Wikipedia

Hasil penelusuran

28 September 2020

manajemen pengobatan ikan melalui pakan

 

Ketika sakit, kebanyakan ikan akan berhenti makan. Gejala ini merupakan gejala awal dari permasalahan budidaya ikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian obat dalam pakan. Pakan yang mengandung obat ini disebut dengan Medicated Feed. Cara ini cukup umum dilakukan pada budidaya ikan dibandingkan budidaya kerang. Dan ikan hias, termasuk salah satu komoditas yang paling sering diberikan obat melalui metode ini.  

Pemberian obat bersamaan dengan pakan memiliki kelebihan, disamping lebih praktis, cara ini mampu mengurangi munculnya gejala penyakit, keparahan, bahkan kematian. Pemberian obat dengan metode ini cukup efektif digunakan pada ikan yang dibudidayakan dalam wadah besar. Cara pemberiannya juga lebih aman dibandingkan injeksi ataupun perendaman. Namun demikian, pengobatan melalui pakan memiliki kekurangan yakni kurang ekonomis dan keberhasilannya bergantung pada status dan sifat dari tiap-tiap penyakit. Meskipun merupakan metode termudah untuk pengobatan pada ikan, pemberiannya harus dilakukan dengan segera dan cepat sebelum ikan sama sekali tidak makan.

Pada dasarnya berbagai agen antimikrobial termasuk antibiotik, antifungal, antiparasit bisa dipergunakan dalam formulasi pakan ikan. Sayangnya ada beberapa obat diperbolehkan dicampur dengan pakan. Pakan yang mengandung obat bisa tersedia dalam skala komersial, baik berbentuk pelet terapung maupun tenggelam. Pada pelet kering, obat sebelumnya dilarutkan dalam air atau minyak. Obat disiapkan untuk dicampur menggunakan binder atau bahan pengikat, bisa gelatin (hingga 5%), ikan, minyak sayur atau disemprotkan atau dengan melapisi pakan. Obat dan pakan harus dicampur merata sehingga menutupi pelet. Pengeringan permukaan pelet atau pelapisan dengan minyak akan mengurangi pemuruhan obat. Untuk pakan basah, obat dicampur terlebih dahulu dengan bahan pakan lalu dicetak. Jika menggunakan alat pencampur atau mikser, pelet dimasukkan terlebih dahulu, lalu obat, dan bahan pengikat. Kendala umum yang ditemukan dalam persiapan pakan bersalut obat ini adalah homogenesitas yang sulit tercapai. Apabila memungkinkan, sejumlah sampel baiknya diambil untuk melihat homogenesitas pakan. Untuk penyimpanan, sama seperti pakan ikan biasa, pakan yang mengandung obat sebaiknya disimpan pada tempat yang kering dan sejuk. Jika memungkinkan pakan diletakkan pada freezer untuk penyimpanan jangka panjang. Pakan tersebut yang sudah tidak dipakai lagi disimpan pada suhu kamar dan dibuang setelah 3-4 bulan

Pada penerapan, pemberian obat melalui pakan dapat dilakukan untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Pengobatan melalui pakan jangka pendek umum digunakan untuk menangani infeksi bakterial. Sedangkan untuk jangka panjang dosis yang digunakan biasanya lebih rendah dan bertujuan untuk pencegahan ataupun pemicu pertumbuhan. Namun demikian, penggunaan obat khususnya antibiotik dalam pakan sebagai pencegahan tidak dianjurkan.

Pada penggunaan obat melalui pakan, terdapat beberapa faktor yang membatasi keefektifan metode ini. Pertama, secara umum, ikan tidak menyukai rasa dari pakan yang dicampur obat. Beberapa jenis obat palatabilitasnya kurang atau terasa pahit. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan kadar tepung ikan hingga 16%. Peningkatan palatabilitas juga dapat dilakukan dengan menambagkan tepung hati. Kedua, pada saat sakit, secara umum ikan tidak bersemangat makan sehingga konsumsi pakan tidak banyak dan dosis obat yang diberikan bisa jadi tidak mencukupi. Jika hanya ikan aktif saja yang makan, rasio pakan harus lebih optimal dan frekuensinya diperbanyak.

Selain kedua hal tersebut, permasalahan dalam penggunaan obat yang dicampur pakan adalah larutnya obat dalam air, terutama pada obat yang melapisi permukaan pelet. Larutnya obat ini ditentukan oleh faktor kelarutan air akan suhu, bahan kimia, waktu pemberian, dan ukuran pelet. Semakin kecil pelet, potensi larutnya makin besar. Pemberian pakan ini dalam suhu tinggi akan mempengaruhi peluruhan obat. Permasalahan palatabilitas dan peluruhan ini dapat diatasi dengan menggunakan binder khusus yang mengnsung alginat sehingga obat dapat melekat hingga beberapa jam di air. Binder juga sebaiknya mengandung atraktan untuk meningkatkan palatabilitas. Binder lain yang mengandung asam lemak poliunsaturated yang distabilisasi juga dapat digunakan. Pada ikan laut, permasalahan pengobatan melalui pakan adalah turunnya bioavailabilitas dari obat seperti antibiotik tetrasiklin karena terikat dengan ion Mg dan Ca yang banyak ditemukan di air laut. Obat yang tidak larut ini akan mencemari lingkungan. Namun demikian, hal yang menarik dari ikan laut adalah kecenderungannya untuk banyak minum air dibandingkan ikan air tawar. Sehingga, meskipun di dalam saluran pencernaan obat tidak terserap bisa berperan dalam mencegah masuknya patogen.

Dari berbagai hal yang disebutkan di atas, hal lain yang perlu diperhatikan pada penggunaan antibiotik adalah catatan pada label terkait waktu luruh obat sebelum ikan dipanen dan dipasarkan. Jenis antibiotik yang digunakan juga harus mengacu pada peraturan pemerintah mengenai penggunaan obat yang diizinkan. Hal ini penting karena berkaitan dengan resistensi dan residu antibiotik pada ikan. Penggunaan obat melalui pakan juga berpotensi menimbulkan cemaran pada lingkungan melalui pakan yang tidak termakan atau hasil eliminasi pakan sebagai feses atau produk buangan melalui urin dan insang.  Fraksi yang larut air akan bercampur dengan air sedangkan obat akan berasosiasi dengan bahan organik dan tenggelam di dasar kolam. Pada sedimen, faktor seperti kelarutan air, afinitas partikel organik, photostability, dan degradasi mikrobial dan chemical menentukan keberadaan obat pada sedimen.

02 September 2020

FCR pada budidaya ikan

 

Merupakan jumlah total berat pakan buatan dibandingkan dengan jumlah berat total komoditas hasil panen. Atau dalam Bahasa sederhana, FCR dapat diartikan sebagai suatu perhitungan, seefisien apakah komoditas yang dipelihara untuk dapat mengkonversi pakan menjadi bobot.

Pentingnya mengetahui nilai FCR

Pengetahuan tentang FCR membuka informasi mengenai keterkaitan antara pakan dan berat badan. Informasi ini sekaligus akan berkaitan dengan nilai ekonomis efisiensi pertumbuhan selama memberikan pakan. Sebagaimana diketahui bahwa kebutuhan biaya pakan dalam produksi budidaya dapat mencapai lebih dari 50%. Kemampuan mengefisiensi jumlah pakan yang menjadi bobot, bermakna keuntungan besar. FCR juga menjadi indicator dari kualitas pakan, kemampuan SDM untuk mengelola pakan dan kesehatan ikan, serta efisiensi biaya yang digunakan untuk pemberian pakan. Semakin rendah FCR, semakin rendah biaya pakan yang dikeluarkan untuk menghasilkan 1kg daging. Lebih luas lagi, keberhasilan mengefisiensikan pakan dapat bermakna efisiensi sistem budidaya sekaligus kemampuan efisiensi biologis terkait dampak lingkungan.

Nilai FCR ideal

Nilai FCR antar spesies dan ukuran ikan berbeda-beda. FCR yang umum untuk udang antara 1,2 – 1,5. Semakin kecil nilai FCR maka semakin besar keuntungan yang diperoleh. Pada ikan, FCR yang baik antara 1,5-2. FCR tidak disarankan melebihi dari 2, demi keefektifan dan keekonomisan usaha budidaya. Pada ikan lele ataupun nila FCR dapat mencapai 1,8 atau lebih rendah. Sedangkan pada tokolan lele, nilai konversi pakannya 1,0-1,2. Pada ikan atlantic salmon dan rainbow trout, FCR antara 1,0 hingga 1,2, hal ini disebabkan kedua spesies ini membutuhkan lebih banyak protein, lemak, dan serat yang rendah. Nilai FCR dapat kurang dari 1, jika ikan dipelihara dalam kolam yang banyak mengandung pakan alami. Ikan dapat makan baik dari alam maupun pellet. Namun sangatlah sulit mencapai FCR <1 sebab ikan juga harus menggunakan pakan untuk metabolisme, pencernaan, respirasi, rangsangan panas, osmoregulasi, energi, dan aktivitas kehidupan lainnya. FCR akan bervariasi pada tiap spesies, ukuran, aktifitas ikan, parameter lingkungan, dan sistem budidaya.

Rumus FCR

FCR = Total pakan yang diberikan (kg)

                    Total bobot ikan (kg)

Cara menghitung FCR

1. Di akhir masa produksi, diperoleh bobot akhir sebanyak 150kg. Selama masa budidaya dihabiskan pakan sebanyak 200kg.

a. Berapakah pakan yang digunakan untuk dapat menghasilkan 1 kg daging ikan yang dipanen?

FCR = Total pakan yang diberikan (kg)

Total bobot ikan (kg)

FCR = 200kg

           150kg

FCR = 1,4

(dibutuhkan 1,4 kg pakan untuk menghasilkan 1kg daging ikan).

b. jika setiap kg pakan dijual seharga Rp.10000/kg, berapa biaya produksi untuk menghasilkan 1kg daging ikan?

Biaya pakan = jumlah pakan untuk menghasilkan 1kg daging (FCR) x harga pakan

                        = 1,4kg  x Rp.10.000

                        = Rp. 14.000

Kaitan FCR dan biaya produksi

Antara FCR, kualitas pakan, dan biaya produksi sangat berkaitan

Coba perhatikan contoh berikut

Petani A: memberikan pakan dengan protein 36%. Harga per kilogram pakan adalah Rp.10.000. FCR yang diperoleh diakhir budidaya adalah 1,3 yang artinya membutuhkan 1,3kg pakan untuk menghasilkan 1 kg ikan. Jika targetnya adala 1000kg ikan, maka pakan yang dibutuhkan adalah 1300kg, dan biaya pakan yang dikeluarkan adalah Rp. 13.000.000

Petani B: memberikan pakan dengan protein 28%. Harga per kilogram pakan adalah Rp.8.000. FCR yang diperoleh diakhir budidaya adalah 3,2 yang artinya membutuhkan 3,2kg pakan untuk menghasilkan 1 kg ikan. Jika targetnya adala 1000kg ikan, maka pakan yang dibutuhkan adalah 3200kg, dan biaya pakan yang dikeluarkan adalah Rp. 25.600.000

Kaitan FCR dan Protein

Semakin tinggi nilai protein, makin rendah FCR nya. Artinya, untuk menghasilkan 1 kg ikan dibutuhkan lebih sedikit pakan. Pakan dengan protein tinggi tentu memiliki harga yang lebih mahal namun jumlah yang digunakan selama budidaya akan lebih sedikit. Hal ini artinya lebih ekonomis

Faktor yang mempengaruhi nilai FCR

Terdapat empat poin utama yang mempengaruhi nilai FCR yaitu:

a. ikan

- jenis ikan yang dipelihara

Misalnya nila baik dipelihara di kolam tanah daripada lele

- ukuran ikan

Benih membutuhkan protein kadar tinggi dengan ukuran kecil dibandingkan ikan dewasa

- kualitas benih

Terkait kesehatan ikan, apakah ikan stress, apakah padat tebar tiap kolam sudah tepat?

- kesehatan ikan

Ikan yang sehat akan lebih efisien mengkonversi pakan dibandingkan yang sakit. Kematian ikan juga berdampak besar terhadap meningkatnya FCR dan menurunnya profitabilitas.

- genetik

Terdapat strain-strain tertentu yang lebih efisien mengkonversi pakan.

b. lingkungan

Terkait dengan suhu, oksigen, ammonia, pH, dan polutan lain dalam air. Ikan yang hidup dengan lingkungan optimal akan menggunakan pakan lebih efisien untuk pertumbuhan. Hal ini berbeda dengan ikan yang terkena dampak stress lingkungan.

c. manajemen pakan

Orang yang bertanggung jawab terhadap pakan harus melakukan tugasnya yaitu:

- melatih/ mengadaptasi ikan untuk merespon terhadap pakan

- terus memonitor dan mengevaluasi respon pakan bersamaan dengan tampilan melalui pengamatan dan rekaman

- memonitor jumlah dan ukuran ikan

- menarik kesimpulan terhadap kolam dan rekaman pakan, termasuk kebiasaan makan ikan, serta menerapkan tindakan lanjutan (missal, jenis, ukuran, kualitas, jumlah, frekuensi dari pakan, kualitas air, dll)

d. pakan

- kualitas

Pakan harus berkualitas baik secara tampilan maupun nutrisi. Ikan harus diberikan pakan dengan ukuran dan nutrisi yang sesuai. Integritas pellet dalam air juga penting

- kuantitas

Dapat dilihat dari penentuan jumlah pakan yang tepat.

Irisan dari keempat factor ini akan berinteraksi dengan faktor lingkungan, kejenuhan oksigen, dan suhu.

Memperbaiki (~ menurunkan ) nilai FCR

Nilai FCR dapat diperbaiki dengan memperbaiki pengelolaan dan parameter lingkungan seperti kadar oksigen, untuk level pembesaran pada komoditas carp, catfish, tilapia, dan udang laut. Pengelolaan pakan juga harus diperbaiki, salah satunya adalah dengan memberikan pelatihan kepada staf yang bertanggung jawab terhadap pemberian pakan.  Telah dikatakan sebelumnya bahwa FCR tidak boleh melebihi 2. Jika melebihi, maka harus diperiksa kembali kemungkinan terkait pakan, misalnya:

- kualitas pakan buruk

- ukuran pakan ataupun nutrisi dari pakan tidak sesuai dengan ikan yang dibudidayakan

- kondisi ikan yang stress, misalnya DO rendah atau kepadatan tinggi

- Overfeeding, pakan berlebih

- Kelulushidupan. Survival rate/ SR rendah.

- terus memberikan pakan untuk pertumbuhan ketika kapasitas kolam sudah melebihi

Atau hal-hal yang berkaitan dengan factor lingkungan harus dikendalikan. Terkait budidaya beberapa saran yang diberikan antara lain: padat tebar harus dalam taraf wajar, pembesaran yang dimulai dari tokolan akan lebih menguntungkan, menggunakan sistem satu siklus, memanen lebih sering jika menggunakan multi siklus, pemberian pakan secara hati-hati untuk menghindari pakan terbuang.

Manajemen FCR

Nilai FCR dapat dikelola dengan mengendalikan factor yang mempengaruhi nilai FCR. Kombinasi factor pakan, lingkungan, ikan, manajemen pakan disertai nafsu makan ikan yang baik akan menentukan jumlah pakan yang dimakan, dicerna, dan digunakan untuk pertumbuhan. Manajemen FCR paling utamanya adalah dengan memperhatikan kualitas pakan. Koreksi selalu manajemen pakan

- apakah pakan sudah tepat? Kualitas, ukuran, jumlah,

- apakah sudah melakukan penghematan dalam penggunaan pakan? Ini terkait biaya dan lingkungan

- apakah kondisi kolam sudah ideal? Cek kembali padat tebar, ukuran ikan

- apakah ikan overfeeding?

- apakah pemberian pakan sudah benar? Frekuensi, waktu pemberian tidak berganti-ganti

- Bagaimana respon ikan terhadap pakan?

- apakah sudah melakukan pencatatan dengan benar?

FCR dan Lingkungan

Perhitungan FCR disamping menghitung konversi pakan sekaligus menghitung efisiensi produksi akuakultur. Konversi pakan juga mengindikasikan kondisi dari lingkungan terkait dengan produk buangan yang tidak diinginkan serta hilangnya nutrient ke dalam lingkungan yang  berdampak pada etrofikasi, hilangnya keberagaman, dan ekosistem lainnya. Kematian dan kematian yang tak diketahui juga menjadi faktor terhadap timbulnya gas rumah kaca karena dampak terhadap FCR dan kebutuhan pakan. Semakin efisien pakan, semakin dapat menurunkan emisi gas rumah kaca dan mampu meningkatkan FCR secara signifikan.