Wikipedia

Hasil penelusuran

31 Juli 2018

kualitas kimia air yang sesuai untuk budidaya ikan


Menjaga kuantitas air lebih mudah dilakukan pada budidaya di perairan , baik dengan karamba maupun dengan karamba jaring apung.

Berbeda dengan budidaya dengan sistem kolam, terutama pada lokasi yang sumber airnya terbatas. Pengelolaan kuantitas air merupakan persoalan tersendiri. Untuk itu perlu dipikirkan alternatif untuk penggantian air, Misalnya dengan memompa dengan air tanah.

Berikut beberapa pengukuran kualitas kimia air yang berpengaruh dalam budidaya ikan
a. Kadar Oksigen Terlarut
Oksigen diperlukann oleh makhluk hidup, termasuk ikan dan organisme perairan lainya, untuk pernafasan dan metabolisme tubuh. Oksigen diperlukan untuk pembakaran pakan sehingga menghasilkan energi untuk melakukan aktifitas gerak, pertumbuhan dan reproduksi. Laju pertumbuhan ikan dan konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam air.

Sebagai satuan Dissolved Oxygen yang dipakai adalah ppm (part per million). Konsentrasi minimum oxygen terlarut (DO) bagi sebagian besar ikan air tawar adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi DO 4 ppm. ikan masih mampu hidup akan tetapi nafsu makannya rendah, sehingga pertumbuhannya terhambat. Beberapa jenis ikan yang mempunyai labyrinth masih bisa bertahan pada konsentrasi DO 3 ppm.
Oksigen larut dalam air disebabkan oleh difusi langsung dari udara, hujan yang jatuh, melalui aliran air yang masuk, adanya pemercikan air oleh kincir dan pengaruh fotosintesis tumbuhan atau fitoplankton yang menghasilkan oksigen.
Untuk meningkatkan oksigen terlarut, pada budidaya ikan intensif dilakukan dengan memancarkan air ke udara sehingga kemudian jatuh lagi ke permukaan air. Percikan air yang bersentuhan dengan udara itu kemudian akan tercampur lagi dengan air budidaya sehingga meningkatkan DO.
Proses fotosintesis tumbuhan berklorofil dengan energi sinar matahari akan menghasilkan oksigen. Hal ini membantu meningkatkan DO pada siang hari. Namun oksigen yang diproduksi pada siang hari itu akan digunakan oleh ikan dan plankton untuk bernafas pada malam hari sehingga akan menurun konsentrasinya.

Selain itu, tumpukan bahan organik yang bersal dari sisa pakan, kotoran ikan, dan plankton yang mati akan berkompetisi dengan ikan yang dibudi-dayakan di dalam menggunakan oksigen. Hal ini juga mengakibatksn kandungan oksigen pada malam hari menjadi menurun. Hal inilah yang menyebabkan saat dinihari DO air kolam menurun. Terlebih bila didasar kolam banyak bahan organik yang juga memerlukan Oksigen untuk proses penguraiannya.
b. Kadar Amonia
Bahan organik seperti sisa pakan, kotoran ikan, plankton dan tumbuhan air yang mati akan menghasilkan amonia (NH3) yang larut dalam air. Amonia merupakan hasil akhir dari dari proses metabolisme protein. Amonia dalam bentuk terisonasi merupakan racun bagi ikan. Tolsisitas amonia berkaitan erat dengan pH, dan sedikit terkait dengan suhu dan DO.


Pada pH tinggi, total amonia berubah menjadi bentuk tak terion (dalam bentuk bebas). Pada pH 7, amonia dalam bentuk tak terion yang beracun < 1 %, selanjutnya semakin meningkat. Pada pH 8: 5-9 %, pada pH 9: 30-50 %, dan pada pH 10: 80-90 %. Fluktuasi pH sendiri berkaitan dengan nilai alkalinitas yang rendah (kadar alkalinitas yang baik > 20 mg/l CaCO3).

Kadar amonia akan meningkat jika suhu naik dan kadar DO rendah. Batas maksimal kadar amonia total pada air kolam atau perairan umum untuk budidaya ikan air tawar adalah di bawah 0,016 ppm ( 1 ppm: 1 mg/lt ). Amonia total sebesar 0,08 ppm sudah mengakibatkan penurunkan nafsu makan dan pertumbuhan. Amonia total sebesar 0,3 ppm menyebabkan kerusakan pada insang sehingga ikan kekurangan oksigen.

c. Kadar Karbondioksida
Karbondioksida merupakan salah satu unsur yang penting untuk proses fotosintesisi bagi fitoolankton dan tumbuhan air berklorofil. Tumbuhan air dan fitoplankton ini bermanfaat bagi kesuburan air, sebagai makanan alami ikan. Pada siang hari fitoplankton menyumbangkan oksigen ke perairan.

Karbondioksida berasal dari proses perombakan bahan organik yang berada di dasar kolam atau perairan dan pernafasan / respirasi fitoplankton dan tumbuhan air pada malam hari. Kadar karbondioksida (CO2) berkaitan dengan derajat keasaman (pH) dan suhu.

Jumlah karbondioksida (CO2) yang meningkat akan menekan aktifitas pernafasan ikan dan menghambat peningkatan oksigen oleh hemoglobin sehingga menjadi sumber stress bagi ikan.

Kadar karbondioksida terlarut yang memenuhi syarat untuk budidaya ikan adalah berkisar 2-11 ppm.

d. Kadar Nitrogen (NO2)
Nitrit (NO2) merupakan jenis senyawa N. Kadar nitrogen terlarut dalam perairan 0.1 ppm sudah menimbulkan penyakit brown blood. Kadar Nitrit sebesar 1.0 ppm sudah menimbulkan kematian pada ikan.

Di perairan, Nitrit merupakan hasil proses dekomposisi dari bahan organik pleh jasad renik. Kadar nitrit maksimum adalah 0.05 ppm.

e. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan pH larutan. Alkalinitas dinyatakan CaCO3 dalam m/liter (atau disebut ppm).

Alkalinitas di dalam air disebabkan oleh ion bikarbonat (HCO3), Karbonat (CO3), dan hidroksida (OH). Pada siang hari, aktivitas fotosintesis fitoplankton, ganggang, dan lumut menyebabkan turunnya karbondioksida (CO2) dan bikarbonat (HCO3). Turunnya karbondioksida dan bikarbonat menjadikan karbonat (CO3) dan hidroksida (OH) naik sehingga pH larutan naik.  Air dengan kandungan CaCO3 >100mg/lt disebut sebagai alkalin, sedangkan < 100 mg/lt disebut sebagai lunak atau alkalinitas sedang.

Alkalinitas untuk budidaya ikan air tawar adalah > 20 mg/lt CaCO3. Dengan alkalinitas yang cukup, perubahan / fluktuasi pH air tidak drastis. Dalam budidaya ikan air tawar di kolam, untuk menaikkan alkalinitas biasanya ditebarkan dolomite, CaCO3.

f. Kesadahan Total
Kesadahan di dalam air disebabkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+. Juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation bermuatan dua. Kualitas air yang sesuai untuk budidaya ikan air tawar adalah yang mempunyai kesadahan total minimal 20 mg/lt Ca CO3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar