Wikipedia

Hasil penelusuran

08 Februari 2019

Peningkatan produksi benih lele dengan menjaga suhu

Temperatur air kolam memliki peran penting dalam proses pemijahan ikan. Terutama bagi ikan-ikan yang memiliki sifat kerentanan terhadap temperatur atau suhu seperti salah satunya adalah ikan lele.
Karena itulah, sejumlah peneliti dari Balai Pengembangan Instrumentasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan "Jala Sangkuriang " yang dirancang untuk memodifikasi temperatur suhu air dalam kolom untuk membantu proses pemijahan ikan lele.

Budidaya ikan lele telah lama di kenal dan digeluti masyarakat Indonesia. Ikan lele merupakan salah satu komoditas ikan tawar yang cukup primadona di pasaran. Prospek bisnisnyapun cukup bagus karena pemintaan yang terus meningkat seiring maraknya warung-warung makan yang menyajikan lele sebagai menu sajian mereka.

Meskipun budidaya ikan lele telah lama di kenal dan digeluti masyarakat namun, budidaya ikan lele tidaklah mudah. Hambatan besar dalam proses budidaya ikan lele salah satunya adalah persoalan temperatur suhu air yang sangat berpengaruh. Terutama saat proses tahap pemijahan ikan lele.

Ikan lele dikenal sebagai salah satu jenis ikan yang memiliki kerentanan terhadap suhu atau temperatur. Ikan lele tidak bisa hidup dalam suhu yang terlalu dingin dan akan mati pada suhu yang sebaliknya.

Hanif Fakhurroja dari UPT BPI LIPI dalam beberapa tahun terakhir initelah mengembangkan "Jala Sangkuriang " yakni sebuah alat yang berfungsi untuk mengatur suhu dalam air kolom yang mampu membantu proses pemijahan ikan-ikan lele. Khusunyapada musim kemarau. Dengan jala sangkuriang ini, proses pemijahan ikan-ikan lele dapat berlangsung sepanjang musim.

"Selama ini, ikan-ikan lele biasanya melakukan pemijahan pada musim hujan dengan kondisi suhu dalam air biasanya antara 28-30 derajat celsius. Tetapi dengan alat ini, proses pemijahan ikan lele bisa dilakukan sepanjang waktu karena kondisi temperatur dalam kolam pemijahan telah dimodifikasi sesuai dengan suhu ideal ikan lele untuk melakukan pemijahan, " kata Hanif saat ditemui beberapa waktu lalu dalam acara International Confrence on Automation, Cognitive Science Optics micro electro, mechanical system and information technologi (ICACOMIT) di Bandung, Jawa Barat pekan lalu.

Secara umum, pengembangan jala sangkuriang ini berfungsi dalam mengatur atau merekayasa temperatur suhu air di dalam kolam pembenihan ikan lele. Sehingga temperatur suhu di dalam kolam pembenihan akan terus terjaga dalam suhu yang ideal bagi ikan lele untuk melakukan pemijahan. " Suhu ideal untuk pemijahan ikan lele itu antara 28 hingga 30 derajat celsius, " kata Hanif menambahkan.

Alat bantu pemijahan ini setidaknya terdiri dari dua komponen besar yakni sebuah heat exchanger atau penukar panas dan sebuah temperatur control system, heat exchanger merupakan alat penukar panas serupa jaring atau jala yang dibuat melingkar dilengkapi dengan isolator yang sensitif terhadap suhu.

Sementara temperatur control system terdiri dari heater dan chiller yang dapat diatur secara otomatis sesuai dengan suhu yang diinginkan. Yakni suhu ideal untuk pemijahan. "Saat suhu air di dalam kolam panas maka chillernya akan menyala otomatis dan sebaliknya, " tambah Hanif.
Untuk melengkapi kerja kedua alat tersebut, dalam kolam pembenihan sendiri diletakan sensor yang berfungsi untuk mengetahui temperatur suhu air dalam kolam. Data dari sensor ini akan diteruskan pada temeratur control system dan diteruskan kembali ke heat exchanger untuk kemudian menukar suhu atau temperatur dalam kolam pembenihan.

"Selama ini, para petani budidaya ikan lela menggunakan kolam pemijahan dengan mengunakan heatter dan chiller yang diatur secara manual, " kata Hanif. Dengan menggunakan jala sangkuriang yang dikembangkan LIPI ini, temperatur dalam kolam pemijahan dapat terpantau secara otomatis dan di atur pada suhu ideal untuk pemijahan lele.

Dari hasil uji yang dilakukan di balai pembeniban ikan Tulang Bawang, Lampung, alat ini tidak hanya mengatasi persoalan temperaturyang menjadi kendala utama dalam proses pemijahan ikan lele. Hasil riset menujukan keberhasilan hingga 95 persen pada proses pembuahan ikan dan 98 persen bibit ikan lele bisa bertahan hidup.

"Selama ini selain susah dibuahi. Terkadang daya tahan bibit lele juga kurang mampu bertahan dan mati sebelum tumbuh berkembang, " tambah Hanif. Penggunaan energi listrik bagi alat ini juga cukup rendah. Sekitar 600 watt.

Penggunaan alat ini tidak hanya memudahkan dalam memantau suhu atau tempertur ideal dalam kolam. Tetapi juga meningkatkan produktivitas dan secara tidak langsung meningkatkan hasil panen dalam proses budidya ikan lele. "Tahun ini kami dalam proses untuk paten, " tambah Hanif. nlk/E-6


Sumber : Koran Jakarta, edisi 3 November 2015. Hal: 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar