Wikipedia

Hasil penelusuran

21 Februari 2019

penyakit pada ikan

PENYAKIT PADA IKAN
Usaha pemeliharaan ikan seringkali menghadapi hambatan-hambatan antara lain dalam hal Penyakit Ikan. Usaha penanggulangan penyakit ini perlu dilakukan sedini mungkin, karena usaha ini bertujuan untuk :
1.  Mencegah menularnya penyakit
2.  Menyelamatkan ikan yang sudah terserang dan terancam penyakit
3.  Mengetahui lebih dini timbulnya peyakit ikan dan cara-cara penanggulangannya.
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, penyebab penyakit ini terbagi kedalam dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Pada ikan penyakit eksternal paling sering. Penyakit internal tersebut adalah sebagai berikut : genetic, sekresi internal, imunodefiensi, saraf dan metabolic.
Untuk dapat melakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pegobatan perlu diketahui hal-hal yang menyebabkan timbulnya penyakit, tanda-tanda ikan yang terserang dan jenis-jenis penyakit ikan.
Pada umumnya ikan yang terserang penyakit menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
1.  Pasif, ikan tampak kehilangan keseimbangan badan, lemah, gerakannya lamban dan mudah ditangkap,
2.  Mengapung diatas permukaan air
3.  Pada permukaan tubuh ikan terjadi pendarahan, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip
4.  Nafsu makan berkurang
5.  Insang rusak, berwarna keputih-putihan sampai kebiru-biruan
6.  Selaput lendirnya berkurang atau habis, sehingga tubuh ikan tidak licin.
Penanggulangan dan pencegahan adanya wabah penyakit pada ikan dapat berhasil dengan adanya sanitasi dalam pemeliharaan ikan dan karantina. Tindakan-tindakan tersebut diharapkan dapat mengurangi terjadinya wabah penyakit ikan sehingga mengurangi kerugian produksi ikan.
Dilihat dari penyebabnya dikenal 2 golongan penyakit pada ikan :
A.  PENYAKIT NON PARASITER
Penyakit non parasite atau penyakit non infeksi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya gangguan yang bukan pathogen. Penyakit non infeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Penyakit non parasiter dapat disebabkan oleh :
1.  Faktor-faktor kimia dan fisik yang tidak cocok bagi ikan, antara lain :
a.  pH yang terlalu rendah (asam), atau terlalu tinggi (basa)
pH air yang dibutuhkan ikan akan bervariasi tergantung pada jenis ikan tersebut. Pada umumnya ikan akan toleran terhadap range pH tertentu, misalnya untuk ikan jenis Koi dan Koki range pH nya antara 6,2 sampai 9,2. pH air yang ekstrim diatas atau di bawah pH optimum akan menyebakan gangguan kesehatan pada ikan. pH optimum akan bervariasi tergantung pada jenis ikan. Efek langsung dari pH rendah atau pH yang terlalu tinggi adalah kerusakan sel epitel, baik kulit maupun insang, hal ini akan mengganggu pada proses penyerapan oksigen terutama bagi iakan yang bernafas menggunakan insang. 
b.  Perubahan suhu air yang mendadak
Selain suhu yang tinggi pada daerah tropis, masalah yang sering ditemukan adalah masalah perubahan suhu yang terlalu ekstrim akibat pengaruh musim, misalnya musim kemarau. Suhu rendah akan menyebabkan kecepatan metabolism turun sehingga nafsu makan ikan jadi menurun. Suhu dingin dibawah suhu optimum akan berpengaruh pada penekanan kekebalan pada ikan. Suhu optimum tersebut akan berbeda bagi masing-masing jenis ikan hias.
c.  Kurang oksigen dalam air tersebut
Kekurangan oksigen dalam kolam dapat disebabkan karena pertumbuhan algae. Algae yang menutupi permukaan air akan mengganggu proses pernafasan ikan. Sedangkan algae yang tumbuh di dalam air akan berpengaruh pada pergerakan ikan. Ikan akan terperangkap pada algae tersebut. Selain itu algae sel tjnggal yang berupa filament akan masuk ke dalam lembar insang dan akan mengganggu pada proses pernafasan ikan, sehingga ikan lama-kelamaan akan mengalami kekurangan oksigen.
Beberapa algae yang biasanya tumbuh berlebih (blooming) akan berpengaruh pada pengurangan kandungan oksigen dalam air baik dari aktivitas fotosintesa terutama pada waktu malam hari. Akibat dari pembusukan algae akan menimbulkan bahan beracun seperti amoniak. Selain itu beberapa algae akan bersifat racun bagi ikan misalnya dari jenis Mycrocystis aeruginosa.
d.  Gas-gas beracun seperti asam belerang dan amoniak
e.  Zat-zat beracun : pestisida (herbisida, insektisida, dll)
2.  Makanan yang tidak baik, antara lain
a.  Kurang vitamin dan komposisi gizi yang kurang baik
Pakan ikan harus mengandung cukup protein karena protein yang dibutuhkan oleh ikan relative tinggi. Kekurangan protein akan menurunkan daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit. Selain itu pertumbuhan juga terganggu. Kekurangan vitamin pada ikan juga mengakibatkan kelainan-kelainan pada tubuh ikan, baaik kelainan bentuk tubuh maupun kelainan fungsi fisiologi.
Kekurangan Vitamin A akibatnya :
·         Pertumbuhan lambat,
·         Kornea mata jadi lunak, mata enonjol, kebutaan
·         Pendarahan pada kulit dan ginjal
Kekurangan Vitamin B1, akibatnya :
·         Ikan lemah, kekurangan nafsu makan
·         Timbulnya pendarahan atau penyumbatan pembuluh darah
·         Kehilangan keseimbangan
·         Ikan berwarna pucat
Kekurangan Vitamin B2, akibatnya :
·         Mata ikan keruh, pendarahan pada mata, lama-lama kebutaan
·         Nafsu makan hilang
·         Ikan warna gelap
·         Pertumbuhan lamban
·         Pendarahan timbul pada kulit dan sirip
Kekurangan Vitamin B6, akibatnya :
·         Frekuensi pernafasan meningkat
·         Ikan kehilangan nafsu makan
·         Ikan mengalami kekurangan darah
Kekurangan Vitamin C, akibatnya :
·         Vitamin c bermanfaat untuk pembentukan kekebalan tubuh, kekurangan vitamin c yang berlangsung lama kana mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh
·         Ikan warna lebih gelap
·         Pendarahan terjadi pada kulit, hati dan ginjal
·         Kelainan pada tulang belakang bengkok ke arah samping (scoliosis), bengkok ke arah atas dan bawah (lordosis).
b.  Bahan makanan yang busuk dan mengandung racun kuman-kuman
3.  Bentuk fisik ikan dan kelainan-kelainan tubuh/cacat tubuh oleh sebab keturunan, misalnya : tidak bersirip, tidak berekor , dsb
Perkawinan kekerabatan pada ikan dapat menimbulkan masalah pada penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi suatu penyakit. Hal ini disebabkan karena miskinnya variasi genetic dalam tubuh ikan itu sendiri. Kelainan lain yang ditimbulkan karena perkawinan kekerabatan yaitu tutup insang tidak bisa tertutup dengan sempurna, sehingga hal tersebut kan mengganggu proses pernafasan ikan, lama kelamaan ikan mengalami kekurangan darah akibat rusaknya system pembuat darah karena minimnya oksigen yang dipasok pada jaringan pembuat darah.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk pencegahan adalah :
1.  Membuat kolam/ taambak dengan konstruksi yang baik, delengkapi dengan instalasi pengendapan lumpur dan sampah, penyaringan-penyaringan dengan pemasangan filter
2.  Gunakan air yang bebas dari kontaminasi penyakit dan pencemaran
3.  Ikan diperlakukandengan sebaik-baiknya dan jangan sampa mengalami kerusakan fisik baik waktu penangkapan, pemberokan maupun waktu pengangkutan dan diusahakan jangan sampai kekurangan oksigen
4.  Pemberian makanan teambahan/ buatan diusahakan jangan sampai kebanyakan atau kekurangan. Ambil makanan dari peraairan yang tidak ada ikannya karena parasit ikan hanya dapt hidup diperairan yang ada ikannya.
B.  PENYAKIT PARASITER
Jenis parasit ada beberapa macam yaitu endo parasit dan ektoparasit. Yang termasuk dalam endoparasit adalah protozoa dan trematoda, sedangkan ektoparasit adalah crustacean. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa antara lain Ichthiopthirius multifilis, Myxobolus sp, Trichodina sp, Myxosoma sp, Henneguya sp dan Thelohanellus sp. Penyakit yang disebabkan oleh trematoda antara lain Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp dan Clinostomum sp. Penyakit yang disebabkan oleh crustacean antara lain adalah Argulus sp, Lernea cyprinaceae. Penyakit ini disebabkan oleh parasit dan dapat menyerang bagian-again kulit, insang atau alat-alat dalam. Jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit antara lain :
1.  Penyakit Bintik Putih
a.  Menyerang pada ikan-ikan air tawar dari golongan Cyprinidae dan Cobitidae misalnya ikan Tawes, Mas dan Tambakan. Penyebab penyakit ini adalah parasit Ichthiopthirius multifilis yang bersarang pada lapisan lendir kulit dan sirip ikan, serta merusak lapisan insang. Kecuali pada bagian anterior yang berbentuk cincin (cystome), hampir diseluruh permukaan tubuh Ichthiopthirius multifilis tertutup oleh silia yang berfungsi untuk pergerakannya, bagian sitoplasmanya terdapat makronukleus yang berbentuk seperti tapal kuda, mikronukleus (inti yang kecil) yang menempel pada makronukleus dan sejumlah vakuola kontraktil.
Parasit ini dapat menginfeksi kulit, insang dan mata pada berbagai jenis ikan baik air tawar, payau dan laut. Parasit ini mempunya panjang tubuh 0,10-1mm dan dapat menyebabkan kerusakan kulit yang berujung kematian. Parasit ini berkembang biak dengan cara membelah biner. Individu muda parasit ini memiliki diameter antara 30-50mm dan individu dewasanya mencapai ukuran 50-100 mm.
b.  Tanda-tanda terserang penyakit bintik putih :
1)  Sel-sel lendir ikan rusak dan terjadi pendarahan yang terlihat pada sirip dan insang ikan, produksi lendir berlebihan
2)  Frekuensi pernafasan meningkat
3)  Pertumbuhan terhambat
4)  Menyerang secara bergerombol dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga terlihat dengan mata sebagai bintik-bintik putih
c.  Siklus hidup penyebab penyakit
siklus hidup Ichthiopthirius multifillis
Keterangan :
1.  Fase parasiter : Ketika hidup pada ikan
2.  Fase Pre-cyste : setelah dewasa dan melepaskan diri dari tubuh ikan tetapi belum membentuk cyste
3.  Fase Cyste : Selama terjadi proses membelah, terbungkus dinding lendir, melekat pada suatu benda di dalam air
4.  Fase Post Cyste : berupa benih-benih parasit yang baru keluar dari Cyste
Setelah 8 hari parasit hidup di tubuh ikan dan dewasa (stadium memakan/tropozoit) untuk berkembang biak Parasit melepaskan diri dari tubuh ikan dan melayang-layang didalam air beberapa saat, kemudian parasit menempel pada benda-benda dalam air, pada batu, tumbuhan air, dinding kolam dsb, dan selama menempel membentuk lapisan lendir yang disebut Cyste. Parasit dalam Cyste membelah dan dalam waktu 5 jam terbentuklah beribu-ribu anak parasit. Selanjutnya dinding Cyste membelah dan keluarlah anak-anak Cyste, melayang-layang dalam air dan siap untuk menyerang ikan. Bila dalam waktu 48 jam tidak menemukan ikan untuk ditempeli, maka anak-anak Cyste akan mati dan jika ada ikan segera menempel pada tubuh ikan dalam bagian lendirnya, parasit ini akan menghisap sel darah merah dan sel pigmen pada kulit ikan.
d.  Cara pemberantasan
Parasit ini hidup terbungkus oleh selaput lendir. Obat-obat pemberantas tidak dapat meresap ke dalam parasit dalam keadaan terbungkus ini tanpa merusak selaput lendir ikan. Karena itu saat pemberantasan yang paling baik adalah pada fase sebelum menjadi Cyste (sesudah melepaskan diri dari ikan tetapi belum menjadi Cyste), atau fase post Cyste (ketika benih-benih parasit sudah keluar dari Cyste).
1.  Pemberantasan dengan Methylene Blue . Methylene Blue berupa serbuk atau tepung yang berwarna biru dan dapat dibeli di apotik-apotik. Cara aplikasinya yaitu :
a.  Buat larutan baku sekuat 1% yaitu 1 gram Methylene Blue dicampur dengan 100 cc air bersih, lalu di simpan dalam botol dan diberi label “larutan Methylene Blue 1%”
b.  Untuk pengobatannya dipersiapkan sebuah wadah ( untuk merendam ikan yang sakit) misalnya ember plastik dan laian-lain yang tidak dapat berkarat,
c.  Bak/ember diisi dengan air bersih untuk tiap 4 liter air dipakai larutan baku sebanyak 2-4 cc. Diaduk sampai rata, lalu masukkan air yang sakit selama 24 jam (sehari semalam),
d.  Setelah sehari semalam direndam kemudian ikan dipindahkan kedalam bak yang berisi air bersih dan diberi makanan yang cukup. Selang 1 hari pengobatan diulangai sampai 3-5 kali sehingga ikan sembuh. Obat yang telah dipakai sehari semalam tidak dapat dipakai kembali.
2.  Pemberantasan dengan garam dapur (NaCl). Cara aplikasinya yaitu :
a.  Air yang bersih disiapkan dalam wadah pengobatan. Untuk tiap 100 cc air perlu diberikan 1-3 gram NaCl dan diaduk
b.  Ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut. Obat ini agak berbahaya bagi ikan. Umunya hanya tahan 5-10 menit sehingga harus segera dipindahkan ke dalam air bersih setelah ikan kelihatan payah.
Berbagai produk untuk memberantas bintik putih banyak dijumpai pada took-toko perikanan. Produk ini biasanya terdiri dari senyawa-senyawa kimia seperti metal biru, malachite green, dan atau formalin. Meskipun demikian ketiga senyawa tersebut tidak akan mampu menghancurkan fase infektif yang hidup di dalam tubuh kulit ikan. Oleh karena itu pemberian bahan ini harus dilakukan berulang-ulang untuk me nghilangkan bintik putih secara menyenyeluruh dari wadah pemeliharaan. Perlu diperhatikan bahawa spesies ikan tertentu, khususnya yang tidak bersisik seperti lele, diketahui sangat tidak toleran terhadap peroduk-produk anti bintuk putih. Oleh karena itu, perhatikan cara pemberian obat-obatan tersebut pada kemasannya dengan baik.
Pada lingkungan tanpa ikan sebagai inang, fase berenang dari Ichthiopthirius multifilis akan mati dengan sendirinya. Pada wadah pemeliharaan ikan dengan suhu diatas 210c akan terbebas dari Ichthiopthirius multifilis stelah dibiarkan selama 4 hari. Akan lebih aman lagi apabila wadah tersebut dibiarkan selama 7 hari.
Semua peralatan budidaya juga akan terbebas dari Ichthiopthirius multifilis setelah dibiarkan selama 7 hari. Radiasi dengan sinar ultra violet dapat pula membantu mengurangi populasi Ichthiopthirius multifilis. Ikan yang lolos dari serangan bintik putih diketahui akan memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kekebalan ini dapat bertahan selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Meskipun demikian ketahanan ini dapat menurun apabila ikan yang bersangkutan mengalami stress atau terjangkiti penyakit lain. Untuk mencegah agar tidak terjangkit penyakit bintik putih, air kolam harus sering diganti atau dialiri air baru yang segar dan jernih. Harus dijaga agar air buangan ini tidak menular kepada ikan di kolam-kolam ikan lain.
  
2.  Parasit Lernaea Cyprinaceae
Parasit ini menyerang pada ikan golongan Cyprinidae. Parasit Lernaea meyerang pada seluruh permukaan tubuh ikan dan insang yang akan mengakibatkan penurunan berat badan ikan dan penurunan jumlah sel darah sehingga ikan menjadi lemah. Selain itu bila parasit ini mati, akan meninggalkan bekas lubang pada kulit ikan sehingga akan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri.
a.  Sebab-sebab timbulnya parasit ini adalah :
1)  Banyaknya bahan organic berupa sampah, sisa pemupukan dan makanan tambahan yang tertimbun di dalam kolam
2)  Pengairan kolam yang tidak mengalir dan suhu yang relative tinggi
3)  Penebaran ikan yang terlalu padat
b.  Siklus hidup penyabab penyakit : Lernaea adalah sejenis udang renik yang selama hidupnya mengalami beberapa perubahan bentuk/stadia yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)  Stadium copepodid : Hidup disekitar badan ikan, menggigit-gigit kulit/lendir ikan. Stadium ini peka terhadap berbagai jenis obat-obatan (insektisida)
2)  Stadium cyclopoid : hidup disekitar badan ikan, seperti halnya stadium copepodid juga peka obat-obatan. Pada stadium ini terdapat bentuk jantan dan betina yang melakukan pembuahan. Sesudah itu yang antan segera mati dan yang betina selalu berubah bentuknya. Bagian kepalanya menusuk / membenam ke jaringan kulit/ daging ikan sehingga kulit ikan dilukai dan tampak membengkak. Tetapi parasitnya sendiri masih kecil sehingga belum tampak oleh mata.
3)  Stadium dewasa : stadium ini hanya dialami oleh betina saja. Bagian kepala menghujam ke jaringan badan ikan, sedang bagian badan belakangnya terkulai keluar. Dan pada ujungnya keluarlah sepasang kantong telur. Jika menetas telur ini menjadi nauplius yang segera keluar dari kantong telur dan berenang bebas dalam air. Stadium dewasa ini begitu kuat tertusuk pada ikan karena adanya pengait berbentuk jangkar pada bagian kepalanya.
Seluruh siklus berlangsung selama 16-23 hari pada suhu 250-300C.
siklus hidup Lernaea cyprynaceae
Keterangan :
1.  Bentuk stadium naupilus
2.  Bentuk stadium copepodid
3.  Bentuk stadium cyclopodid
4.  Bentuk stadium dewasa dengan kantong telur
4.a Seekor ikan dengan parasit Lernaea
c.  Pemberantasan dan Pencegahan
1)  Pengendalian secara mekanis dengan jalan menggunting bagian tubuh Lernaea yang terjuntai keluar. Jangan sekali-kali mencabutnya. Untuk mencegah infeksi, ikan diobati dengan Kemicitin atau Tetracyclin 250 mg yang dilarutkan dalam 500 liter air bersih. Caranya dengan merendam atau memasukkan ikan kedalam larutan tersebut dan dibiarkan selama 2-3 jam. Selama perendaman, usahakan agar kandungan oksigen dalam bak perendaman tidak berkurang.
pemberantasan Lernaea secara mekanis
2)  Secara kimia dengan menggunakan formalin atau Sumithion 50 EC.
-   Pengobatan dengan Formalin
Parasit Lernaea pada stadium copepodid dan cyclopoid menempel pada badan ikan, bahkan banyak berkumpul dalam rongga insang ikan.
Formalin dapat mematikan parasit-parasit dalam stadium-stadium pada kadar 25 ppm, dengan tidak membahayakan ikannya. Caranya dengan Tank treatment
(1)     Disiplan wadah yang akan digunakan untuk tank treatment berupa : Waskom, keranjang ikan kedap air, bak, drum dsb yang bermulut lebar dan tidak berkarat
(2)     Teteskan formalin teknik (kadarnya 40% formalin) sebanyak 5 cc kedalam 80 liter air, lalu diaduk sampai rata, maka didapat formalin 25 ppm
(3)     Ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut selama 10 menit di tempat yang teduh
(4)     Setelah 10 menit, ikan-ikan tersebut dipindah ke dalam bak yang berisi air bersih
(5)     Pengobatan perlu diulang 2-3 kali selama 2-3 hari secara berturut-turut agar ikan benar-benar bersih dari penyakit. Perlu diingat ikan yang sakit direndam tidak lebih dari 10 menit, karena jika lebih dari 10 menit ikan bisa mati.
(6)     Tiap 10 liter larutan formalin 25 ppm cukup untuk merendam 1kg benih ikan sebesar jari. Untuk ikan yang besar diusahakan agar ikan terendam sempurna. Hati-hati dalam pemakaian gormalin, jangan sampai terminum.
cara pengobatan dengan formalin
-   Pengobatan dengan Sumithion 50 EC
Konsentrasi 0,5 ppm diperoleh dari Sumithion 50 EC dengan cara melarutkan / mencampurkan 1cc Sumithion 50 EC kedalam 1000 liter air.
Sebelum dilakukan pengobatan dengan Sumithion 50 EC perlu dilakukan pengukuran kolam sebagai berikut :
(1)     Kolam diukur dengan tepat, untuk kolam yang dasarnya rata. Caranya adalah ambil jarak 0,5 meter dari tepi kolam (pematang) kearah tengah setelah itu baru diukur tingginya, sedangkan untuk kolam yang dasar kolamnya tidak rata, cara mengukur tinggi kolam dilakukan di empat bagian/ tempat yaitu :
·         Ditempat pemasukan dan pengeluaran air, dengan jarak masing-masing 1 meter dari tempat tersebut ke arah tengah
·         Ditepi kolam dan ditengah-tengah kolam
·         Ambil rata-rata dari 4 tempat tersebut
·         Volume air dihitung dalam liter
(2)     Setelah itu baru dihitung banyaknya Sumithion yang diperlukan
Contoh :
Kolam dengan panjang = 25 meter
Lebar kolam          = 20 meter
Luas       = 25x20x1m2 = 500 m2
Tinggi rata-rata dengan pengukuran seperti tersebut diatas : (0,5 +0,7 + 0,4 + 0,3)
         --------------------- = 0,47 m
                 4
Volume air kolam = 500 m2 x 0,47 = 235 m3
Atau 235.000 liter
Banyaknya Sumithion 50 EC yang diperlukan =
235.000
-------- x 1 cc = 235 cc Sumithion 50 EC
1.000
Cara penggunaan Sumithion 50 EC adalah :
(1)     Ambil 10 cc Sumithion 50 EC campur dengan 10 liter air bersih dalam ember dan diaduk selam 5 menit dan dimasukkan ke dalam sprayer
(2)     Tutup semua pintu air masuk dan pintu air keluar agar air tidak mengalir
(3)     Semprotkan permukaan iar kolam dengan merata dengan jarak 1 meter dari tepi kolam secara merata. Penyemprotan dilakukan pada sore hari (jam 16.00) yaitu pada saat suhu udara mulai menurun dan harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati.
(4)     Setelah penyemprotan pertama selesai ikan dibiarkan dikolam dan dua hari setelah penyempritan air baru boleh dilirkan, tetapi harus disaring dulu menggunakan ijuk, pasir dan koral.
(5)     Penyemprotan dilakukan 4 kali berturut turut dengan selang 4 hari.
(6)     Yang perlu diperhatikan dalam apikasi Sumithion 50 EC karena murupakan racun adalah :
·         Jangan sampai bahan racun terhisap atau termakan
·         Jangan makan, minum atau merokok selama bekerja
·         Setelah bekerja menggunakan bahan racun tersebut hendaknya tangan dicuci menggunakan sabun
·         Hendaknya menggunakan alat-lat khusus (ember, gayung, dsb) untuk keperluan penyemprotan
·         Penyimpanan diusahakan jauh dari jangkauan anak-anak
3)  Untuk mencegah terjadinya penyakit Lernaea dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Air merupakan faktor yang penting dalam budidaya ikan tetapi air juga merupakan media yang membawa parasit Lernaea serta penyakit-penyakit lain dalam kolam.
Salah satu cara mencegah parasit tersebut adalah dengan pembuatan alat penyaring (filter) pada setiap pintu pemasukan air. Dengan adanya penyaring baik larva-larva Lernaea maupun ikan-ikan liar dapat dicegah.
Ada beberapa alat penyaring yang mudah dibuat dan dengan bahan yang murah. Jenis-jenis alat penyaring tersebut antara lain :
(1)     Alat penyaring vertical (dari atas ke bawah)
Type ini cocok untuk dipasang pada kolam yang mempunyai perbedaan tinggi permukaan air masuk dan keluar cukup besar. Aliran air pada penggunaan type ini lebih cepat.
 
alat penyaring type vertikal
Keterangan :
1.  Bak/drum yang dasarnya dilubangi
2.  Penopang dari bambu untuk meletakkan drum
a.  Lapisan pasir
b.  Lapisan ijuk
c.  Lapisan batu koral 2-3 cm
(2)     Alat penyaring horizontal
Alat penyaring type ini dipasang melintang pada saluran air letaknya miring. Sebab jika tidak dipasang miring maka aliran air akan agak terhambat. Untuk mengatasi supaya kotoran tidak langsung menempel pada penyaring maka dapat / perlu dipasang kawat kasa penahan.
alat penyaring type horisontal
Keterangan :
1.  Kawat kasa penahan susunan filter
2.  Batu koral 2-3 cm
3.  Lapisan ijuk
4.  Lapisan pasir
5.  Kawat kasa penahan kotoran kasar
(3)     Alat penyaring type double bottom
Alat ni cocok dipasang pada parit atau saluran induk. Alat penyaring type ini memerlukan konstruksi beton yang meliputi seluruh lebar saluran air. Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 3 m2 atau lebih. Ukuran ini harus benar-benar diperhitungkan, supaya kemungkinan peluapan air dapat dihindari. Dasar dinding kolam/bangunan harus agak miring ke bagian dalam, untuk dapat menopang pasangan bambu belah.
Keterangan :
a.  Susunan filter
b.  Pintu air pemasukan kolam ( pintu ini diperukan kalau filter akan dibersihkan)
c.  Pintu air samping ( pintu ini dibutuhkan jika pintu air akan dibersihkan) jadi fungsinya adalah membuang air yang tidak difilter ke arah luar kolam sewaktu kolam di bersihkan
alat penyaring type doble bottom
bagan susunan penyaring
Keterangan :
a.  Batu koral 2-3 cm
b.  Tikar yang dibuat dari ijuk
c.  Lapisan pasir halus setebal 10-15cm
d.  Pangsangan bambu belah
e.  Bagian dinding beton yang menopang pasangan bambu di atasnya
  
3.  Parasit-Parasit Yang Lain
a.  Argulus indicus :
argulus sp
Parasit ini berbentuk bulat pipih yang termasuk bangsa udang renik primitive. Hidupnya dengan menghisap darah ikan dan berpindah-pindah dari satu ekor ikan ke ikan yang lain. Argulus juga disebut dengan nama kutu ikan, ikan yang terserang karena darahnya dihisap akan menurun pertumbuhannya serta akan mengakibatkan pendarahan pada kulit. Tubuh argulus indicus mempunyai dua alat penghisap dibagian bawah tubuhnya, berupa alat yang akan menusukkan alat tersebut ke dalam tubuh ikan yang diserang.
Parasit ini juga dapat menularkan penyakit yang disebabkan oleh baktri dan virus.
Perkembang biakan parasit dengan bertelur yang telur-telurnya menempel pada benda-benda dalam air, lalu menetas menjadi anak-anak larva yang setelah beberapa kali mengalami pergantian kulit, baru menjadi Argulus yang dewasa. Daur hidup Argulus indicus terjadi selama 28 hari dimana 12 hari untuk fase bertelur dan menetas sedangkan fase larva sampai dewasa membutuhkan waktu berkisar 16 hari. Larva argulus indicus dapat hidup tanpa ikan selama 36 jam sedangkan individu dewasa dapat hidup tampa inang selama 9 hari. Jumlah telur yang dihasilkan dari individu betina antara 50-250butir.
Cara pemberantasan :
Argulus dewasa yang menempel pada ikan dengan kuatnya, dapat dilepas dengan menggunakan pinset
Untuk membunuh telur-telur dan larvanya dapat dengan mengeringkan atau member kapur-kapur pada dasar kolamnya.
Pengapuran dan pengeringan kola mini juga menyebabkan terberantasnya benih-benih kutu ikan.
Obat-obatan yang efektif untuk pemberantasan kutu ikan adalah neguvon, berupa tepung vuatan Bayer. Dipakai untuk kolam atau akuarium dengan dosis 1 gram Neguvon perliter air. Ikan direndam dalam larutan tersebut selama 10-30 detik. Dalam menggunakan obat ini hendaknya dengan menggunakan sarung tangan karet, karena obat ini dapat merusak kulit jika terkena tangan.
Obat-obatan yang lain dapat digunakan Dipterex, Sumithion. Dengan dosis yang tepat.
b.  Dactylogyrus sp dan Gyrodactylus sp
A.Dactylogyrus sp. B. Gyrodactylus, C. 5ekor Dactylogyrus sp pada lembaran insang
Parasit ini berbentuk seperti cacing yang sangat kecil. Cacing ini merusak insang dan kulit bagian luar ikan. Bila insang diserang maka bagian ini akan rusak dan timbul pendarahan-pendarahan.
Dactylogyrus termasuk hewan cacing tingkat rendah (trematoda). Cacing dewasa berukuran 0,2-0,5mm. memiliki dua pasang eye spot pada ujung anterior. Sucker terletak dekat ujung anterior. Pada ujung posterior tubuh terdapat alat penempel yang terdiri dari 2 kait besar yang dikelilingi 16 kait lebih kecil disebut Opisthaptor. Mempunyai testis dan ovary. Gejala infeksi pada ikan adalah pernafasan ikan meningkat dan produksi lendir berlebih. Parasit Dactylogyrus mempunyai siklus hidup langsung dan melibatkan satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada ingsang ikan. Telur-telur yang dilepaskan akan menjadi larva cilia yang dinamakan penetasan ocomiracidium. Ocomiracidium mempunyai haptor dan dapat menyerang sampai menyentuh inang. Telur warna kecoklatan dikeluarkan dekat parasit/cacing dewasa.  
Gyrodactylus biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Parasit ini bersifat vivipar dimana telur berkembang dan menetas di dalam uterusnya. Memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,5mm-0,8mm hidup pada permukaan tubuh ikan dan biasa menginfeksi organ-organ lokomosi hospes dan respirasi. Larva berkembang di dalam uterus parasit tersebut dan dapat berisi kelompok-kelompok sel embrionik. Ophisthaptor individu dewasa tidak mengandung batil isap, tetapi memiliki sederat kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan sepanjang kait besar di tengah-tengah terdapat dua tonjolan yang menyererupai kuping. Tanda-tanda ikan terserang parasit ini adalah pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih.
Tanda-tanda ikan yang terserang kedua parasit ini secara umum adalah :
·         Sulit bernafas
·         Kulit banyak berlendir dan warnanya pucat
·         Sirip-sirip menguncup
·         Tubuh ikan lemas dan tidak suka bergerak
Cara pemberantasan : parasit ini diberantas dengan menggunakan formalin 25 ppm seperti pada pemberantasan Lernaea.
c.  Sporozoa
sporozoa
Sporozoa merupakan binatang bersel satu yang terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain Mycobulus sp, Myxosoma sp, Thellohanellus sp dan Henneguya sp, yang hidup sebagai parasit pada jaringan tubuh ikan. Tanda-tanda ikan yang terserang penyakit ini adalah :
·         Pada badan ikan terdapat benjolan berwarna kemerah-merahan yang apabila dipecah terdapat beribu-ribu spora
·         Ukuran spora sangat kecil 0,01mm-0,02mm karena itulah mudah tertelan oleh ikan dan menempel pada dinding usus dan peredaran darah ikan dan disitu membentuk spora lagi berbentuk benjolan-benjolan
·         Tempat srang spora selain pada jaringan kulit juga terdapat pada ingsang, kantong empedu, gelembung renang dan jaringan daging.
Cara pemberantasannya : adalah dengan memusnahkan ikan-ikan yang terkena parasit itu dan mengeringkan kolam serta dilakukan pemberian kapur pada dasar kolam.
d.  Cyclochaeta domerguei
cyclochaeta
Merupakan parasit bersel satu sejenis protozoa, berbentuk seperti piring dengan diameter 50 mikron, dengan bagian tengah (dorsal) cembung sedangkan mulut pada bagian ventral. Pada baian mulut terdapat akat penghisap dengan dilengkapi suatu alat dari chitine yang melingkari mulut, alat chitine ini berbentuk seperti jangkar. Jenis protozoa ini memiliki nama lain Trichodina. Parasit ini berkembang biak dengan membelah diri dan parasit ini tidak dapat hidup bila tidak ada ikan sebagai induk semangnya. Tubuh ikan yang terserang adalah bagian selaput lendir dibagian kulit maupun ingsang, sehingga kulit jadi berlendir banyak sekali.
Cara pemberantasan : dengan mengeringkan kolam dan menaburi dasar kolam dengan kapur. Jasad renik yang biasanya digunakan untuk makan ikan sebaiknya diambil dari kolam yang benar-benar tidak ada ikannya. Pengobatan dengan perendaman ikan yang sakit dalam larutan garam dapur (NaCl) 2,5% atau dapat pula menggunakan larutan formalin 25 ppm.
e.  Clinostomum sp
Parasit ini sering ditemukan pada benih ikan gurame yang dipelihara di sawah. Gejala yang timbul adalah timbulnya beberapa bintil-bintil yang mengandung cercaria Clinostonum sp. Penyakit ini menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat.
Siklus hidup Clinostonum sp terdiri dari fase telur (dalam air), fase miracidium, sporocyst dan redia (dalam siput), fase cercaria dan metacercaria (dalam air) dan fase dewasa (dalam hewan vertebrata, ikan , ternak, burung dan manusia).
Cara pemberantasan : cara pemberantasannya adalah dengan memutus mata rantai/ siklus hidupnya, antara lain :
·         Membunuh stadia telur dan mirisidia dari dalam perairan dengan menggunakan pestisida
·         Membunuh siput-siput air yang menjadi induk semang dari sporocyst dan redia
·         Membunuh stadia cercaria setelah keluar dari badan siput
Pengeringan kolam merupakan tindakan yang terbaik dalam usaha pencegahan, selanjutnya kolam ditaburi dengan kapur atau garam dapur. Obat pemberantasan yang dapat dipergunakan antara lain : Formalin 25 ppm, Kalium Permanganat 5-10ppm dan Dipterex 90 0,25 ppm
4.  Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur
Penyebab penyakit ini adalah Saprolegnia dan Achlya. Jamur / parasit ini merupakan sekumpulan benang halus seperti kapas. Bagian ujung tiap helai benang tersebut membesar dan didalamnya terkandung benih jamur atau spora.
Menyerang pada ikan yang luka-luka yang telah timbul lebih dahulu karena penanganan yang buruk atau terserang penyakit lain. Hifa dari jamur dapat masuk ke dalam otot ikan bagian dalam dan menyebabkan kematian ikan. Jenis ikan yang terserang antara lain ikan mas, gurame, tawes, gabus, lele dan beberapa jenis ikan hias. Tanda-tandanya adalah tubuh ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas berwarna putih atau putih kecoklatan.
Telur yang rusak atau mati karena tidak dibuahi/ kualitas buruk juga ditumbuhi oleh benang halus berwarna putih.
Pemberantasan atau pencegahan :
·         Telur ikan yang diserang dicelup dalam larutan malachite green dengan takaran 60 gram per m3 aie selama 15 detik, atau dalam larutan formalin teknik dengan takaran 1,5-2 cc perliter air selama kurang lebih 15 menit
·         Ikan yang terserang direndam dalam larutan malachite green dengan takaran 2-3 gramm per m3 air selama 30-60 menit. Jika perlu pengobatan dapat diulangi 2-3 kali dengan selang waktu 3 hari.
Pencegahan terhadap serangan jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya tetap baik. Harus dijaga pula agar ikan tetap dalam kondisi bagus, bagus dalam artian bahwa ikan mendapatkan makanan yang cukup, keadaan lingkungan baik, bersih dari segala pencemaran, agar ikan memiliki ketahanan tubuh yang tinggi untuk membentuk kekebalan alamiah terhadap berbagai macam penyakit.
5.  Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus
Organism yang masuk ke dalam kelompok virus yang dapat menyerang ikan antara lain Epithelioma papulasum, Herpesvirus dan Lymphocystis. Jika ikan terserang virus maka akan sulit dilakukan pengobatan dan ikan yang terserang virus akan mati secara masal. Jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan adalah : Pseudomonas flurenses, Pseudomonas icththyyodermis, Aeromonas punctata.
Tanda-tanda terserang bakteri/virus adalah :
1)  Jika bakteri atau virus menyerang kulit ikan maka akan terlihat seperti terbakar/luka bakar karena api, seperti eksim, atau busuk karena terkena cacar
2)  Selaput lendir berkurang sehingga tubuh tidak lagi licin dan mudah ditangkap
3)  Sirip punggung, sirip dada dan sirip ekor rusak serta pecah-pecah
4)  Insang rusak dan berwarna putih hingga kebiru-biruan
5)  Keadaan ikan tidak licah, lemah dan kehilangan keseimbangan.
Pemberantasan dan pecagahan :
a.  ikan yang terinfeksi belum parah (insang belum rusak, permukaan tubuh masih cukup berlendir) dapat segera diobati dengan kalium permangat (KMnO4) atau sering disebut dengan Permangat kalikus dengan cara sebagai berikut :
-   menyediakan air bersih dalam bak sesuai dengan bobot ikan yang akan diobati dengan perbandingan berat ikan dan volume air maksimal 1:40 (1Kg ikan per 40 liter air)
-   membuat larutan kalium permangat dengan kepekatan 20 ppm dalam volume air bak dengan melarutkan 20 gram kalium permangat per 1 m3 air atau 1,5 sendok teh kalium permangat per m3 air
-   rendam ikan-kan yang sakit dalam larutan etrsebut selama 30-60 menit dengan diawasi terus-menerus. Bila ikan menunjukkan gejala keracunan segera dimasukkan ke dalam air yang bersih
-   setelah direndam ikan-ikan dimaskkan ke dalam air dengan sirkulasi yang baik
-   bila diperlukan pengobatan dapat dilakukan 3-4 hari kemudian
b.  untuk ikan yang mempunyai berat badan lebih dari 0,5kg yang terinfeksi agak parah, dapat diobati dengan Oxytetracylin HCL melalui penyuntikan intramuskuller dengan 25 miligram per 1kg berat ikan. Caranya adalah sebagai berikut :
-   ikan yang akan diobati ditimbang dulu
-   hitunglah dosis obat yang akan dipakai adalah terramycin cair. Suntiklah obat tersebut setiap 1cc per 1kg berat ikan
-   penyuntikan dilakukan secara intramuscular di bagian tubuh (punggung) sebelah bawah sirip punggung
-   Ikan yang telah disuntik segera dikembalikan ke kolam yang sirkulasi airnya baik.
c.  jika keadaan ikan belum parah benar pengobatan bisa dilakukan dikolam-kolam pemeliharaan penggunakan kalium permangat dengan dosis 3 ppm. Caranya adalah sebagai berikut :
-   ukur luas kolam dan kedalamannya yang diperlukan untuk pengobatan, ini untuk mengetahui volume kolam tersebut
-   tentukan banyaknya kalium permangat yang akan dilarutkan dalam kolam, sehingga dapat diperoleh konsentrasi sebesar 3 ppm (3 gram per m3 air)
-   saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup
-   larutan kalium permangat disemprotkan merata ke seluruh kolam, dengan menggunakan alat penyemprot atau alat penyiram
-   air kolam dibiarkan tidak mengalir selama 24 jam dengan pengawasan setiap saat. Bila terjadi keracunan air, kolam segera dialirkan
-   pengobatan diulangi setelah 3-4 hari, sampai semua ikan pulih kembali
d.  beberapa usaha pencegahan dan sanitasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
-   sebelum ditebari ikan, kolam sebaiknya dikeringkan, taburkanlah secara merata kapur dengan dosis 100 gr/m2. Air dimasukkan kembali secara perlahan-lahan dan dibirkan kurang lebih 15 hari
-   air bekas membawa ikan dan sisa-sisa yang terinfeksi jangan dibuang ke kolam atau selokan, buanglah ke lubang tanah
-   asingkan ikan/karantina ikan-ikan yang memperlihatkan gejala-gejala penyakit dan diobati secara terpisah, dan ikan-ikan yang telah parah segera dimusnahkan
-   jangan memasukkan ikan di daerah-daerah yang terkena wabah
-   alat-alat penampung dan penangkap ikan dijaga agar tidak terkontaminasi dengan dikeringkan dan sewaktu-waktu didesinfektan dengan kaporit 0,5 ppm.
Terakhir berikut saya sampaikan Usaha Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Ikan :
1.  Dilakukan pengeringan kolam sebelum ditebari ikan.
Sebelum dasar kolam kering taburkanlah kapur secara merata dengan dosis 100 gram/m2. Baru kemudian air dialirkan kembali dan dibiarkan selama 15 hari
Untuk pemeliharaan ikan dalam bak-bak kecil dapat digunakan Kalium permanganate dengan dosis 1gram per 100 liter
2.  Jangan memasukkan/mendatangkan ikan dari daerah yang terkena wabah
3.  Pisahkan ikan yang sakit dengan ikan yang sehat, bila ikan-ikan Nampak telah parah sebaiknya dimusnahkan
4.  Air bekas membawa ikan dan sisa-sisa ikan yang sakit jangan dibuang dikolam atau di aliran air, buanglah ke lubang tanah
5.  Kolam yang telah terkena penyakit hatus di dekontaminasi dengan jalan dikeringkan dan pengapuran dengan dosis 200 gram permeter persegi selamasatu minggu
6.  Alat-alat penampungan dan penangkapan dijaga kebersihannya supaya tidak terkontaminasi dan sewaktu-waktu dicuci dengan larutan kalium permanganate 20ppm atau dengan kaporit 0,5ppm
7.  Tingkatkanlah gizi makanan ikan yang akan menambah daya tahan tubuh ikan
8.  Gunakan bibit unggul yang memiliki dya tahan tinggi terhadap penyakit
9.  Karantina ikan. Karantina ikan mutlak dan perlu dilakukan oleh peternak ikan bila akan menerima atau mengirimkan ikan dari atau ke tempat lain. Tindakan ini untuk mencegah timbulnya / masuknya bibit penyakit ikan dan mencegah penyebaran penyakit ikan.
Daftar Pustaka :
Depertemen Pertanian. 1985. Penyakit Ikan. Departemen Pertanian
Supian, Edy. -. Penanggulangan Hama dan Penyakit Pada Ikan. Pustaka Bru Press. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar