PENYAKIT PADA
IKAN
Usaha
pemeliharaan ikan seringkali menghadapi hambatan-hambatan antara lain dalam hal
Penyakit Ikan. Usaha penanggulangan penyakit ini perlu dilakukan sedini
mungkin, karena usaha ini bertujuan untuk :
1.
Mencegah menularnya penyakit
2.
Menyelamatkan ikan yang sudah terserang dan terancam
penyakit
3.
Mengetahui lebih dini timbulnya peyakit ikan dan
cara-cara penanggulangannya.
Penyakit
didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang
mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, penyebab
penyakit ini terbagi kedalam dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal)
dan luar (eksternal). Pada ikan penyakit eksternal paling sering. Penyakit
internal tersebut adalah sebagai berikut : genetic, sekresi internal,
imunodefiensi, saraf dan metabolic.
Untuk dapat
melakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pegobatan perlu diketahui hal-hal
yang menyebabkan timbulnya penyakit, tanda-tanda ikan yang terserang dan
jenis-jenis penyakit ikan.
Pada umumnya
ikan yang terserang penyakit menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
1.
Pasif, ikan tampak kehilangan keseimbangan badan, lemah,
gerakannya lamban dan mudah ditangkap,
2.
Mengapung diatas permukaan air
3.
Pada permukaan tubuh ikan terjadi pendarahan, terutama
pada bagian dada, perut dan pangkal sirip
4.
Nafsu makan berkurang
5.
Insang rusak, berwarna keputih-putihan sampai
kebiru-biruan
6.
Selaput lendirnya berkurang atau habis, sehingga tubuh
ikan tidak licin.
Penanggulangan
dan pencegahan adanya wabah penyakit pada ikan dapat berhasil dengan adanya
sanitasi dalam pemeliharaan ikan dan karantina. Tindakan-tindakan tersebut
diharapkan dapat mengurangi terjadinya wabah penyakit ikan sehingga mengurangi
kerugian produksi ikan.
Dilihat dari
penyebabnya dikenal 2 golongan penyakit pada ikan :
A. PENYAKIT NON PARASITER
Penyakit non
parasite atau penyakit non infeksi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya
gangguan yang bukan pathogen. Penyakit non infeksi yang banyak ditemukan adalah
keracunan dan kurang gizi. Penyakit non parasiter dapat disebabkan oleh :
1. Faktor-faktor kimia dan fisik yang tidak cocok bagi
ikan,
antara lain :
a.
pH yang terlalu rendah (asam), atau terlalu tinggi (basa)
pH air yang dibutuhkan ikan akan
bervariasi tergantung pada jenis ikan tersebut. Pada umumnya ikan akan toleran
terhadap range pH tertentu, misalnya untuk ikan jenis Koi dan Koki range pH nya
antara 6,2 sampai 9,2. pH air yang ekstrim diatas atau di bawah pH optimum akan
menyebakan gangguan kesehatan pada ikan. pH optimum akan bervariasi tergantung
pada jenis ikan. Efek langsung dari pH rendah atau pH yang terlalu tinggi
adalah kerusakan sel epitel, baik kulit maupun insang, hal ini akan mengganggu
pada proses penyerapan oksigen terutama bagi iakan yang bernafas menggunakan
insang.
b.
Perubahan suhu air yang mendadak
Selain suhu yang tinggi pada daerah
tropis, masalah yang sering ditemukan adalah masalah perubahan suhu yang
terlalu ekstrim akibat pengaruh musim, misalnya musim kemarau. Suhu rendah akan
menyebabkan kecepatan metabolism turun sehingga nafsu makan ikan jadi menurun.
Suhu dingin dibawah suhu optimum akan berpengaruh pada penekanan kekebalan pada
ikan. Suhu optimum tersebut akan berbeda bagi masing-masing jenis ikan hias.
c.
Kurang oksigen dalam air tersebut
Kekurangan oksigen dalam kolam dapat
disebabkan karena pertumbuhan algae. Algae yang menutupi permukaan air akan
mengganggu proses pernafasan ikan. Sedangkan algae yang tumbuh di dalam air
akan berpengaruh pada pergerakan ikan. Ikan akan terperangkap pada algae
tersebut. Selain itu algae sel tjnggal yang berupa filament akan masuk ke dalam
lembar insang dan akan mengganggu pada proses pernafasan ikan, sehingga ikan
lama-kelamaan akan mengalami kekurangan oksigen.
Beberapa algae yang biasanya tumbuh
berlebih (blooming) akan berpengaruh pada pengurangan kandungan oksigen dalam
air baik dari aktivitas fotosintesa terutama pada waktu malam hari. Akibat dari
pembusukan algae akan menimbulkan bahan beracun seperti amoniak. Selain itu
beberapa algae akan bersifat racun bagi ikan misalnya dari jenis Mycrocystis
aeruginosa.
d.
Gas-gas beracun seperti asam belerang dan amoniak
e.
Zat-zat beracun : pestisida (herbisida, insektisida, dll)
2. Makanan yang tidak baik, antara lain
a.
Kurang vitamin dan komposisi gizi yang kurang baik
Pakan ikan harus mengandung cukup
protein karena protein yang dibutuhkan oleh ikan relative tinggi. Kekurangan
protein akan menurunkan daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit. Selain itu
pertumbuhan juga terganggu. Kekurangan vitamin pada ikan juga mengakibatkan
kelainan-kelainan pada tubuh ikan, baaik kelainan bentuk tubuh maupun kelainan
fungsi fisiologi.
Kekurangan Vitamin A akibatnya :
·
Pertumbuhan lambat,
·
Kornea mata jadi lunak, mata enonjol, kebutaan
·
Pendarahan pada kulit dan ginjal
Kekurangan Vitamin B1, akibatnya :
·
Ikan lemah, kekurangan nafsu makan
·
Timbulnya pendarahan atau penyumbatan pembuluh darah
·
Kehilangan keseimbangan
·
Ikan berwarna pucat
Kekurangan Vitamin B2, akibatnya :
·
Mata ikan keruh, pendarahan pada mata, lama-lama kebutaan
·
Nafsu makan hilang
·
Ikan warna gelap
·
Pertumbuhan lamban
·
Pendarahan timbul pada kulit dan sirip
Kekurangan Vitamin B6, akibatnya :
·
Frekuensi pernafasan meningkat
·
Ikan kehilangan nafsu makan
·
Ikan mengalami kekurangan darah
Kekurangan Vitamin C, akibatnya :
·
Vitamin c bermanfaat untuk pembentukan kekebalan tubuh,
kekurangan vitamin c yang berlangsung lama kana mengakibatkan menurunnya daya
tahan tubuh
·
Ikan warna lebih gelap
·
Pendarahan terjadi pada kulit, hati dan ginjal
·
Kelainan pada tulang belakang bengkok ke arah samping
(scoliosis), bengkok ke arah atas dan bawah (lordosis).
b.
Bahan makanan yang busuk dan mengandung racun kuman-kuman
3. Bentuk fisik ikan dan kelainan-kelainan tubuh/cacat
tubuh oleh sebab keturunan, misalnya : tidak bersirip, tidak berekor , dsb
Perkawinan kekerabatan pada ikan dapat menimbulkan
masalah pada penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi suatu penyakit. Hal
ini disebabkan karena miskinnya variasi genetic dalam tubuh ikan itu sendiri.
Kelainan lain yang ditimbulkan karena perkawinan kekerabatan yaitu tutup insang
tidak bisa tertutup dengan sempurna, sehingga hal tersebut kan mengganggu
proses pernafasan ikan, lama kelamaan ikan mengalami kekurangan darah akibat
rusaknya system pembuat darah karena minimnya oksigen yang dipasok pada
jaringan pembuat darah.
Usaha-usaha
yang dapat dilakukan untuk pencegahan adalah :
1.
Membuat kolam/ taambak dengan konstruksi yang baik,
delengkapi dengan instalasi pengendapan lumpur dan sampah, penyaringan-penyaringan
dengan pemasangan filter
2.
Gunakan air yang bebas dari kontaminasi penyakit dan
pencemaran
3.
Ikan diperlakukandengan sebaik-baiknya dan jangan sampa
mengalami kerusakan fisik baik waktu penangkapan, pemberokan maupun waktu
pengangkutan dan diusahakan jangan sampai kekurangan oksigen
4.
Pemberian makanan teambahan/ buatan diusahakan jangan
sampai kebanyakan atau kekurangan. Ambil makanan dari peraairan yang tidak ada
ikannya karena parasit ikan hanya dapt hidup diperairan yang ada ikannya.
B. PENYAKIT PARASITER
Jenis parasit
ada beberapa macam yaitu endo parasit dan ektoparasit. Yang termasuk dalam
endoparasit adalah protozoa dan trematoda, sedangkan ektoparasit adalah
crustacean. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa antara lain Ichthiopthirius multifilis, Myxobolus
sp, Trichodina sp, Myxosoma sp, Henneguya sp dan Thelohanellus sp. Penyakit
yang disebabkan oleh trematoda antara lain Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp dan
Clinostomum sp. Penyakit yang disebabkan oleh crustacean antara lain adalah
Argulus sp, Lernea cyprinaceae. Penyakit ini disebabkan oleh parasit dan dapat
menyerang bagian-again kulit, insang atau alat-alat dalam. Jenis-jenis penyakit
yang disebabkan oleh parasit antara lain :
1. Penyakit Bintik Putih
a.
Menyerang pada ikan-ikan air tawar dari golongan Cyprinidae dan Cobitidae misalnya ikan Tawes, Mas dan Tambakan. Penyebab penyakit
ini adalah parasit Ichthiopthirius
multifilis yang bersarang pada lapisan lendir kulit dan sirip ikan, serta
merusak lapisan insang. Kecuali pada bagian anterior yang berbentuk cincin
(cystome), hampir diseluruh permukaan tubuh Ichthiopthirius
multifilis tertutup oleh silia yang berfungsi untuk pergerakannya, bagian
sitoplasmanya terdapat makronukleus yang berbentuk seperti tapal kuda,
mikronukleus (inti yang kecil) yang menempel pada makronukleus dan sejumlah
vakuola kontraktil.
Parasit ini dapat menginfeksi kulit,
insang dan mata pada berbagai jenis ikan baik air tawar, payau dan laut.
Parasit ini mempunya panjang tubuh 0,10-1mm dan dapat menyebabkan kerusakan
kulit yang berujung kematian. Parasit ini berkembang biak dengan cara membelah
biner. Individu muda parasit ini memiliki diameter antara 30-50mm dan individu
dewasanya mencapai ukuran 50-100 mm.
b.
Tanda-tanda terserang penyakit bintik putih :
1)
Sel-sel lendir ikan rusak dan terjadi pendarahan yang
terlihat pada sirip dan insang ikan, produksi lendir berlebihan
2)
Frekuensi pernafasan meningkat
3)
Pertumbuhan terhambat
4)
Menyerang secara bergerombol dalam jumlah yang sangat
banyak, sehingga terlihat dengan mata sebagai bintik-bintik putih
c.
Siklus hidup penyebab penyakit
siklus hidup Ichthiopthirius multifillis |
Keterangan :
1.
Fase parasiter : Ketika hidup pada ikan
2.
Fase Pre-cyste
: setelah dewasa dan melepaskan diri dari tubuh ikan tetapi belum membentuk cyste
3.
Fase Cyste :
Selama terjadi proses membelah, terbungkus dinding lendir, melekat pada suatu
benda di dalam air
4.
Fase Post Cyste
: berupa benih-benih parasit yang baru keluar dari Cyste
Setelah
8 hari parasit hidup di tubuh ikan dan dewasa (stadium memakan/tropozoit) untuk
berkembang biak Parasit melepaskan diri dari tubuh ikan dan melayang-layang
didalam air beberapa saat, kemudian parasit menempel pada benda-benda dalam
air, pada batu, tumbuhan air, dinding kolam dsb, dan selama menempel membentuk
lapisan lendir yang disebut Cyste.
Parasit dalam Cyste membelah dan
dalam waktu 5 jam terbentuklah beribu-ribu anak parasit. Selanjutnya dinding Cyste membelah dan keluarlah anak-anak Cyste, melayang-layang dalam air dan
siap untuk menyerang ikan. Bila dalam waktu 48 jam tidak menemukan ikan untuk
ditempeli, maka anak-anak Cyste akan
mati dan jika ada ikan segera menempel pada tubuh ikan dalam bagian lendirnya,
parasit ini akan menghisap sel darah merah dan sel pigmen pada kulit ikan.
d.
Cara pemberantasan
Parasit ini hidup terbungkus oleh
selaput lendir. Obat-obat pemberantas tidak dapat meresap ke dalam parasit
dalam keadaan terbungkus ini tanpa merusak selaput lendir ikan. Karena itu saat
pemberantasan yang paling baik adalah pada fase sebelum menjadi Cyste (sesudah melepaskan diri dari ikan
tetapi belum menjadi Cyste), atau
fase post Cyste (ketika benih-benih
parasit sudah keluar dari Cyste).
1.
Pemberantasan dengan Methylene
Blue . Methylene Blue berupa
serbuk atau tepung yang berwarna biru dan dapat dibeli di apotik-apotik. Cara
aplikasinya yaitu :
a.
Buat larutan baku sekuat 1% yaitu 1 gram Methylene Blue dicampur dengan 100 cc
air bersih, lalu di simpan dalam botol dan diberi label “larutan Methylene Blue 1%”
b.
Untuk pengobatannya dipersiapkan sebuah wadah ( untuk
merendam ikan yang sakit) misalnya ember plastik dan laian-lain yang tidak
dapat berkarat,
c.
Bak/ember diisi dengan air bersih untuk tiap 4 liter air
dipakai larutan baku sebanyak 2-4 cc. Diaduk sampai rata, lalu masukkan air
yang sakit selama 24 jam (sehari semalam),
d.
Setelah sehari semalam direndam kemudian ikan dipindahkan
kedalam bak yang berisi air bersih dan diberi makanan yang cukup. Selang 1 hari
pengobatan diulangai sampai 3-5 kali sehingga ikan sembuh. Obat yang telah
dipakai sehari semalam tidak dapat dipakai kembali.
2.
Pemberantasan dengan garam dapur (NaCl). Cara aplikasinya
yaitu :
a.
Air yang bersih disiapkan dalam wadah pengobatan. Untuk
tiap 100 cc air perlu diberikan 1-3 gram NaCl dan diaduk
b.
Ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut. Obat ini
agak berbahaya bagi ikan. Umunya hanya tahan 5-10 menit sehingga harus segera
dipindahkan ke dalam air bersih setelah ikan kelihatan payah.
Berbagai produk untuk memberantas bintik
putih banyak dijumpai pada took-toko perikanan. Produk ini biasanya terdiri
dari senyawa-senyawa kimia seperti metal biru, malachite green, dan atau
formalin. Meskipun demikian ketiga senyawa tersebut tidak akan mampu
menghancurkan fase infektif yang hidup di dalam tubuh kulit ikan. Oleh karena
itu pemberian bahan ini harus dilakukan berulang-ulang untuk me nghilangkan
bintik putih secara menyenyeluruh dari wadah pemeliharaan. Perlu diperhatikan
bahawa spesies ikan tertentu, khususnya yang tidak bersisik seperti lele,
diketahui sangat tidak toleran terhadap peroduk-produk anti bintuk putih. Oleh
karena itu, perhatikan cara pemberian obat-obatan tersebut pada kemasannya
dengan baik.
Pada lingkungan tanpa ikan sebagai
inang, fase berenang dari Ichthiopthirius
multifilis akan mati dengan sendirinya. Pada wadah pemeliharaan ikan dengan
suhu diatas 210c akan terbebas dari Ichthiopthirius multifilis stelah dibiarkan selama 4 hari. Akan
lebih aman lagi apabila wadah tersebut dibiarkan selama 7 hari.
Semua peralatan budidaya juga akan
terbebas dari Ichthiopthirius multifilis setelah
dibiarkan selama 7 hari. Radiasi dengan sinar ultra violet dapat pula membantu
mengurangi populasi Ichthiopthirius
multifilis. Ikan yang lolos dari serangan bintik putih diketahui akan
memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kekebalan ini dapat bertahan
selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Meskipun demikian ketahanan ini
dapat menurun apabila ikan yang bersangkutan mengalami stress atau terjangkiti
penyakit lain. Untuk mencegah agar tidak terjangkit penyakit bintik putih, air
kolam harus sering diganti atau dialiri air baru yang segar dan jernih. Harus
dijaga agar air buangan ini tidak menular kepada ikan di kolam-kolam ikan lain.
2. Parasit Lernaea Cyprinaceae
Parasit ini menyerang pada ikan golongan
Cyprinidae. Parasit Lernaea meyerang pada seluruh permukaan tubuh ikan dan
insang yang akan mengakibatkan penurunan berat badan ikan dan penurunan jumlah
sel darah sehingga ikan menjadi lemah. Selain itu bila parasit ini mati, akan
meninggalkan bekas lubang pada kulit ikan sehingga akan terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri.
a.
Sebab-sebab timbulnya parasit ini adalah :
1)
Banyaknya bahan organic berupa sampah, sisa pemupukan dan
makanan tambahan yang tertimbun di dalam kolam
2)
Pengairan kolam yang tidak mengalir dan suhu yang
relative tinggi
3)
Penebaran ikan yang terlalu padat
b.
Siklus hidup penyabab penyakit : Lernaea adalah sejenis
udang renik yang selama hidupnya mengalami beberapa perubahan bentuk/stadia
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)
Stadium copepodid : Hidup disekitar badan ikan,
menggigit-gigit kulit/lendir ikan. Stadium ini peka terhadap berbagai jenis
obat-obatan (insektisida)
2)
Stadium cyclopoid : hidup disekitar badan ikan, seperti
halnya stadium copepodid juga peka obat-obatan. Pada stadium ini terdapat
bentuk jantan dan betina yang melakukan pembuahan. Sesudah itu yang antan
segera mati dan yang betina selalu berubah bentuknya. Bagian kepalanya menusuk
/ membenam ke jaringan kulit/ daging ikan sehingga kulit ikan dilukai dan
tampak membengkak. Tetapi parasitnya sendiri masih kecil sehingga belum tampak
oleh mata.
3)
Stadium dewasa : stadium ini hanya dialami oleh betina
saja. Bagian kepala menghujam ke jaringan badan ikan, sedang bagian badan
belakangnya terkulai keluar. Dan pada ujungnya keluarlah sepasang kantong
telur. Jika menetas telur ini menjadi nauplius yang segera keluar dari kantong
telur dan berenang bebas dalam air. Stadium dewasa ini begitu kuat tertusuk
pada ikan karena adanya pengait berbentuk jangkar pada bagian kepalanya.
Seluruh siklus berlangsung selama 16-23
hari pada suhu 250-300C.
siklus hidup Lernaea cyprynaceae |
Keterangan :
1.
Bentuk stadium naupilus
2.
Bentuk stadium copepodid
3.
Bentuk stadium cyclopodid
4.
Bentuk stadium dewasa dengan kantong telur
4.a Seekor ikan dengan parasit Lernaea
c.
Pemberantasan dan Pencegahan
1)
Pengendalian secara mekanis dengan jalan menggunting
bagian tubuh Lernaea yang terjuntai keluar. Jangan sekali-kali mencabutnya.
Untuk mencegah infeksi, ikan diobati dengan Kemicitin atau Tetracyclin 250 mg yang
dilarutkan dalam 500 liter air bersih. Caranya dengan merendam atau memasukkan
ikan kedalam larutan tersebut dan dibiarkan selama 2-3 jam. Selama perendaman,
usahakan agar kandungan oksigen dalam bak perendaman tidak berkurang.
pemberantasan Lernaea secara mekanis |
2)
Secara kimia dengan menggunakan formalin atau Sumithion
50 EC.
-
Pengobatan dengan Formalin
Parasit Lernaea pada stadium copepodid
dan cyclopoid menempel pada badan ikan, bahkan banyak berkumpul dalam rongga
insang ikan.
Formalin dapat mematikan parasit-parasit
dalam stadium-stadium pada kadar 25 ppm, dengan tidak membahayakan ikannya.
Caranya dengan Tank treatment
(1)
Disiplan wadah yang akan digunakan untuk tank treatment
berupa : Waskom, keranjang ikan kedap air, bak, drum dsb yang bermulut lebar
dan tidak berkarat
(2)
Teteskan formalin teknik (kadarnya 40% formalin) sebanyak
5 cc kedalam 80 liter air, lalu diaduk sampai rata, maka didapat formalin 25
ppm
(3)
Ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut selama 10
menit di tempat yang teduh
(4)
Setelah 10 menit, ikan-ikan tersebut dipindah ke dalam
bak yang berisi air bersih
(5)
Pengobatan perlu diulang 2-3 kali selama 2-3 hari secara
berturut-turut agar ikan benar-benar bersih dari penyakit. Perlu diingat ikan
yang sakit direndam tidak lebih dari 10 menit, karena jika lebih dari 10 menit
ikan bisa mati.
(6)
Tiap 10 liter larutan formalin 25 ppm cukup untuk
merendam 1kg benih ikan sebesar jari. Untuk ikan yang besar diusahakan agar
ikan terendam sempurna. Hati-hati dalam pemakaian gormalin, jangan sampai
terminum.
cara pengobatan dengan formalin |
-
Pengobatan dengan Sumithion 50 EC
Konsentrasi 0,5 ppm diperoleh dari
Sumithion 50 EC dengan cara melarutkan / mencampurkan 1cc Sumithion 50 EC
kedalam 1000 liter air.
Sebelum dilakukan pengobatan dengan
Sumithion 50 EC perlu dilakukan pengukuran kolam sebagai berikut :
(1)
Kolam diukur dengan tepat, untuk kolam yang dasarnya
rata. Caranya adalah ambil jarak 0,5 meter dari tepi kolam (pematang) kearah
tengah setelah itu baru diukur tingginya, sedangkan untuk kolam yang dasar
kolamnya tidak rata, cara mengukur tinggi kolam dilakukan di empat bagian/
tempat yaitu :
·
Ditempat pemasukan dan pengeluaran air, dengan jarak
masing-masing 1 meter dari tempat tersebut ke arah tengah
·
Ditepi kolam dan ditengah-tengah kolam
·
Ambil rata-rata dari 4 tempat tersebut
·
Volume air dihitung dalam liter
(2)
Setelah itu baru dihitung banyaknya Sumithion yang
diperlukan
Contoh
:
Kolam dengan
panjang = 25 meter
Lebar kolam = 20 meter
Luas = 25x20x1m2 = 500 m2
Tinggi rata-rata
dengan pengukuran seperti tersebut diatas : (0,5 +0,7 + 0,4 + 0,3)
--------------------- = 0,47 m
4
Volume air kolam
= 500 m2 x 0,47 = 235 m3
Atau 235.000
liter
Banyaknya
Sumithion 50 EC yang diperlukan =
235.000
-------- x 1 cc
= 235 cc Sumithion 50 EC
1.000
Cara penggunaan
Sumithion 50 EC adalah :
(1)
Ambil 10 cc Sumithion 50 EC campur dengan 10 liter air
bersih dalam ember dan diaduk selam 5 menit dan dimasukkan ke dalam sprayer
(2)
Tutup semua pintu air masuk dan pintu air keluar agar air
tidak mengalir
(3)
Semprotkan permukaan iar kolam dengan merata dengan jarak
1 meter dari tepi kolam secara merata. Penyemprotan dilakukan pada sore hari
(jam 16.00) yaitu pada saat suhu udara mulai menurun dan harus dilakukan dengan
cermat dan hati-hati.
(4)
Setelah penyemprotan pertama selesai ikan dibiarkan
dikolam dan dua hari setelah penyempritan air baru boleh dilirkan, tetapi harus
disaring dulu menggunakan ijuk, pasir dan koral.
(5)
Penyemprotan dilakukan 4 kali berturut turut dengan
selang 4 hari.
(6)
Yang perlu diperhatikan dalam apikasi Sumithion 50 EC
karena murupakan racun adalah :
·
Jangan sampai bahan racun terhisap atau termakan
·
Jangan makan, minum atau merokok selama bekerja
·
Setelah bekerja menggunakan bahan racun tersebut
hendaknya tangan dicuci menggunakan sabun
·
Hendaknya menggunakan alat-lat khusus (ember, gayung,
dsb) untuk keperluan penyemprotan
·
Penyimpanan diusahakan jauh dari jangkauan anak-anak
3)
Untuk mencegah terjadinya penyakit Lernaea dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Air merupakan faktor yang penting dalam
budidaya ikan tetapi air juga merupakan media yang membawa parasit Lernaea serta
penyakit-penyakit lain dalam kolam.
Salah satu cara mencegah parasit
tersebut adalah dengan pembuatan alat penyaring (filter) pada setiap pintu
pemasukan air. Dengan adanya penyaring baik larva-larva Lernaea maupun
ikan-ikan liar dapat dicegah.
Ada beberapa alat penyaring yang mudah
dibuat dan dengan bahan yang murah. Jenis-jenis alat penyaring tersebut antara
lain :
(1)
Alat penyaring vertical (dari atas ke bawah)
Type ini cocok untuk dipasang pada kolam
yang mempunyai perbedaan tinggi permukaan air masuk dan keluar cukup besar.
Aliran air pada penggunaan type ini lebih cepat.
Keterangan :
1.
Bak/drum yang dasarnya dilubangi
2.
Penopang dari bambu untuk meletakkan drum
a.
Lapisan pasir
b.
Lapisan ijuk
c.
Lapisan batu koral 2-3 cm
(2)
Alat penyaring horizontal
Alat penyaring type ini dipasang
melintang pada saluran air letaknya miring. Sebab jika tidak dipasang miring
maka aliran air akan agak terhambat. Untuk mengatasi supaya kotoran tidak
langsung menempel pada penyaring maka dapat / perlu dipasang kawat kasa
penahan.
alat penyaring type horisontal |
Keterangan :
1.
Kawat kasa penahan susunan filter
2.
Batu koral 2-3 cm
3.
Lapisan ijuk
4.
Lapisan pasir
5.
Kawat kasa penahan kotoran kasar
(3)
Alat penyaring type double bottom
Alat ni cocok dipasang pada parit atau
saluran induk. Alat penyaring type ini memerlukan konstruksi beton yang
meliputi seluruh lebar saluran air. Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 3 m2
atau lebih. Ukuran ini harus benar-benar diperhitungkan, supaya kemungkinan
peluapan air dapat dihindari. Dasar dinding kolam/bangunan harus agak miring ke
bagian dalam, untuk dapat menopang pasangan bambu belah.
Keterangan :
a.
Susunan filter
b.
Pintu air pemasukan kolam ( pintu ini diperukan kalau
filter akan dibersihkan)
c.
Pintu air samping ( pintu ini dibutuhkan jika pintu air
akan dibersihkan) jadi fungsinya adalah membuang air yang tidak difilter ke
arah luar kolam sewaktu kolam di bersihkan
alat penyaring type doble bottom |
bagan susunan penyaring |
Keterangan
:
a.
Batu koral 2-3 cm
b.
Tikar yang dibuat dari ijuk
c.
Lapisan pasir halus setebal 10-15cm
d.
Pangsangan bambu belah
e.
Bagian dinding beton yang menopang pasangan bambu di
atasnya
3. Parasit-Parasit Yang Lain
a. Argulus indicus :
argulus sp |
Parasit ini berbentuk bulat pipih yang
termasuk bangsa udang renik primitive. Hidupnya dengan menghisap darah ikan dan
berpindah-pindah dari satu ekor ikan ke ikan yang lain. Argulus juga disebut
dengan nama kutu ikan, ikan yang terserang karena darahnya dihisap akan menurun
pertumbuhannya serta akan mengakibatkan pendarahan pada kulit. Tubuh argulus
indicus mempunyai dua alat penghisap dibagian bawah tubuhnya, berupa alat yang
akan menusukkan alat tersebut ke dalam tubuh ikan yang diserang.
Parasit ini juga dapat menularkan
penyakit yang disebabkan oleh baktri dan virus.
Perkembang biakan parasit dengan
bertelur yang telur-telurnya menempel pada benda-benda dalam air, lalu menetas
menjadi anak-anak larva yang setelah beberapa kali mengalami pergantian kulit,
baru menjadi Argulus yang dewasa. Daur hidup Argulus indicus terjadi selama 28
hari dimana 12 hari untuk fase bertelur dan menetas sedangkan fase larva sampai
dewasa membutuhkan waktu berkisar 16 hari. Larva argulus indicus dapat hidup
tanpa ikan selama 36 jam sedangkan individu dewasa dapat hidup tampa inang
selama 9 hari. Jumlah telur yang dihasilkan dari individu betina antara
50-250butir.
Cara pemberantasan :
Argulus dewasa yang menempel pada ikan
dengan kuatnya, dapat dilepas dengan menggunakan pinset
Untuk membunuh telur-telur dan larvanya
dapat dengan mengeringkan atau member kapur-kapur pada dasar kolamnya.
Pengapuran dan pengeringan kola mini
juga menyebabkan terberantasnya benih-benih kutu ikan.
Obat-obatan yang efektif untuk
pemberantasan kutu ikan adalah neguvon, berupa tepung vuatan Bayer. Dipakai
untuk kolam atau akuarium dengan dosis 1 gram Neguvon perliter air. Ikan direndam
dalam larutan tersebut selama 10-30 detik. Dalam menggunakan obat ini hendaknya
dengan menggunakan sarung tangan karet, karena obat ini dapat merusak kulit
jika terkena tangan.
Obat-obatan yang lain dapat digunakan
Dipterex, Sumithion. Dengan dosis yang tepat.
b. Dactylogyrus sp dan Gyrodactylus sp
A.Dactylogyrus sp. B. Gyrodactylus, C. 5ekor Dactylogyrus sp pada lembaran insang |
Parasit ini berbentuk seperti cacing
yang sangat kecil. Cacing ini merusak insang dan kulit bagian luar ikan. Bila
insang diserang maka bagian ini akan rusak dan timbul pendarahan-pendarahan.
Dactylogyrus termasuk hewan cacing
tingkat rendah (trematoda). Cacing dewasa berukuran 0,2-0,5mm. memiliki dua
pasang eye spot pada ujung anterior. Sucker terletak dekat ujung anterior. Pada
ujung posterior tubuh terdapat alat penempel yang terdiri dari 2 kait besar
yang dikelilingi 16 kait lebih kecil disebut Opisthaptor. Mempunyai testis dan
ovary. Gejala infeksi pada ikan adalah pernafasan ikan meningkat dan produksi
lendir berlebih. Parasit Dactylogyrus mempunyai siklus hidup langsung dan
melibatkan satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada ingsang ikan.
Telur-telur yang dilepaskan akan menjadi larva cilia yang dinamakan penetasan
ocomiracidium. Ocomiracidium mempunyai haptor dan dapat menyerang sampai menyentuh
inang. Telur warna kecoklatan dikeluarkan dekat parasit/cacing dewasa.
Gyrodactylus biasanya sering menyerang
ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Parasit ini
bersifat vivipar dimana telur berkembang dan menetas di dalam uterusnya.
Memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,5mm-0,8mm hidup pada permukaan tubuh
ikan dan biasa menginfeksi organ-organ lokomosi hospes dan respirasi. Larva
berkembang di dalam uterus parasit tersebut dan dapat berisi kelompok-kelompok
sel embrionik. Ophisthaptor individu dewasa tidak mengandung batil isap, tetapi
memiliki sederat kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan
sepanjang kait besar di tengah-tengah terdapat dua tonjolan yang menyererupai
kuping. Tanda-tanda ikan terserang parasit ini adalah pernafasan ikan
meningkat, produksi lendir berlebih.
Tanda-tanda ikan yang terserang kedua
parasit ini secara umum adalah :
·
Sulit bernafas
·
Kulit banyak berlendir dan warnanya pucat
·
Sirip-sirip menguncup
·
Tubuh ikan lemas dan tidak suka bergerak
Cara pemberantasan : parasit ini
diberantas dengan menggunakan formalin 25 ppm seperti pada pemberantasan
Lernaea.
c. Sporozoa
sporozoa |
Sporozoa merupakan binatang bersel satu
yang terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain Mycobulus sp, Myxosoma sp, Thellohanellus
sp dan Henneguya sp, yang hidup sebagai parasit pada jaringan tubuh ikan.
Tanda-tanda ikan yang terserang penyakit ini adalah :
·
Pada badan ikan terdapat benjolan berwarna
kemerah-merahan yang apabila dipecah terdapat beribu-ribu spora
·
Ukuran spora sangat kecil 0,01mm-0,02mm karena itulah
mudah tertelan oleh ikan dan menempel pada dinding usus dan peredaran darah
ikan dan disitu membentuk spora lagi berbentuk benjolan-benjolan
·
Tempat srang spora selain pada jaringan kulit juga
terdapat pada ingsang, kantong empedu, gelembung renang dan jaringan daging.
Cara pemberantasannya : adalah dengan
memusnahkan ikan-ikan yang terkena parasit itu dan mengeringkan kolam serta
dilakukan pemberian kapur pada dasar kolam.
d. Cyclochaeta domerguei
cyclochaeta |
Merupakan parasit bersel satu sejenis
protozoa, berbentuk seperti piring dengan diameter 50 mikron, dengan bagian
tengah (dorsal) cembung sedangkan mulut pada bagian ventral. Pada baian mulut
terdapat akat penghisap dengan dilengkapi suatu alat dari chitine yang melingkari
mulut, alat chitine ini berbentuk seperti jangkar. Jenis protozoa ini memiliki
nama lain Trichodina. Parasit ini berkembang biak dengan membelah diri dan
parasit ini tidak dapat hidup bila tidak ada ikan sebagai induk semangnya.
Tubuh ikan yang terserang adalah bagian selaput lendir dibagian kulit maupun
ingsang, sehingga kulit jadi berlendir banyak sekali.
Cara pemberantasan : dengan mengeringkan
kolam dan menaburi dasar kolam dengan kapur. Jasad renik yang biasanya
digunakan untuk makan ikan sebaiknya diambil dari kolam yang benar-benar tidak
ada ikannya. Pengobatan dengan perendaman ikan yang sakit dalam larutan garam
dapur (NaCl) 2,5% atau dapat pula menggunakan larutan formalin 25 ppm.
e. Clinostomum sp
Parasit ini sering ditemukan pada benih
ikan gurame yang dipelihara di sawah. Gejala yang timbul adalah timbulnya
beberapa bintil-bintil yang mengandung cercaria Clinostonum sp. Penyakit ini
menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat.
Siklus hidup Clinostonum sp terdiri dari
fase telur (dalam air), fase miracidium, sporocyst dan redia (dalam siput),
fase cercaria dan metacercaria (dalam air) dan fase dewasa (dalam hewan
vertebrata, ikan , ternak, burung dan manusia).
Cara pemberantasan : cara
pemberantasannya adalah dengan memutus mata rantai/ siklus hidupnya, antara
lain :
·
Membunuh stadia telur dan mirisidia dari dalam perairan
dengan menggunakan pestisida
·
Membunuh siput-siput air yang menjadi induk semang dari
sporocyst dan redia
·
Membunuh stadia cercaria setelah keluar dari badan siput
Pengeringan kolam merupakan tindakan
yang terbaik dalam usaha pencegahan, selanjutnya kolam ditaburi dengan kapur
atau garam dapur. Obat pemberantasan yang dapat dipergunakan antara lain :
Formalin 25 ppm, Kalium Permanganat 5-10ppm dan Dipterex 90 0,25 ppm
4. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur
Penyebab penyakit ini adalah Saprolegnia
dan Achlya. Jamur / parasit ini merupakan sekumpulan benang halus seperti
kapas. Bagian ujung tiap helai benang tersebut membesar dan didalamnya
terkandung benih jamur atau spora.
Menyerang pada ikan yang luka-luka yang
telah timbul lebih dahulu karena penanganan yang buruk atau terserang penyakit
lain. Hifa dari jamur dapat masuk ke dalam otot ikan bagian dalam dan
menyebabkan kematian ikan. Jenis ikan yang terserang antara lain ikan mas,
gurame, tawes, gabus, lele dan beberapa jenis ikan hias. Tanda-tandanya adalah
tubuh ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas berwarna putih atau
putih kecoklatan.
Telur yang rusak atau mati karena tidak
dibuahi/ kualitas buruk juga ditumbuhi oleh benang halus berwarna putih.
Pemberantasan atau pencegahan :
·
Telur ikan yang diserang dicelup dalam larutan malachite
green dengan takaran 60 gram per m3 aie selama 15 detik, atau dalam larutan
formalin teknik dengan takaran 1,5-2 cc perliter air selama kurang lebih 15
menit
·
Ikan yang terserang direndam dalam larutan malachite
green dengan takaran 2-3 gramm per m3 air selama 30-60 menit. Jika perlu
pengobatan dapat diulangi 2-3 kali dengan selang waktu 3 hari.
Pencegahan terhadap serangan jamur dapat
dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya tetap baik. Harus
dijaga pula agar ikan tetap dalam kondisi bagus, bagus dalam artian bahwa ikan
mendapatkan makanan yang cukup, keadaan lingkungan baik, bersih dari segala
pencemaran, agar ikan memiliki ketahanan tubuh yang tinggi untuk membentuk
kekebalan alamiah terhadap berbagai macam penyakit.
5. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus
Organism yang masuk ke dalam kelompok
virus yang dapat menyerang ikan antara lain Epithelioma papulasum, Herpesvirus
dan Lymphocystis. Jika ikan terserang virus maka akan sulit dilakukan
pengobatan dan ikan yang terserang virus akan mati secara masal. Jenis bakteri
yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan adalah : Pseudomonas flurenses,
Pseudomonas icththyyodermis, Aeromonas punctata.
Tanda-tanda terserang bakteri/virus
adalah :
1)
Jika bakteri atau virus menyerang kulit ikan maka akan
terlihat seperti terbakar/luka bakar karena api, seperti eksim, atau busuk
karena terkena cacar
2)
Selaput lendir berkurang sehingga tubuh tidak lagi licin
dan mudah ditangkap
3)
Sirip punggung, sirip dada dan sirip ekor rusak serta
pecah-pecah
4)
Insang rusak dan berwarna putih hingga kebiru-biruan
5)
Keadaan ikan tidak licah, lemah dan kehilangan keseimbangan.
Pemberantasan
dan pecagahan :
a.
ikan yang terinfeksi belum parah (insang belum rusak,
permukaan tubuh masih cukup berlendir) dapat segera diobati dengan kalium
permangat (KMnO4) atau sering disebut dengan Permangat kalikus dengan cara
sebagai berikut :
-
menyediakan air bersih dalam bak sesuai dengan bobot ikan
yang akan diobati dengan perbandingan berat ikan dan volume air maksimal 1:40
(1Kg ikan per 40 liter air)
-
membuat larutan kalium permangat dengan kepekatan 20 ppm
dalam volume air bak dengan melarutkan 20 gram kalium permangat per 1 m3 air
atau 1,5 sendok teh kalium permangat per m3 air
-
rendam ikan-kan yang sakit dalam larutan etrsebut selama
30-60 menit dengan diawasi terus-menerus. Bila ikan menunjukkan gejala
keracunan segera dimasukkan ke dalam air yang bersih
-
setelah direndam ikan-ikan dimaskkan ke dalam air dengan
sirkulasi yang baik
-
bila diperlukan pengobatan dapat dilakukan 3-4 hari
kemudian
b.
untuk ikan yang mempunyai berat badan lebih dari 0,5kg
yang terinfeksi agak parah, dapat diobati dengan Oxytetracylin HCL melalui
penyuntikan intramuskuller dengan 25 miligram per 1kg berat ikan. Caranya
adalah sebagai berikut :
-
ikan yang akan diobati ditimbang dulu
-
hitunglah dosis obat yang akan dipakai adalah terramycin
cair. Suntiklah obat tersebut setiap 1cc per 1kg berat ikan
-
penyuntikan dilakukan secara intramuscular di bagian
tubuh (punggung) sebelah bawah sirip punggung
-
Ikan yang telah disuntik segera dikembalikan ke kolam
yang sirkulasi airnya baik.
c.
jika keadaan ikan belum parah benar pengobatan bisa
dilakukan dikolam-kolam pemeliharaan penggunakan kalium permangat dengan dosis
3 ppm. Caranya adalah sebagai berikut :
-
ukur luas kolam dan kedalamannya yang diperlukan untuk
pengobatan, ini untuk mengetahui volume kolam tersebut
-
tentukan banyaknya kalium permangat yang akan dilarutkan
dalam kolam, sehingga dapat diperoleh konsentrasi sebesar 3 ppm (3 gram per m3
air)
-
saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup
-
larutan kalium permangat disemprotkan merata ke seluruh
kolam, dengan menggunakan alat penyemprot atau alat penyiram
-
air kolam dibiarkan tidak mengalir selama 24 jam dengan
pengawasan setiap saat. Bila terjadi keracunan air, kolam segera dialirkan
-
pengobatan diulangi setelah 3-4 hari, sampai semua ikan
pulih kembali
d.
beberapa usaha pencegahan dan sanitasi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
-
sebelum ditebari ikan, kolam sebaiknya dikeringkan,
taburkanlah secara merata kapur dengan dosis 100 gr/m2. Air dimasukkan kembali
secara perlahan-lahan dan dibirkan kurang lebih 15 hari
-
air bekas membawa ikan dan sisa-sisa yang terinfeksi
jangan dibuang ke kolam atau selokan, buanglah ke lubang tanah
-
asingkan ikan/karantina ikan-ikan yang memperlihatkan
gejala-gejala penyakit dan diobati secara terpisah, dan ikan-ikan yang telah
parah segera dimusnahkan
-
jangan memasukkan ikan di daerah-daerah yang terkena
wabah
-
alat-alat penampung dan penangkap ikan dijaga agar tidak
terkontaminasi dengan dikeringkan dan sewaktu-waktu didesinfektan dengan
kaporit 0,5 ppm.
Terakhir berikut
saya sampaikan Usaha Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Ikan :
1.
Dilakukan pengeringan kolam sebelum ditebari ikan.
Sebelum dasar
kolam kering taburkanlah kapur secara merata dengan dosis 100 gram/m2. Baru kemudian
air dialirkan kembali dan dibiarkan selama 15 hari
Untuk pemeliharaan
ikan dalam bak-bak kecil dapat digunakan Kalium permanganate dengan dosis 1gram
per 100 liter
2.
Jangan memasukkan/mendatangkan ikan dari daerah yang
terkena wabah
3.
Pisahkan ikan yang sakit dengan ikan yang sehat, bila
ikan-ikan Nampak telah parah sebaiknya dimusnahkan
4.
Air bekas membawa ikan dan sisa-sisa ikan yang sakit
jangan dibuang dikolam atau di aliran air, buanglah ke lubang tanah
5.
Kolam yang telah terkena penyakit hatus di dekontaminasi
dengan jalan dikeringkan dan pengapuran dengan dosis 200 gram permeter persegi
selamasatu minggu
6.
Alat-alat penampungan dan penangkapan dijaga
kebersihannya supaya tidak terkontaminasi dan sewaktu-waktu dicuci dengan larutan
kalium permanganate 20ppm atau dengan kaporit 0,5ppm
7.
Tingkatkanlah gizi makanan ikan yang akan menambah daya
tahan tubuh ikan
8.
Gunakan bibit unggul yang memiliki dya tahan tinggi
terhadap penyakit
9.
Karantina ikan. Karantina ikan mutlak dan perlu dilakukan
oleh peternak ikan bila akan menerima atau mengirimkan ikan dari atau ke tempat
lain. Tindakan ini untuk mencegah timbulnya / masuknya bibit penyakit ikan dan
mencegah penyebaran penyakit ikan.
Daftar Pustaka :
Depertemen
Pertanian. 1985. Penyakit Ikan.
Departemen Pertanian
Supian, Edy. -. Penanggulangan Hama dan Penyakit Pada Ikan.
Pustaka Bru Press. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar