Wikipedia

Hasil penelusuran

04 April 2019

peningkatan usaha perbenihan ikan

Agar usaha perbenihan bisa mencapai produksi yang diinginkan, sejumlah rekomendasi dikumpulkan dari para ahli dalam pertemuan yang membahas perbenihan ikan nasional pada bulan lalu. Adapun, rekomendasi tersebut seperti yang dirilis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, adalah:
  1. Membentuk Asosiasi Hulu-Hilir per Komoditas
Saat ini asosiasi perikanan yang ada masih terkotak – kotak dalam bagian per bagian pembenih saja, atau pembudidaya saja, atau olahan saja. Sementara di Eropa, telah diterapkan asosiasi yang linier dari hulu ke hilir. Contohnya, untuk komoditas salmon, asosiasi yang ada mulai dari pembenih, pembudidaya pembesaran, hingga pengolahan menjadi satu bagian.
Hal ini dilakukan, untuk mempermudah pengembangan komoditas perikanan budidaya secara terintegrasi dari hulu ke hilir. Dengan demikian, itu bisa meningkatkan pertumbuhan dan PDB sektor perikanan.
  1. Berkonsentrasi pada Spesies Tertentu untuk Dikembangkan Secara Terintegrasi
Indonesia memiliki potensi perikanan budidaya yang sangat besar dengan diversifikasi spesies yang banyak. Untuk memperoleh hasil yang optimum, harus ditentukan beberapa komoditas/spesies unggulan yang akan dikembangkan secara terintegrasi dari hulu ke hilir.
Misalnya, untuk di air payau: komoditas udang dan bandeng, di air tawar: lele dan patin, di air laut: barammundi/kakap putih dan rumput laut. Komoditas tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh dan terkonsep untuk menggenjot produksi dan nilai tambahnya.

  1. Menghidupkan Kembali Pemuliaan Induk Unggul
Selama dua tahun terakhir, anggaran untuk pemuliaan induk unggul ditiadakan. Harapannya pemuliaan genetik dapat dilanjutkan dan dikembangkan dengan perencanaan matang dan didukung anggaran yang besar oleh Pemerintah, seperti yang sudah dilakukan Norwegia pada ikan salmon. Dengan cara tersebut, ketersediaan induk-induk unggul melimpah dan hatchery dapat memproduksi benih berkualitas tinggi, sehingga pembudidaya dapat bersaing dalam ongkos produksi dan kualitas.
  1. Transformasi Teknologi Perbenihan Modern
Perkembangan teknologi yang sangat cepat untuk mencetak induk maupun benih unggul yang bebas penyakit, sudah berlangsung sekarang. Teknologi yang sudah ada, seperti single nucleotide polymorphism (SNP) untuk mengetahui DNA penciri, dan genome/DNA editing yang dibutuhkan dalam proses pencetakan induk unggul.
Selain itu, teknologi di tingkat hatchery untuk menciptakan benih unggul yang bebas penyakit juga harus terus ditingkatkan, diantaranya dengan penggunaan RAS, aplikasi bioreaktor alga, dan lain sebagainya.
  1. Membangun Broodstock Center Berkelas Dunia
Kebutuhan induk, terutama udang, sebagian besar masih diperoleh dari impor. Kepercayaan pelaku hatchery untuk menggunakan induk lokal juga masih kecil, sehingga perlu ada upaya lebih untuk Pemerintah membangun broodstock center per komoditas yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan stakeholder.
Di masa datang, agar Indonesia bisa lepas dari ketergantungan induk impor, Pemerintah bisa bekerjasama dengan pihak swasta, yakni produsen induk dari Hawai untuk membuat broodstock center kelas dunia. Dengan demikian, tingkat kepercayaan pelaku dalam menggunakan induk produksi lokal meningkat.
  1. Peningkatan Ketahanan Pangan dari Ikan
Semakin banyaknya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan, dalam hal ini protein juga terus meningkat. Ikan menjadi salah satu sumber protein yang dapat dijadikan pilihan bagi masyarakat, karena ikan memiliki tingkat produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan ternak atau hewan darat lainnya seperti ayam.
Sebagai perbandingan, produktivitas untuk ikan lele dalam satu hektar, itu bisa mencapai 5.000 ton per hektar, sedangkan untuk ternak dan pertanian hanya ratusan ton saja. Selain itu, promosi ikan dalam rangka peningkatan konsumsi ikan di masyarakat juga terus dilakukan, agar target konsumsi ikan 50 kilogram per kapita per tahun dapat dicapai.
  1. Perlunya Sinergi Peraturan Perundangan
Dalam mendukung pembangunan sektor kelautan dan perikanan, terutama dari sisi perbenihan, perlu didukung oleh aturan perundangan. Saat ini, ada Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang memindahkan kewenangan urusan pemerintah daerah provinsi ke tingkat kabupaten/kota.
Diharapkan juga, tercipta sinergitas antar kelembagaan yang mendukung jalannya proses pembangunan perbenihan nasional. Hal ini perlu disuarakan di level pusat dan DPR RI untuk kembali mengkaji peraturan yang dapat mewadahi semua pihak.

  1. Swasembada Induk dan Benih Unggul
Kebutuhan benih dan induk terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan kebutuhan benih saat ini mencapai 115 miliar dan kebutuhan induk sebanyak 20 juta ekor untuk semua komoditas. Untuk itu, Pemerintah bersama stakeholder lain harus bekerjasama bersinergi menghasilkan induk dan benih unggul tersebut. Masing – masing pihak harus mengambil peranan, dengan meningkatkan sarana dan prasarana, teknologi, dan kapasitas produksi.
  1. Sinergitas Tambak Artemia dan Garam
Kebutuhan artemia sebagai pakan induk dan benih semakin meningkat, sementara hingga saat ini, Indonesia masih mengimpor cyst (telur dorman) artemia. Untuk itu, perlu dibangun tambak artemia untuk memenuhi kebutuhan biomasa artemia bagi produsen induk dan hatchery dalam negeri.
DJPB sendiri sudah menyiapkan pembangunan tambak artemia di Nusa Tenggara Timur, yang nantinya dapat disinergikan dengan produksi garam hasil proses penumbuhan artemia. Ke depan, diharapkan juga tercipta sinergitas antara tambak garam untuk memproduksi biomasa artemia di berbagai daerah di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar