Karena itulah, sejumlah peneliti dari Balai Pengembangan
Instrumentasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan
"Jala Sangkuriang " yang dirancang untuk memodifikasi temperatur
suhu air dalam kolom untuk membantu proses pemijahan ikan lele.
Budidaya ikan lele telah lama di kenal dan digeluti masyarakat
Indonesia. Ikan lele merupakan salah satu komoditas ikan tawar yang
cukup primadona di pasaran. Prospek bisnisnyapun cukup bagus karena
pemintaan yang terus meningkat seiring maraknya warung-warung makan yang
menyajikan lele sebagai menu sajian mereka.
Meskipun budidaya ikan lele telah lama di kenal dan digeluti masyarakat
namun, budidaya ikan lele tidaklah mudah. Hambatan besar dalam proses
budidaya ikan lele salah satunya adalah persoalan temperatur suhu air
yang sangat berpengaruh. Terutama saat proses tahap pemijahan ikan lele.
Ikan lele dikenal sebagai salah satu jenis ikan yang memiliki
kerentanan terhadap suhu atau temperatur. Ikan lele tidak bisa hidup
dalam suhu yang terlalu dingin dan akan mati pada suhu yang sebaliknya.
Hanif Fakhurroja dari UPT BPI LIPI dalam beberapa tahun terakhir
initelah mengembangkan "Jala Sangkuriang " yakni sebuah alat yang
berfungsi untuk mengatur suhu dalam air kolom yang mampu membantu proses
pemijahan ikan-ikan lele. Khusunyapada musim kemarau. Dengan jala
sangkuriang ini, proses pemijahan ikan-ikan lele dapat berlangsung
sepanjang musim.
"Selama ini, ikan-ikan lele
biasanya melakukan pemijahan pada musim hujan dengan kondisi suhu dalam
air biasanya antara 28-30 derajat celsius. Tetapi dengan alat ini,
proses pemijahan ikan lele bisa dilakukan sepanjang waktu karena kondisi
temperatur dalam kolam pemijahan telah dimodifikasi sesuai dengan suhu
ideal ikan lele untuk melakukan pemijahan, " kata Hanif saat ditemui
beberapa waktu lalu dalam acara International Confrence on Automation,
Cognitive Science Optics micro electro, mechanical system and
information technologi (ICACOMIT) di Bandung, Jawa Barat pekan lalu.
Secara umum, pengembangan jala sangkuriang ini berfungsi dalam
mengatur atau merekayasa temperatur suhu air di dalam kolam pembenihan
ikan lele. Sehingga temperatur suhu di dalam kolam pembenihan akan terus
terjaga dalam suhu yang ideal bagi ikan lele untuk melakukan pemijahan.
" Suhu ideal untuk pemijahan ikan lele itu antara 28 hingga 30
derajat celsius, " kata Hanif menambahkan.
Alat bantu pemijahan ini setidaknya terdiri dari dua komponen besar
yakni sebuah heat exchanger atau penukar panas dan sebuah temperatur
control system, heat exchanger merupakan alat penukar panas serupa
jaring atau jala yang dibuat melingkar dilengkapi dengan isolator yang
sensitif terhadap suhu.
Sementara temperatur
control system terdiri dari heater dan chiller yang dapat diatur secara
otomatis sesuai dengan suhu yang diinginkan. Yakni suhu ideal untuk
pemijahan. "Saat suhu air di dalam kolam panas maka chillernya akan
menyala otomatis dan sebaliknya, " tambah Hanif.
Untuk melengkapi kerja kedua alat tersebut, dalam kolam pembenihan
sendiri diletakan sensor yang berfungsi untuk mengetahui temperatur suhu
air dalam kolam. Data dari sensor ini akan diteruskan pada temeratur
control system dan diteruskan kembali ke heat exchanger untuk kemudian
menukar suhu atau temperatur dalam kolam pembenihan.
"Selama ini, para petani budidaya ikan lela menggunakan kolam
pemijahan dengan mengunakan heatter dan chiller yang diatur secara
manual, " kata Hanif. Dengan menggunakan jala sangkuriang yang
dikembangkan LIPI ini, temperatur dalam kolam pemijahan dapat terpantau
secara otomatis dan di atur pada suhu ideal untuk pemijahan lele.
Dari hasil uji yang dilakukan di balai pembeniban ikan Tulang Bawang,
Lampung, alat ini tidak hanya mengatasi persoalan temperaturyang menjadi
kendala utama dalam proses pemijahan ikan lele. Hasil riset menujukan
keberhasilan hingga 95 persen pada proses pembuahan ikan dan 98 persen
bibit ikan lele bisa bertahan hidup.
"Selama
ini selain susah dibuahi. Terkadang daya tahan bibit lele juga kurang
mampu bertahan dan mati sebelum tumbuh berkembang, " tambah Hanif.
Penggunaan energi listrik bagi alat ini juga cukup rendah. Sekitar 600
watt.
Sumber : Koran Jakarta, edisi 3 November 2015. Hal: 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar