fixed Cost atau Biaya Tetap (Rp)
VC = Variable Cost / Biaya Variabel (Rp)

Untuk dapat menghitung besarnya keuntungan usaha, pelaku utama/usaha perikanan dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan melakukan pencatatan dengan baik setiap biaya investasi dan biaya-biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan usahanya. 
Analisis Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha  merupakan salah satu ukuran keberhasilan atau kelayakan usaha perikanan. Secara teoritis R/C menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C-nya      R/C ratio dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
R/C  =  TR
        TC
 
                                                                 

Kriteria :
Bila R/C  >  1, maka usaha dinyatakan menguntungkan
Bila R/C  =  1, usaha mengalami impas
Bila R/C  <  1, usaha mengalami kerugian

Analisis Waktu Balik Modal (Payback Period/PP)
Payback Period merupakan cara penilaian investasi yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh keuntungan atau dengan kata lain Payback Period adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang telah ditanamkan.
Secara matemetis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut :


PP =  I
          p
 
 
                                                    
Keterangan :      
PP  = Payback Period (tahun)
I     = Investasi  (Rp)
p     =   Keuntungan (Rp/tahun)
Semakin singkat periode tingkat pengembalian modal maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.      
BEP (Break Event Point)
BEP merupakan perhitungan analisa usaha untuk melihat titik impas usaha perikanan dinilai dari jumlah produksi yang dihasilkan dan nilai penjualan yang telah didapatkan. Sehingga perhitungan BEP terbagi dua yaitu:
1.    BEP Volume Produksi
=       Total Biaya   
     Harga produk / Kg

Yang artinya biaya produksi yang telah dikeluarkan akan simbang jika titik volume produksi telah mencapai nilai BEP

2.    BEP Harga Produksi
BEP = Total Biaya  
        Total produksi
Yang artinya biaya produksi yang telah dikeluarkan akan mencapai titik impas jika titik harga penjualan telah mencapai nilai BEP.

15 Oktober 2019

penanganan penyakt ikan gurame


Ikan gurame segar adalah salah satu menu yang dipilih oleh masyarakat karena selain kaya protein, mineral dan vitamin, ternyata ikan memiliki keunggulan karena rendah kolestrol dan lemak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada saat ini diprediksi sudah mulai terjadi pergesaran yang semakin besar terhadap pilihan menu makanan berprotein tinggi asal daging merah ke menu makanan berprotein tinggi daging putih atau ikan. Berdasarkan hal tersebut, prospek pasar komoditas hasil perikanan akan semakin baik dan menjadi menu utama masyarakat global.

Dengan melihat peluang pasar yang begitu besar dan terbuka luas tersebut maka memilih usaha budidaya ikan tidak akan khawatir dan kesulitan dalam memasarkan ikan hasil budidayanya. Namun demikian usaha budidaya ikan bukan berarti tidak memiliki berbagai kendala dan tantangan, seperti adanya serangan atau wabah hama penyakit ikan, pencemaran perairan baik yang berasal dari limbah domestik, pertanian maupun industri yang apabila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kerugian bagi para pelaku usaha budidaya ikan.

Hama dan penyakit yang dapat menyerang ikan budidaya dapat berasal dari jamur, parasit, bakteri maupun virus. Hama dan penyakit ikan biasanya muncul dan menyerang ikan budidaya apabila kondisi lingkungan perairan dimana ikan dibudidayakan berada pada kondisi yang ekstrim seperti; perubahan temperature air yang sangat ekstrim, perubahan struktur pH air yang ekstrim, perubahan tingkat kesadahan air yang ekstrim, perubahan salinitas air yang esktrim dan berbagai perubahan parameter air lainnya yang sangat ekstrim sehingga berpengaruh terhadap keseimbangan proses metabolisme pada tubuh ikan yang akan menyebabkan menurunya daya tahan tubuh ikan dan akhirnya menjadi lemah, dan pada kondisi tersebut berbagai jenis penyakit dapat dengan mudah menyerang ikan yang sedang budidayakan

Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) atau yang lazim dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Good Aquacultur Practice (GAP) adalah sistem atau metoda cara budidaya ikan yang dikendalikan dari faktor-faktor eksternal yang dapat bersifat merugikan dengan menerapkan cara budidaya dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan termasuk dalam proses cara memanennya agar dihasilkan kualitas mutu produk ikan hasil budidaya dengan kualitas yang baik.

CBIB Senjata Ampuh Pengendalian Penyakit Ikan
Kunci utama dalam pengendalian hama dan penyakit ikan adalah melalui penerapan biosecurity yang menjadi salah satu bagian dari prinsip CBIB disamping aspek keamanan pangan (food safety) dan ramah lingkungan (eviromental friendly). Keamanan biologi atau lebih dikenal dengan Biosecurity merupakan upaya mencegah atau mengurangi peluang masuknya penyakit ikan ke suatu sistem budidaya dan mencegah penyebaran dari satu tempat ke tempat lain yang masih bebas. 

Namun demikian secara umum pada kenyataannya prinsip biosecurity belum sepenuhnya diterapkan pada kegiatan budidaya ikan. Kondisi ini berbanding terbalik jika dibandingkan pola manajemen budidaya ikan yang dilakukan di negara asing yang teknologi budidaya ikannya sudah sangat maju seperti: Thailand, China dan Jepang prinsip biosecurity menjadi pertimbangan utama sebagai penentu keberhasilan budidaya ikan. Pembudidaya seringkali belum menyadari bahwa pengelolaan air bukan hanya dilakukan pada air yang masuk, namun pengelolaan air buangan budidayapun yang sangat penting untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit ikan terhadap lokasi budidaya disekitarnya.
Mempertimbangkan fenomena di atas maka “society awareness” perlu ditanamkan terhadap para pembudidaya ikan, sehingga ada komitmen dan tanggungjawab bersama dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan masuknya hama dan penyakit serta kemungkinan dampak penyebaran terhadap lingkungan budidaya disekitarnya.

Terdapat beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab munculnya penyakit ikan sehingga menyebabkan kegagalan panen antara lain:
1. Kualitas benih yang rendah dan sudah terinfeksi penyakit
2. Kondisi Lingkungan tempat budidaya ikan meliputi sumber air berkualitas rendah dan terkontaminasi oleh pathogen penyebab penyakit ikan
3. Pengelolaan lingkungan tambak/kolam selama pemeliharan yang kurang baik menyebabkan kualitas lingkungan perairan berkualitas rendah dan terjadi fluktuasi kualitas lingkungan perairan yang luas selama proses pemeliharaan menyebabkan ikan mengalami stress sehingga kondisi ikan melemah, yang pada akhirnya mudah terserang penyakit.
Ditambahkan, bahwa Penyebaran penyakit ikan ini akan lebih cepat bila tataletak dan konstruksi antar petak tambak atau kolam dalam kondisi kurang baik. Konstruksi pematang yang tidak kedap sehingga menyebabkan air yang terinfeksi penyakit rembes/bocor mengalir masuk pada petak pembesaran ikan lainnya sehingga menyebabkan penularan. Penggunaan saluran inlet dan outlet secara bersamaan dengan pengaturan pengelolaan air yang tidak baik , dapat menyebabkan buangan air dari petak tambak yang terserang penyakit menular pada perairan yang digunakan sebagai sumber air untuk kegiatan budidaya di kawasan tambak lainnya.
Salah satu konsep yang saat ini telah diterapkan adalah melalui penerapan CBIB/BMPs dengan model cluster. Model ini diharapkan mampu meminimalisir serangan dan penyebaran penyakit. Ada lima prinsip dasar CBIB/BMPs untuk budidaya ikan guna mengantipasi serangan penyakit serta menjamin keamanan pangan (food safety) produk udang, yaitu:
1. Pemilihan lokasi yang sesuai dengan komoditas ikan yang dibudidayakan meliputi system irigasi baik, kualitas tanah dasar tidak tanah masam, konstruksi tambak kedap (maksimum bocoran 10%/minggu).
2. Musim tebar yang tepat dan serentak pada tambak/kolam dalam kawasan/cluster (Use an all-out, all-in, once-only stocking of participating ponds),
3. Penerapan bioskurity secara maksimal dengan menggunakan benih sehat (negative tes PCR), tandon (resevoar) atau biofilter untuk mencegah carier dan untuk perbaikan mutu air.
4. Menjaga kestabilan lingkungan tambak/kolam selama proses pemeliharaan yaitu pengelolaan air terutama Pengelolaan Oksigen terlarut pada dasar tambak/kolam dan pengelolaan pakan.
5. Memaksimalkan produk hasil perikanan yang aman pangan (food safety), berkualitas dan menguntungkan dengan tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia lainnya yang di larang.

Beberapa tanaman disekitar kita ternyata dapat dipakai  sebagai alternatif pengobatan ikan gurame, meskipun hanya jenis tertentu. Adapun beberapa jenis tanaman yang sudah terbukti mengobati penyakit adalah sebagai berikut.

1. Kamboja (Plumeria acuminata)
a. Kandungan Kimia : akar dan daun kamboja mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Daun mengandung alkaloid
b. Bagian yang digunakan : getah daun dan batang
c. Aplikasi;
Getah daun dan batang dapat mengobati koreng ikan akibat serangan jamur Saprolegnia sp. Pengobatan dilakukan dengan cara daun kamboja dipetik pagi hari, saat pagi getah masih banyak dibanding siang dan sore hari. Dosis untuk kolam dengan luas 100 m2 membutuhkan daun sebanyak 10 kg, batang dicacah kecil-kecil lalu dimasukan ke dalam kolam hingga merata, perlakuan ini diulang setiap hari selama tiga hari.

2. Ketepeng (Cassia alata L )
a. Kandungan Kimia : kulit kayu mengandung aloe-emodin, asam krosofanat, resin, krisofanol, dan seng. Sementara asam oleat terkandung dalam biji.
b. Bagian yang digunakan : daun
c. Aplikasi;
Untuk membunuh predator dikolam, caranya setelah kolam dikeringkan aliri kolam dengan air hingga mencapai ketinggian 15 cm. Setelah itu ambil daun ketepeng sebanyak 4 kg untuk kolam seluas 100 m2 . Daun ketepeng diremas-remas didalam ember yang berisi air, lalu disaring kemudian hasil saringan tersebut dimasukan ke dalam kolam.

08 Oktober 2019

Budidaya pembesaran ikan gurame



 
Gurame merupakan komoditas perairan lokal yang banyak diminati konsumen. Selain dagingnya yang tebal dan gurih cita rasa gurame sangat cocok untuk diolah menjadi berbagai macam bentuk hidangan khas kuliner Indonesia. Dikarenakan permntaannya yang semakin tumbuh budidaya ikan Gurame saat ini  menjadi salah satu alternatif usaha yang cukup menjanjikan. Adapun keistimewaan pemeliharaan gurame antara lain:
1.      Harga jualnya yang relatif stabil dan tergolong lebih mahal dibandingkan dengan komoditas tawar lainnya.
2.      Saat ini dengan menggunakan bibit unggul hanya membutuhkan waktu 6 bulan dari telur untuk menghasilkan ikan konsumsi (0,5 Kg keatas)
3.      Pemasarannya tergolong mudah, karena pasokannya masih kurang.
4.      Margin yang dihasilkan lebih tinggi dari komoditas ikan tawar lainnya
5.      Pemberian pakan tidak tergantung dengan pellet karena bisa diselingi dengan dedaunan.
6.      Ikan gurame laku dijual dengan ukuran berapapun.

Sekalipun gurame adalah ikan yang lambat pertumbuhannya, pembudidaya ikan pemakan tumbuhan ini semakin bertambah. Bahkan pertahun pertumbuhannya mencapai 40%. Untuk menyiasati pertumbuhan gurame yang lama selain menerapkan budidaya intensif perlu juga menerapkan budidaya dengan sistem bertahap. hal ini dikarenakan gurame dapat dipasarkan dari ukuran telur hingga ukuran konsumsi.
Adapun tahapan dalam pemasaran gurame antara lain dengan ukuran sebagai berikut; telur (sarang), larva, bji oyong (umur 1 bulan), siletan (umur 1,5 – 2 bulan), dua jari (umur dua bulanan), tiga jari (umur 3 bulan), tampelan (umur 4-5 bulan). Semantara untuk ukuran konsumsi (bobot) ikan gurame dijual mulai dari ukuran 8 ekor/Kg, 4-6 ekor/Kg, ukuran setengah kiloan, hingga ukuran sekilo keatas. Namun pada umumnya ukuran konsumsi yang banyak dicari konsumen adalah ukuran 500-700 gr/ekor.



Persiapan Kolam
Adapun tahapan persiapan kolam untuk pemeliharaan benih gurame antara lain:
a.       Gosok dan sikatlah dinding kolam menggunakan daun pepaya sebagai antiseptik, kemudian bilas.
b.      Masukkan air kolam hingga ketinggian sesuai kebutuhan
c.       Masukkan kapur mill 150gr/m2
d.      Masukkan pupuk agen hayati 200 gr/m2.
e.       Semprotkan probiotik cair yang diencerkan (5ml/liter air) untuk 10 m2 dari luas kolam
f.       Masukkan azolla dan tunggu hingga 10 hari, apabila air sudah hijau maka kolam telah siap.

Pendederan ikan Gurame
Pendederan merupakan kegiatan usaha untuk menghasilkan benih dengan ukuran yang lebih besar, baik itu dari telur atau dari ukuran yang setingkat lebih kecil dari hasilnya. Pendederan dilakukan berjenjang dengan padat tebar sebagai berikut
pendederan
penjang benih
berat benih
padat tebar (ekor/m2)
kedalaman air
pendederan I
1 - 3 cm
1 - 5 gr
40 - 60
30 - 40 cm
pendederan II
5 -8 cm
40 - 50 gr
30 -40
40 -50 cm
pendederan III
8 - 12 cm
50 - 100 gr
20 - 30
60 - 80 cm
pendederan IV
12 - 16 cm
100 - 200 gr
15 - 20
80 - 100 cm

Langkah yang perlu dipersiapkan dalam pendederan benih gurame antara lain:
·         Benih yang ditebar merupakan benih unggul baik dari jenis soang maupun porselen, benih harus sehat, tidak cacat, dengan ukuran yang seragam.
·         Sucihamakan benih dengan cara merendam benih dengan larutan garam 10 g/liter selama 15-30 menit
·         Aklimatisasikan benih sebelum ditebar
·         Padat tebar sesuaikan dengan ukuran kolam dan ukuran panen yang dikehendaki
Selama pendederan ikan diberikan pakan berupa pakan alami seperti cacing sutra, azolla, dan daun-daunan serta pakan buatan seperti pelet dengan ukuran menyesuaikan bukaan mulut dan umur ikan. Pelet yang digunakan mengandung protein 26-33 %, diberikan sebanyak 3-5% dari biomassa. Pemberian pakan dilakukan dua kali pagi dan sore ketika cuaca tidak terik.

Pembesaran Gurame
Pembesaran merupakan kegiatan untuk menghasilkan ikan konsumsi dengan berat 0,5 Kg ke atas. Benih yang digunakan dapat dimulai dari ukuran tiga jari hingga 100-300 gr/ ekor. Padat tebar untuk pembesaran ikan gurame secara intensif antara 15-20 ekor/m2. Pemberian pakan menggunakan pelet dengan kandungan protein 26-32 %. Diberikan dua kali dengan diselingi pemberian hijauan seperti daun talas, daun singkong, daun pepaya, dll. Dosis pemberian pakan antara 2-3% dari biomasa ikan.
Gambar . Daun talas sebagai pakan alami ikan gurame

Agar ikan terhindar dan kebal dari serangan penyakit gunakan vitamin C yang dicampurkan pada pakan dengan dosis 250 – 500 mg/Kg berat tubuh selama beberapa hari. Gunakan pula probiotik sebagai imunostimulan seperti lipo polisakarida 10mg/liter untuk mempertahankan stamina. Dapat pula dengan pemberian probiotik dan molases yang diencerkan kemudian disemprotkan ke dalam pakan yang akan diberikan.