Wikipedia

Hasil penelusuran

30 Juli 2018

pembesaran ikan Nila


Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar budi daya yang sangat mudah untuk dipelihara dan dibesarkan, serta tergolong jenis ikan yang “bandel”, salah satunya adalah dalam urusan tempat hidup atau lokasi budi daya. Nila dapat beradaptasi dalam berbagai tempat dan kondisi. Budi daya di waduk buatan atau di danau dengan sistem karamba jaring apung (KJA) merupakan sistem budi daya yang banyak diterapkan oleh petani.
Sementara itu, pemeliharaan ikan nila di sungai umumnya dilakukan dengan sistem karamba bambu. Di perairan air tawar, ikan nila juga banyak dibudidayakan di kolam air deras, kolam tanah dengan air diam, dan di sawah dengan sistem mina padi.
Berikut ini adalah teknik budi daya ikan nila dengan sistem “Pembesaran di Kolam Tanah Air Diam”.

Persiapan Kolam
Kolam tanah air diam merupakan kolam air tawar dengan debit air yang kecil (kurang dari 1 liter per detik). Karena itu, pematang dan bedeng pada kolam air diam tidak perlu dibuat permanen karena tidak ada risiko rusak atau terkena erosi oleh debit air yang besar. Bentuk kolam tergantung kondisi lapangan. Persiapan kolam tenang hampir sama dengan penyiapan kolam air deras, yakni meliputi pengeringan, pengolahan dasar kolam, perbaikan pematang, pengecekan bedeng, pengapuran, pemupukan, dan pengisian air.
Berikut beberapa syarat lokasi sungai atau perairan untuk kolam air diam.
  • Bebas banjir dan tidak tercemar.
  • Tekstur tanah lempung atau liat berpasir (sandy clay loam dengan perbandingan lempung dan liat 3 : 1).
  • Keasaman tanah (pH) 5—8.
  • Ketinggian lahan 0—1.000 m dpl.
  • Sumber air selalu tersedia
Idealnya, ukuran kolam tanah air diam untuk pembesaran ikan nila seluas 400 m2, memiliki kedalaman lumpur sekitar 20 cm, dan tinggi pematang 1—1.5 meter. Jika tidak memungkinkan, luas kolam dapat disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki.
Penebaran Benih
Populasi ideal ikan nila pada kolam tanah air diam sebanyak 10 ekor/m2. Benih yang digunakan dapat berasal dari pendederan III (P3) atau pendederan IV (P4). Ukuran optimum benihnya sekitar 8—13 cm. Cara penebaran benih ikan nila sama dengan penebaran benih pada kolam air deras dan karamba jaring apung. Untuk menghindari stres, penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari, sekitar pukul 06.00—07.30.
Penggunaan Benih Unggul
Penggunaan sistem budidaya monosex jantan pada usaha pembesaran ikan nila telah dipandang oleh para pembudidaya sebagai suatu keharusan. Ikan nila jantan mempunyai tingkat pertumbuhan 30% lebih cepat dari nila betina. Sistem budidaya monosex jantan ini dapat meningkatkan produksi pembesaran ikan nila sebesar 25%. Sehingga target untuk mendapatkan ukuran ikan nila kualitas ekspor pun (berat di atas 600 gram) dapat lebih mudah dicapai.
Kendala yang dihadapi para pembudidaya jika menggunaan sistem heterosex pada budidaya pembesaran ikan nila adalah, ikan nila memiliki sifat cepat matang kelamin (biasanya pada ukuran 250-300 gram). Akibatnya sering terjadi perkawinan yang tidak terkontrol pada kolam-kolam pembesaran yang tentunya akan menghambat pertumbuhan, karena energi untuk pertumbuhan digunakan untuk perkawinan. Itulah alasan mengapa permintaan benih nila jantan sangat tinggi, dan penggunanan induk nila Gesit pada usaha pembenihan layak menjadi solusinya.
Tidak hanya itu, FCR (Feed Convertion Ratio) yang diperoleh dari budidaya nila monosex jantan juga lebih baik.
Dari hasil pengujian terhadap benih jantan yang dihasilkan nila Gesit di kolam air deras. Dari 3,2 ton benih yang ditanam, diperoleh hasil panen sebanyak 13 ton ikan nila kualitas ekspor. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh nilai FCR nila sebesar 1,5
Untuk menghasilkan benih nila jantan, metoda yang dapat digunakan ada empat.
Pertama, secara manual dengan seleksi kelamin benih berukuran 10 cm (20 gram).
Ke-dua, persilangan antarspesies (Oreochromis niloticus dengan O. Aureus).
Ke-tiga, penggunaan hormon methyl testoteron sebagai pengarah kelamin (sex reversal) pada benih yang kelaminnya belum berkembang (sexually undifferentiated fry).
Ke-empat, dengan pengembangan YY male technology.
Selama ini, biasanya para pembenih menggunakan teknik sex reversal, dengan menambahkan methyl testosteron pada pakan benih ikan fase larva. Atau dengan merendam larva yang baru menetas dalam larutan hormon tersebut agar sebagian besar benih berkelamin jantan. Saat ini harga hormon tersebut mahal. Selain itu juga bersifat karsinogenik, bagi orang yang bertugas mencampur pakan dan merendam larva dengan hormon tersebut. Jadi harus memakai peralatan pelindung tubuh. Sehingga metoda YY male technology menjadi pilihan yang lebih aman dan praktis, karena tidak menggunakan bahan aditif yang berbahaya.
Dengan munculnya nila Gesit, para pembenih dapat secara mudah mendapatkan benih GMT (jantan) hanya melalui proses pemijahan induk jantan nila Gesit. keunggulan nila Gesit terletak pada kemampuannya memproduksi benih ikan nila jantan dalam jumlah besar. Sebagaimana diketahui, benih nila jantan mempunyai keunggulan tingkat pertumbuhan dibandingkan nila betina, dalam budidaya pembesaran.
Secara alami, kromosom ikan nila jantan adalah XY(GMT/Genetic Male Tilapia), sementara yang betina adalah XX. Meski demikian kromosom ini dapat di manipulasi, sehingga dapat dihasilkan ikan nila jantan berkromosom YY dan betina YY. Kedua induk ini kemudian disilangkan hingga diperoleh benih nila Gesit jantan berkromosom YY. Induk nila jantan berkromosom YY ini mampu menghasilkan 96%-100% benih nila jantan apabila dikawinkan dengan ikan nila betina biasa (kromosom XX).

Pemberian Pakan

Ikan Nila termasuk jenis pemakan segala (omnivora) sehingga cukup mudah untuk memberikan pakannya. Di alam makanannya dapat berupa tumbuhan seperti lumut, ganggang, atau fitoplankton hingga binatang seperti daphnia, moina, jentik nyamuk, artemia hingga larva ikan. Pada dasarnya, ikan Nila muda memakan plankton dan setelah dewasa memakan hewan renik, serangga, ikan kecil atau udang-udangan.
 

Ikan Nila di kolam pemeliharaan yang intensif dapat diberi makan pakan buatan berupa pellet sebanyak 2-4% dari bobot biomassa. Pakan sebaiknya mengandung protein 24—30% agar pertumbuhan ikan nila berlangsung optimal. Pakan diberikan tiga kali sehari, yakni pagi, siang, dan sore hari. Pakan bisa berupa pelet apung maupun pelet tenggelam. Dosis pemberian pakan per hari pada bulan pertama sebesar 5% dari biomassa. Setelah itu, pada bulan kedua dosisnya 4% dari biomassa. Pada bulan selanjutnya dikurangi menjadi 3% dari biomassanya.


Tabel 1. Dosis Pemberian Pakan pada Ikan Nila
No
Bobot Ikan (g)
Dosis pemberian pakan
 (% bobot tubuh /hari)
1
1 - 5
10 – 7
2
5 – 20
6 – 4
3
20 – 100
4 – 2.5
4
100 – 200
2.5 – 2
5
200 - 400
2 – 1.5

Untuk menghindari serangan penyakit dan menambah vitalitas ikan, pembudidaya disarankan untuk menambahkan probiotik sebanyak 10 mg/l air dan suplemen seperti vitamin C ke dalam pakan dengan dosis 250 – 500 mg/Kg biomassa. Sebagaimana budidaya ikan lainnya kolam ikan juga harus dijaga kebersihannya sehingga tidak menjadi sarang penyakit.

Tabel 2. Kebutuhan Vitamin pada Ikan Nila
No
Vitamin
Kebutuhan
(mg/Kg pakan)
1
Vitamin E
25 – 100
2
Riboflavin
6
3
Asam Phantothenic
10
4
Vitamin B12
10
5
Vitamin C
50
 

Panen
Perkembangan ikan nila yang dipelihara diperairan air tawar (kolam air deras, kolam air tenang, dan karamba jaring apung) selama 3 bulan akan menghasilkan bobot ikan 300 gram per ekor. Selebihnya, jika selama 4 bulan akan menghasilkan bobot 400 gram. setelah pemeliharaan 5 bulan, beratnya menjadi 500 gram per ekor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar