Wikipedia

Hasil penelusuran

31 Juli 2018

manfaat pemberian garam pada budidaya ikan


kan, dalam hal ini ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos ke dalam air. Apabila hal ini terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhya tidak mudah “bocor” ke dalam air kolam. 

Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang. Air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. 

Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada diluar batas toleransinya.

Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga ikan tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu sendiri. 

Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. 

Dosis penggunaan garam harus diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan menjadi terdehidrasi dan akhirnya mati. Pada kadar yang tinggi garam sendiri dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi.

Beberapa Keunggulan Garam
Pemberian garam termasuk aman bagi ikan, asal diberikan dengan dosis yang sesuai. Selain itu juga aman bagi manusia. Seperti disebutkan sebelumnya, garam akan membantu menyeimbangkan kembali proses osmoregulasi dan memicu daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit yang dideritanya. Sampai tahap tertentu diketahui garam mampu memblokir efek nitrit. Bahaya efek nitrit dapat menyebabkan ikan keracunan. 

Nitrit dalam air dapat terserap kedalam system peredaran darah ikan, sehingga darah berubah menjadi kecoklatan. Kehadiran nitrit akan menyebabkan kemampuannya untuk membawa oksigen menjadi menurun, sehingga pada kondisi kelebihan nitrit sering terjadi “penyakit darah coklat”. Dengan adanya garam kejadian demikian bisa dihindari.
Garam juga mampu membunuh parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich (white spot), jamur dan bakteri lainnya. Terakhir garam mudah didapat dan mudah dibeli, sehingga bisa tersedia setiap saat pada waktu diperlukan.


Dosis dan Cara Pemberian
Garam sudah lama digunakan sebagai antiseptik pada budidaya ikan, selain itu juga kerap digunakan sebagai anti jamur (fungisida). Meskipun demikian akhir-akhir ini penggunaan garam sebagai fungisida relatif jarang dilakukan karena banyaknya anti jamur lain yang telah dibuat khusus untuk ikan.

Penggunaan sebagai profilaktik:
Sebagai profilaktik, atau sebagai tonik, atau dalam bahasa umum sebagai “jamu” dianjurkan untuk menggunakan garam sebanyak 1 – 2 sendok teh garam per 4 liter air, atau sebanyak 1 – 2 gram per liter. Atau dengan kata lain sebanyak 0.1 – 0.2 persen. 

Sebelumnya garam disiapkan di suatu wadah. Kemudian dibuat larutan dalam wadah tersebut sesuai dengan dosis. Setelah garam melarut baru dimasukan kedalam akuarium. Dosis sebagai “jamu” ini digunakan apabila kita belum tahu persis penyakit apa yang sebenarnya menjangkiti ikan, atau bisa juga digunakan apabila ikan terluka, stress dan sejenisnya. Dengan demikian sistem osmoregulasi ikan tetap prima sehingga ikan mudah melakukan pemulihan.

Sebagai perlakuan pengobatan infeksi jamur dan atau bakteri
Untuk keperluan ini diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1 %, atau larutan 10 g garam dan 1 liter air. Pemberian larutan ini hendaknya diberikan secara sedikit demi sedikit sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai setelah 24 – 48 jam. Jadi jangan diberikan sekaligus sebanyak 1 %, tapi diberikan secara perlahan-lahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kejutan osmotic, atau stress pada ikan yang bersangkutan. 

Pada awalnya konsentrasi larutan dapat dimulai pada tingkat 0.1 – 0.2 %. Kemudian secara teratur garam ditambahkan pada selang waktu tertentu, misalnya setiap 3-4 jam sekali. Apabila pada saat peningkatan konsentrasi garam ini ikan mengalami stress, hentikan segera perlakuan, kemudian ganti air sebagian sehingga konsentrasi garam turun ketingkat semula.

Untuk mengurangi pengaruh racun dari nitrit.
Untuk mengurangi pengaruh nitrit dosis garam yang dianjurkan adalah 1 gram perliter air. Hal ini ditujukan untuk membantu proses mengeluarkan dan menetralisir nitrit dalam tubuh ikan. 

Untuk melepaskan lintah pada ikan
Dalam hal fungsi garam untuk melepaskan lintah pada ikan dapat dilakukan dengan merendam ikan yang bersangkutan secara singkat dalam larutan garam 2.5 %. Perendaman pada dosis demikian akan menyebabkan lintah melepaskan diri dari tubuh ikan. Meskipun demikian larutan ini tidak akan membunuh lintah itu sendiri. Sehingga masih diperlukan campur tangan pembudidaya dalam penanggulangannya.

Sebagai obat infeksi Piscinoodinium (Velvet).
Pengobatan terhadap infeksi Piscinoodinium dapat dilakukan dengan perendaman jangka panjang dalam larutan garam dengan konsentrasi 10 gram per 45 liter air, atau 1 sendok teh per 4 liter air.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua ikan air tawar tahan terhadap pemberian garam. Oleh karena itu, sebelum melakukan perlakuan pemberian garam, yakinlah terlebih dahulu bahwa ikan yang dipelihara bukan termasuk ikan yang peka terhadap garam.

kualitas kimia air yang sesuai untuk budidaya ikan


Menjaga kuantitas air lebih mudah dilakukan pada budidaya di perairan , baik dengan karamba maupun dengan karamba jaring apung.

Berbeda dengan budidaya dengan sistem kolam, terutama pada lokasi yang sumber airnya terbatas. Pengelolaan kuantitas air merupakan persoalan tersendiri. Untuk itu perlu dipikirkan alternatif untuk penggantian air, Misalnya dengan memompa dengan air tanah.

Berikut beberapa pengukuran kualitas kimia air yang berpengaruh dalam budidaya ikan
a. Kadar Oksigen Terlarut
Oksigen diperlukann oleh makhluk hidup, termasuk ikan dan organisme perairan lainya, untuk pernafasan dan metabolisme tubuh. Oksigen diperlukan untuk pembakaran pakan sehingga menghasilkan energi untuk melakukan aktifitas gerak, pertumbuhan dan reproduksi. Laju pertumbuhan ikan dan konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam air.

Sebagai satuan Dissolved Oxygen yang dipakai adalah ppm (part per million). Konsentrasi minimum oxygen terlarut (DO) bagi sebagian besar ikan air tawar adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi DO 4 ppm. ikan masih mampu hidup akan tetapi nafsu makannya rendah, sehingga pertumbuhannya terhambat. Beberapa jenis ikan yang mempunyai labyrinth masih bisa bertahan pada konsentrasi DO 3 ppm.
Oksigen larut dalam air disebabkan oleh difusi langsung dari udara, hujan yang jatuh, melalui aliran air yang masuk, adanya pemercikan air oleh kincir dan pengaruh fotosintesis tumbuhan atau fitoplankton yang menghasilkan oksigen.
Untuk meningkatkan oksigen terlarut, pada budidaya ikan intensif dilakukan dengan memancarkan air ke udara sehingga kemudian jatuh lagi ke permukaan air. Percikan air yang bersentuhan dengan udara itu kemudian akan tercampur lagi dengan air budidaya sehingga meningkatkan DO.
Proses fotosintesis tumbuhan berklorofil dengan energi sinar matahari akan menghasilkan oksigen. Hal ini membantu meningkatkan DO pada siang hari. Namun oksigen yang diproduksi pada siang hari itu akan digunakan oleh ikan dan plankton untuk bernafas pada malam hari sehingga akan menurun konsentrasinya.

Selain itu, tumpukan bahan organik yang bersal dari sisa pakan, kotoran ikan, dan plankton yang mati akan berkompetisi dengan ikan yang dibudi-dayakan di dalam menggunakan oksigen. Hal ini juga mengakibatksn kandungan oksigen pada malam hari menjadi menurun. Hal inilah yang menyebabkan saat dinihari DO air kolam menurun. Terlebih bila didasar kolam banyak bahan organik yang juga memerlukan Oksigen untuk proses penguraiannya.
b. Kadar Amonia
Bahan organik seperti sisa pakan, kotoran ikan, plankton dan tumbuhan air yang mati akan menghasilkan amonia (NH3) yang larut dalam air. Amonia merupakan hasil akhir dari dari proses metabolisme protein. Amonia dalam bentuk terisonasi merupakan racun bagi ikan. Tolsisitas amonia berkaitan erat dengan pH, dan sedikit terkait dengan suhu dan DO.


Pada pH tinggi, total amonia berubah menjadi bentuk tak terion (dalam bentuk bebas). Pada pH 7, amonia dalam bentuk tak terion yang beracun < 1 %, selanjutnya semakin meningkat. Pada pH 8: 5-9 %, pada pH 9: 30-50 %, dan pada pH 10: 80-90 %. Fluktuasi pH sendiri berkaitan dengan nilai alkalinitas yang rendah (kadar alkalinitas yang baik > 20 mg/l CaCO3).

Kadar amonia akan meningkat jika suhu naik dan kadar DO rendah. Batas maksimal kadar amonia total pada air kolam atau perairan umum untuk budidaya ikan air tawar adalah di bawah 0,016 ppm ( 1 ppm: 1 mg/lt ). Amonia total sebesar 0,08 ppm sudah mengakibatkan penurunkan nafsu makan dan pertumbuhan. Amonia total sebesar 0,3 ppm menyebabkan kerusakan pada insang sehingga ikan kekurangan oksigen.

c. Kadar Karbondioksida
Karbondioksida merupakan salah satu unsur yang penting untuk proses fotosintesisi bagi fitoolankton dan tumbuhan air berklorofil. Tumbuhan air dan fitoplankton ini bermanfaat bagi kesuburan air, sebagai makanan alami ikan. Pada siang hari fitoplankton menyumbangkan oksigen ke perairan.

Karbondioksida berasal dari proses perombakan bahan organik yang berada di dasar kolam atau perairan dan pernafasan / respirasi fitoplankton dan tumbuhan air pada malam hari. Kadar karbondioksida (CO2) berkaitan dengan derajat keasaman (pH) dan suhu.

Jumlah karbondioksida (CO2) yang meningkat akan menekan aktifitas pernafasan ikan dan menghambat peningkatan oksigen oleh hemoglobin sehingga menjadi sumber stress bagi ikan.

Kadar karbondioksida terlarut yang memenuhi syarat untuk budidaya ikan adalah berkisar 2-11 ppm.

d. Kadar Nitrogen (NO2)
Nitrit (NO2) merupakan jenis senyawa N. Kadar nitrogen terlarut dalam perairan 0.1 ppm sudah menimbulkan penyakit brown blood. Kadar Nitrit sebesar 1.0 ppm sudah menimbulkan kematian pada ikan.

Di perairan, Nitrit merupakan hasil proses dekomposisi dari bahan organik pleh jasad renik. Kadar nitrit maksimum adalah 0.05 ppm.

e. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan pH larutan. Alkalinitas dinyatakan CaCO3 dalam m/liter (atau disebut ppm).

Alkalinitas di dalam air disebabkan oleh ion bikarbonat (HCO3), Karbonat (CO3), dan hidroksida (OH). Pada siang hari, aktivitas fotosintesis fitoplankton, ganggang, dan lumut menyebabkan turunnya karbondioksida (CO2) dan bikarbonat (HCO3). Turunnya karbondioksida dan bikarbonat menjadikan karbonat (CO3) dan hidroksida (OH) naik sehingga pH larutan naik.  Air dengan kandungan CaCO3 >100mg/lt disebut sebagai alkalin, sedangkan < 100 mg/lt disebut sebagai lunak atau alkalinitas sedang.

Alkalinitas untuk budidaya ikan air tawar adalah > 20 mg/lt CaCO3. Dengan alkalinitas yang cukup, perubahan / fluktuasi pH air tidak drastis. Dalam budidaya ikan air tawar di kolam, untuk menaikkan alkalinitas biasanya ditebarkan dolomite, CaCO3.

f. Kesadahan Total
Kesadahan di dalam air disebabkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+. Juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation bermuatan dua. Kualitas air yang sesuai untuk budidaya ikan air tawar adalah yang mempunyai kesadahan total minimal 20 mg/lt Ca CO3.

30 Juli 2018

pembesaran ikan Nila


Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar budi daya yang sangat mudah untuk dipelihara dan dibesarkan, serta tergolong jenis ikan yang “bandel”, salah satunya adalah dalam urusan tempat hidup atau lokasi budi daya. Nila dapat beradaptasi dalam berbagai tempat dan kondisi. Budi daya di waduk buatan atau di danau dengan sistem karamba jaring apung (KJA) merupakan sistem budi daya yang banyak diterapkan oleh petani.
Sementara itu, pemeliharaan ikan nila di sungai umumnya dilakukan dengan sistem karamba bambu. Di perairan air tawar, ikan nila juga banyak dibudidayakan di kolam air deras, kolam tanah dengan air diam, dan di sawah dengan sistem mina padi.
Berikut ini adalah teknik budi daya ikan nila dengan sistem “Pembesaran di Kolam Tanah Air Diam”.

Persiapan Kolam
Kolam tanah air diam merupakan kolam air tawar dengan debit air yang kecil (kurang dari 1 liter per detik). Karena itu, pematang dan bedeng pada kolam air diam tidak perlu dibuat permanen karena tidak ada risiko rusak atau terkena erosi oleh debit air yang besar. Bentuk kolam tergantung kondisi lapangan. Persiapan kolam tenang hampir sama dengan penyiapan kolam air deras, yakni meliputi pengeringan, pengolahan dasar kolam, perbaikan pematang, pengecekan bedeng, pengapuran, pemupukan, dan pengisian air.
Berikut beberapa syarat lokasi sungai atau perairan untuk kolam air diam.
  • Bebas banjir dan tidak tercemar.
  • Tekstur tanah lempung atau liat berpasir (sandy clay loam dengan perbandingan lempung dan liat 3 : 1).
  • Keasaman tanah (pH) 5—8.
  • Ketinggian lahan 0—1.000 m dpl.
  • Sumber air selalu tersedia
Idealnya, ukuran kolam tanah air diam untuk pembesaran ikan nila seluas 400 m2, memiliki kedalaman lumpur sekitar 20 cm, dan tinggi pematang 1—1.5 meter. Jika tidak memungkinkan, luas kolam dapat disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki.
Penebaran Benih
Populasi ideal ikan nila pada kolam tanah air diam sebanyak 10 ekor/m2. Benih yang digunakan dapat berasal dari pendederan III (P3) atau pendederan IV (P4). Ukuran optimum benihnya sekitar 8—13 cm. Cara penebaran benih ikan nila sama dengan penebaran benih pada kolam air deras dan karamba jaring apung. Untuk menghindari stres, penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari, sekitar pukul 06.00—07.30.
Penggunaan Benih Unggul
Penggunaan sistem budidaya monosex jantan pada usaha pembesaran ikan nila telah dipandang oleh para pembudidaya sebagai suatu keharusan. Ikan nila jantan mempunyai tingkat pertumbuhan 30% lebih cepat dari nila betina. Sistem budidaya monosex jantan ini dapat meningkatkan produksi pembesaran ikan nila sebesar 25%. Sehingga target untuk mendapatkan ukuran ikan nila kualitas ekspor pun (berat di atas 600 gram) dapat lebih mudah dicapai.
Kendala yang dihadapi para pembudidaya jika menggunaan sistem heterosex pada budidaya pembesaran ikan nila adalah, ikan nila memiliki sifat cepat matang kelamin (biasanya pada ukuran 250-300 gram). Akibatnya sering terjadi perkawinan yang tidak terkontrol pada kolam-kolam pembesaran yang tentunya akan menghambat pertumbuhan, karena energi untuk pertumbuhan digunakan untuk perkawinan. Itulah alasan mengapa permintaan benih nila jantan sangat tinggi, dan penggunanan induk nila Gesit pada usaha pembenihan layak menjadi solusinya.
Tidak hanya itu, FCR (Feed Convertion Ratio) yang diperoleh dari budidaya nila monosex jantan juga lebih baik.
Dari hasil pengujian terhadap benih jantan yang dihasilkan nila Gesit di kolam air deras. Dari 3,2 ton benih yang ditanam, diperoleh hasil panen sebanyak 13 ton ikan nila kualitas ekspor. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh nilai FCR nila sebesar 1,5
Untuk menghasilkan benih nila jantan, metoda yang dapat digunakan ada empat.
Pertama, secara manual dengan seleksi kelamin benih berukuran 10 cm (20 gram).
Ke-dua, persilangan antarspesies (Oreochromis niloticus dengan O. Aureus).
Ke-tiga, penggunaan hormon methyl testoteron sebagai pengarah kelamin (sex reversal) pada benih yang kelaminnya belum berkembang (sexually undifferentiated fry).
Ke-empat, dengan pengembangan YY male technology.
Selama ini, biasanya para pembenih menggunakan teknik sex reversal, dengan menambahkan methyl testosteron pada pakan benih ikan fase larva. Atau dengan merendam larva yang baru menetas dalam larutan hormon tersebut agar sebagian besar benih berkelamin jantan. Saat ini harga hormon tersebut mahal. Selain itu juga bersifat karsinogenik, bagi orang yang bertugas mencampur pakan dan merendam larva dengan hormon tersebut. Jadi harus memakai peralatan pelindung tubuh. Sehingga metoda YY male technology menjadi pilihan yang lebih aman dan praktis, karena tidak menggunakan bahan aditif yang berbahaya.
Dengan munculnya nila Gesit, para pembenih dapat secara mudah mendapatkan benih GMT (jantan) hanya melalui proses pemijahan induk jantan nila Gesit. keunggulan nila Gesit terletak pada kemampuannya memproduksi benih ikan nila jantan dalam jumlah besar. Sebagaimana diketahui, benih nila jantan mempunyai keunggulan tingkat pertumbuhan dibandingkan nila betina, dalam budidaya pembesaran.
Secara alami, kromosom ikan nila jantan adalah XY(GMT/Genetic Male Tilapia), sementara yang betina adalah XX. Meski demikian kromosom ini dapat di manipulasi, sehingga dapat dihasilkan ikan nila jantan berkromosom YY dan betina YY. Kedua induk ini kemudian disilangkan hingga diperoleh benih nila Gesit jantan berkromosom YY. Induk nila jantan berkromosom YY ini mampu menghasilkan 96%-100% benih nila jantan apabila dikawinkan dengan ikan nila betina biasa (kromosom XX).

Pemberian Pakan

Ikan Nila termasuk jenis pemakan segala (omnivora) sehingga cukup mudah untuk memberikan pakannya. Di alam makanannya dapat berupa tumbuhan seperti lumut, ganggang, atau fitoplankton hingga binatang seperti daphnia, moina, jentik nyamuk, artemia hingga larva ikan. Pada dasarnya, ikan Nila muda memakan plankton dan setelah dewasa memakan hewan renik, serangga, ikan kecil atau udang-udangan.
 

Ikan Nila di kolam pemeliharaan yang intensif dapat diberi makan pakan buatan berupa pellet sebanyak 2-4% dari bobot biomassa. Pakan sebaiknya mengandung protein 24—30% agar pertumbuhan ikan nila berlangsung optimal. Pakan diberikan tiga kali sehari, yakni pagi, siang, dan sore hari. Pakan bisa berupa pelet apung maupun pelet tenggelam. Dosis pemberian pakan per hari pada bulan pertama sebesar 5% dari biomassa. Setelah itu, pada bulan kedua dosisnya 4% dari biomassa. Pada bulan selanjutnya dikurangi menjadi 3% dari biomassanya.


Tabel 1. Dosis Pemberian Pakan pada Ikan Nila
No
Bobot Ikan (g)
Dosis pemberian pakan
 (% bobot tubuh /hari)
1
1 - 5
10 – 7
2
5 – 20
6 – 4
3
20 – 100
4 – 2.5
4
100 – 200
2.5 – 2
5
200 - 400
2 – 1.5

Untuk menghindari serangan penyakit dan menambah vitalitas ikan, pembudidaya disarankan untuk menambahkan probiotik sebanyak 10 mg/l air dan suplemen seperti vitamin C ke dalam pakan dengan dosis 250 – 500 mg/Kg biomassa. Sebagaimana budidaya ikan lainnya kolam ikan juga harus dijaga kebersihannya sehingga tidak menjadi sarang penyakit.

Tabel 2. Kebutuhan Vitamin pada Ikan Nila
No
Vitamin
Kebutuhan
(mg/Kg pakan)
1
Vitamin E
25 – 100
2
Riboflavin
6
3
Asam Phantothenic
10
4
Vitamin B12
10
5
Vitamin C
50
 

Panen
Perkembangan ikan nila yang dipelihara diperairan air tawar (kolam air deras, kolam air tenang, dan karamba jaring apung) selama 3 bulan akan menghasilkan bobot ikan 300 gram per ekor. Selebihnya, jika selama 4 bulan akan menghasilkan bobot 400 gram. setelah pemeliharaan 5 bulan, beratnya menjadi 500 gram per ekor.